NovelToon NovelToon
Membalas perselingkuhan Suamiku

Membalas perselingkuhan Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Pelakor / Keluarga / Dendam Kesumat
Popularitas:4.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Suesant SW

"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"

Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.

Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.

Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.


Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11. Baru Permulaan

"Yang, ini Ratna datang, kamu kok datar begitu? tidak kasih selamat ke Ratna? Dia ulang tahun besok."

"Oh, begitu, ya? Wah, selamat ulang tahun ya, Rat." Galih tersenyum sembari mengulurkan tangannya, disambut Ratna yang tak bisa menyembunyikan salah tingkahnya.

"Makasih, mas. Ultahnya masih besok. Anin saja yang duluan bikin acara." Sahut Ratna, sambil menyambut tangan Galih, berdiri di tempatnya, senyum yang terkembang di bibir merahnya tak biasa.

"Aku naik dulu, mandi dan ganti baju. Kalian makanlah dulu." Galih melirik Ratna yang mencuri pandang padanya sebelum berlalu sementara Anin pura-pura sibuk menuangkan air ke gelas seakan tak menangkap kecanggungan antara keduanya.

"Ya, mandinya jangan lama-lama, yang. Kami nunggu kamu turun saja, biar makan sama-sama." Anin menyahut sembari melihat langkah suaminya yang tergesa.

"Aku sengaja, lho masak ini semua." Anin mengalihkan pembicaraan.

"Dulu, ingat tidak waktu masih satu kost, kita kadang merayakan ultah kita hanya dengan membuat perkedel tempe dan sambal goreng ceker pedes. Tapi, rasanya menyenangkan. Jadi, kupikir kamu pasti sama kangennya denganku pada masa-masa itu, paling tidak masakan-masakan sederhana ini mengingatkan kita saat berjuang bersama menahlukkan semua tugas kuliah yang seabrek itu." Anin terkekeh, matanya memutari meja makan, tatapannya puas dengan apa yang terhidang.

"Of Course. Aku mana bisa lupa masa-masa itu." Ratna tertawa kecil meski terdengar garing.

"Waktu kuliah dulu bener-bener luar biasa ya, bahkan baju-baju kita bisa tukeran pakai. Akhir bulan, ajang kita sakit kepala berhemat dan suka lucu kalau ingat, kadang kamu pinjam uang sampai lupa bayar..."

Degh!

Wajah Ratna merona, kalimat itu seperti hanya lelucon tetapi seolah menyindir dirinya. Sekilas di tatapnya wajah Anin, tetapi pias Anin terlihat biasa saja, tawa kecilnya seakan hanya menganggap itu kenangan lucu, sekedar bernostagia saja.

"Oh, ya...tak ada rencana nyusul mas Bowo ke Papua, Rat?" Tanya Anin kemudian sama sekali tak memberi waktu Ratna untuk mengatur nafasnya.

"Ada sih, tapi susah. Aku kan' sudah kerja sekarang."

"Tidak kangen sama suami?"

"Ya, kangenlah...tapi di sana kan tidak seperti di sini, Nin. Sepertinya aku tidak bisa hidup di sana, mas Bowo tinggal di distriknya, bukan di kota. Cafe saja perlu 100 kilo baru ketemu." Ratna terkekeh, obrolan mereka ini biasanya tak ada yang istimewa, tetapi entah mengapa Anin merasa basa-basi ini memuakkan.

Kurang dari lima belas menit Galih turun, dengan pakaian rapih, baju kaos oblong dan celana chino. Wajahnya terlihat segar.

"Gigi kemana? Sejak tadi tak kelihatan?" Galih melemparkan pertanyaan itu pada Anin sembari menarik kursi di samping istrinya, tetapi lirikannya jelas ke arah Ratna.

"Aku juga dari tadi mau nanya Gita kemana? Sunyi tak ada suaranya." Ratna menimpali, lirikan manjanya pada Galih tertangkap sudut mata Anin.

Mereka bahkan berani bermain mata di depan hidungnya sendiri.

"Gita sudah tidur jam tujuh tadi, mungkin kecapekan bermain." Jawab Anin. Dengan sigap meletakkan piring di depan Galih dan membukakan bungkusan nasi bakar untuk suaminya itu di bawah tatapan Ratna.

"Sayang, tumben cepat datangnya hari ini, kamu tiba cuma berselang lima belas menit dari Ratna datang, padahal aku kira kamu pulangnya tengah malam lagi." Anin berucap, yang di tuju cengengesan saja sementara Ratna terlihat salah tingkah dan mulai tak nyaman.

"Kerjaannya sudah selesai, jadi aku pulang saja, ngapain juga di kantor lama-lama..." Jawab Galih, terlihat berusaha senatural mungkin.

"Atau jangan-jangan kamu sudah tak tahan kangen aku, ya?" Anin nyengir dengan gaya bercanda, tetapi Galih menanggapinya dengan canggung. Dia tak seluwes biasanya menyemburkan kalimat mesra kepada Anin.

Apakah ada hati lain yang harus di jaga?

Tak lama mereka sudah mulai mencicipi hidangan itu, meski jelas Galih terlihat bingung dengan apa yang tersaji, dia mungkin kehilangan nafsu makan.

"Ayo, makan yang banyak sayang, aku masaknya khusus lho untuk menyambut ultah Ratna. Semua yang ada di atas meja ini adalah menu favorit Ratna waktu kami berdua masih kuliah dulu, tadinya mau ku tambahi pecel lele, tapi bik Irah tidak sempat beli ke pasar." Anin menjelaskan dengan wajah yang di buat seriang mungkin.

"Ini semua favorit Ratna?" Mata Gading mengerjap tak percaya. Anin mengangguk seraya tersenyum.

"Suami dia jauh, aku fikir dia bakalan sedih kalau tak ada yang merayakannya, keluarganya di sini yang paling dekat cuma kita saja..."Anin menambahkan beberapa sendok suir ayam ke piring sang suami.

Ratna tampak mengaduk-ngaduk makanannya, dia pasti sangat tak berselera. Menu di depannya di luar dugaannya. Sekarang lidahnya tak sama seperti dulu lagi. Dia terbiasa memakan menu sekelas sushi, sashimi, pasta atau semacamnya.

"Rat, ayo dimakan, jangan sungkan-sungkan. Aku tahu benar seleramu, Perkedel tempe dan sambal terasi. Dulu, ini menu paling favoritmu!" Kalimat itu di ucapkan Anin dengan tajam.

Ratna menganggukkan kepala dan terpaksa menyuapkan sesendok nasi bakar ke mulutnya. Dia paling benci kemangi, dia juga alergi dengan sayur ini. Apakah Anin lupa itu?

Tidak! Tentu saja Anin tak lupa. Anin hanya ingin Ratna memakan apa yang tak di sukainya itu dengan terpaksa, seperti halnya dia menelan kenyataan suaminya berselingkuh tetapi bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Makan malam itu terasa aneh, semua orang sedang berusaha berpura-pura nenyukai situasi itu padahal tak ada yang benar-benar betah menghadap meja makan itu.

Anin beranjak berdiri, mengambil sambal terasi dari ujung meja, lalu berjalan memutari meja. Tiba-tiba,

"Brak!!!"

"Ops! Astaga..." Kaki Anin mendadak terkait kaki kursi Ratna.

Mangkok sambal terasi di tangannya terpelanting dan terbalik sebagian isinya tumpah di punggung Ratna dan sebagian rambut Ratna yang panjang hitam mengkilat itu.

"Awwwww!!!" Ratna berteriak terkejut, berdiri tanpa sadar, rasa panas dari pedas cabe menyusup lewat sela gaun merah mudanya, membuat kulit halusnya serasa melepuh. Bau terasi segera memenuhi ruangan.

"Astaga, Rat...astaga, maafkan aku, sungguh aku tak sengaja..." Anin terbelalak sambil segera berdiri dan berusaha membersihkan punggung Ratna tetapi hal itu malah membuat sambal itu semakin berlepotan.

"Sayaaaaaang!" Galih berdiri dari duduknya, matanya nyalang. Dia tak tahu harus bertindak bagaimana dengan situasi itu, sementara dua wanita di depannya itu bersamaan menoleh padanya.

"Maafkan aku, Rat. Sumpah aku tak sengaja, ayo ke kamarku saja, kamu bersihkan diri. Atau kamu mandi saja lagi. Kamu pakai bajuku saja..." Kalimat penuh rasa bersalah itu meluncur dari bibir Anin.

"Tapi..." Ratna meringis, dia sebenarnya ingin marah tetapi dia yak bisa melakukannya, apalagi di depan Galih!

"Aku bantu bersihkan..." Anin menarik tangan Ratna dengan wajah penuh rasa sesal dan bersalah.

Ratna tak punya pilihan lain kecuali mengikuti Anin, bau terasi dari tubuhnya terasa menyengat nyaris membuatnya muntah.

"Bau sekali, Nin...hoekkk..." Ratna nyaris muntah sambil mengikuti langkah Anin.

Anin tak menyahut, pura-pura tak mendengar,

"Kamu tahu sepanas apa hatiku sekarang? sungguh tak sebanding dengan panas ulekan cabe yang melumuri punggungmu! Bau busukmu jauh melebihi bau terasi ini, temanku. Dan Kita awali ini dengan hal kecil ini saja sebagai peringatan perang ini di mulai. Ini hanya permulaan, setidaknya malam ini kamu akan tidur nyenyak dengan rambut bau terasi..."

1
Tia Martiana
kereeen Thor,🌹🌹🌹🌹🌹🌹🙏🙏
Dewa Rana
Luar biasa
Dewa Rana
author gak konsisten, katanya Darren udah selesai S3. Gimana sih
Dewa Rana
author tidak konsisten, kadang Dua tahun kadang satu setengah tahun
Dewa Rana
kok author sering menggunakan kata pias utk wajah. pias kan artinya pucat?
Dewa Rana
2 tahun apa 1 setengah
Dewa Rana
galih ganti nama
maria handayani
/Shy/
Tia Martiana
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹♥️♥️♥️♥️♥️
Ananda jaka Ideatama
Luar biasa
Lidia Kusumawati
Novel yg luar biasa,bikin deg2an terus..👍👍👍
Rismawati Damhoeri
biasanya saya suka mengkritik, baru kali ini saya mau komen, i like it...
Wahyu Kasep: aslinya di dunia nyata ( ada yang bangga dengan selingkuhan itu

bahkan di trend kemajuan teknologi dan jaman

pasangan pasutri bangga dengan selingkuhan nya masing-masing
total 1 replies
Sya'wanah
Halah, galih Ki toh ada yg ayu gitu kok kepencut yg d bawahnya. mungkin selingkuh lebih menantang.
andai d alam nyata, tak bejek2 tu suami .bikin dendam aja
Sya'wanah
mau d bawa kemana alurnya, akan ku ikuti terus ceritamu.
sukses dalam berkarya.
ku suport dngan kirim setangkai mawar.
Wawa Lamudji
cantik Thor visual nya
Wawa Lamudji
keren Thor visual 😘😘
ros
Luar biasa
Zeeda El husna
lanjut makin seruuu
Zeeda El husna
bagus ceritanya Nex Thor senang
Imaz Ajjah
cerita yg luar biasa,banyak makna yg bisa d contoh,,,sukses selalu buat kak author...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!