Ini lanjutan dari Novel keduaku yang berjudul "Gadis Barbar Kesayangan Tuan Muda Lumpuh"
Edgar merasa ada yang aneh dalam dirinya, dia mencoba memeriksakan dirinya ditemani oleh asisten setianya yang bernama Leo. Begitu ia datang kerumah sakit Edgar menemui dokter Andrologi, betapa terkejutnya ia mendapati hasilnya yang menyatakan kalau dirinya impoten.
Dibalik kesedihan pasti ada kebahagian yang telah di persiapkan oleh Tuhan, Edgar di pertemukan dengan seorang gadis tomboy bernama Zalea yang berasal dari keluarga broken home. Sebuah keajaiban datang ketika Edgar dan Zalea tak sengaja bertemu disuatu tempat, ia yang dinyatakan impoten tiba-tiba bereaksi ketika melihat Zalea.
Bagaimana kisah cinta Edgar dan juga Zalea? Apakah mereka akan bersatu?
Yuk simak ceritanya 💃🥰🤗
HAPPY READING 😚
Jangan lupa bintang 5 nya ya readers 🙏😚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar pulang
Zalea di bantu oleh Adel mengambil tas dan juga barang-barang sudah di belinya, tapi ada satu hal yang tengah Zalea cari namun ia tidak menemukannya.
"Kau sedang mencari apa?" tanya Adel.
"Kak, aku tadi sudah membeli makanan untuk ibuku tapi dimana ya?" heran Zalea.
"Coba nanti tanyain sama si Edgar, kan dia yang tadi bawa kamu kesini dek." ucap Adel.
Zalea dan Adel pun keluar dari kamar Edgar, di ruang tengah terlihat Edgar sudah rapi memakai jaket dan juga memegang kunci mobil menunggu Zalea keluar.
"Om sorry, lihat makanan yang udah aku beli gak?" tanya Zalea.
"Gue buang." jawab Edgar.
Zalea membulatkan matanya mendengar jawaban Edgar, dia sengaja membeli makanan tersebut untuk ibu dan adiknya makan, jika beli lagi pun pastinya warteg sudah tutup karena malam sudah semakin larut.
"Kenapa di buang sih om? Mana warung makan udah pada tutup lagi, ibu sama adik saya pasti nungguin saya pulang bawa makanan." kesal Zalea.
"Ehh, lu pikir ibu sama adik lu mau makanan yang udah kotor? Tadinya gue mau bawa kalo emang masih bisa di makan, tapi ini udah kotor broo jadi buat apa di bawa? Santai aja, nanti gue beliin makanan di resto yang buka 24 jam." ucap Edgar.
"Gausah om, aku gak punya duit lagi kalau beli di restoran." ucap Zalea.
"Dengerin dek, dia tuh bukan orang susah jadi kalau beli makanan mah kecil." ucap Adel enteng.
"Udahlah. Mau dianter kagak? Kalo nyerocos terus gue kurung dikamar." ucap Edgar.
"Iya-iya, ini juga udah siap mau pulang kok, lagian kalau naik kendaraan umum pastinya gak ada om." ucap Zalea.
Edgar pun menarik tangan Zalea keluar dari apartemennya, Zalea hendak berpamitan dengan Adel pun tak di gubris oleh Edgar karena jika dibiarkan Zalea pastinya akan terus nyerocos entah sampai kapan.
"Iihh, om jangan kenceng-kenceng nariknya! Sakit tahu, kakinya juga masih lemes." protes Zalea.
"Berisik!" tukas Edgar dingin.
Tiba-tiba saja tubuh Zalea melayang ke udara, dia refleks mengalungkan tangannya di leher Edgar karena terkejut, Edgar menggendong tubuh Zalea untuk mempercepat waktunya. Zalea tidak berani protes ataupun bicara karena melihat wajah Edgar yang dingin dan datar, entah kenapa Zalea takut melihatnya.
Edgar berjalan kearah mobil mewahnya, dia menurunkan Zalea kemudian membukakan pintu untuk gadis kecilnya, Zalea langsung masuk duduk di depan di susul oleh Edgar yang duduk di kursi kemudinya.
"Pakai sabuk pengamannya." titah Edgad dingin.
"Hah? Eh, i-iya om." ucap Zalea tergagap.
Tubuh Zalea mendadak gemetar melihat sikap dingin Edgar, tangannya kesusahan memakai sabuk pengamannya karena gugup bercampur takut. Sejak Adel mengatakan kalau ayah Zalea ingin menjualnya, saat itu juga Edgar langsung bersikap dingin dan datar bercampur emosi mendengarnya, dia tak akan membiarkan siapapun menyakiti Zalea terlebih lagi Zalea bisa dikatakan obat penawar dari penyakit yang di deritanya.
'****, kenapa gue gak terima kalau dia mau di jual sih? Brengsek tuh orang! Belum tahu dia siapa gue' batin Edgar.
Edgar melihat kearah samping dimana Zalea kesusahan memakai sabuk pengaman, dia mencondongkan tubuhnya meraih sabuk pengaman dari tangan Zalea, Zalea sontak terkejut karena jarak dirinya dan Edgar sangatlah dekat.
Ceklek.
"Gitu aja gak bisa." cibir Edgar.
Deg! Deg! Deg!
Jantung Zalea berdegup dengan kecang, namun bukan hanya Zalea saja yang merasakannya, Edgar berusaha mengendalikkan dirinya dan juga jantungnya yang sudah bertalu lebih cepat dari biasanya.
Setelah semuanya terasa lebih baik, Edgar mulai melajukan mobilnya meninggalkan apartemen.
"Dimana rumah loe?" tanya Edgar.
"Di jalan xxx no 28." jawab Zalea.
"Hemm." ucap Edgar berdehem tanda mengerti.
Tak ada percakapan diantara keduanya karena mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing, dari kejauhan Edgar melihat restoran yang masih buka, dia melajukan mobilnya menuju restoran tersebut.
Cekkiiittt..
"Tunggu disini." ucap Edgar dengan ekspresi yang masih dingin.
Zalea menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Edgar keluar dari dalam mobil kemudian masuk ke dalam restoran yang buka 24 jam. Zalea setia menunggu di dalam mobil, tak lama kemudian Edgar membawa paper bag yang berisikan makanan yang sudah di belinya.
Dug..
Edgar menutup pintu mobilnya dengan sedikit keras, dia menyerahkan paperbag tersebut pada Zalea.
"Ini apa om?" tanya Zalea begitu ia menerima paper bag dari Edgar.
"Itu racun." jawab Edgar asal.
"Eh si om, kalau ditanya jawabannya suka ngasal aja sih." protes Zalea.
"Kan ini di restoran cil, otomatis yang gue beli makanan bukan bahan bangunan." ucap Edgar.
"Iya-iya, makasih ya om." ucap Zalea.
"Kenapa sih gue harus ketemu lu terus? heran gue, akhir-akhir ini tiap gue pergi keluar ada loe lagi loe lagi, bosen tahu gak?" heran Edgar.
"Jodoh kali om." celetuk Zalea asal.
"Oh iya, waktu di restoran lu bilang bakal lakuin apa aja yang gue mau? Besok temuin gue di restoran tempat lu kerja, di ruang VIP jam 10." ucap Edgar.
"Waduuh, kirain dah lupa om." ucap Zalea.
"Aku tidak akan pernah lupa." tegas Edgar.
'Kayaknya lu dalam bahaya Lea' batin Zalea.
Edgar kembali melajukan mobilnya menuju alamat yang tadi disampaikan oleh Zalea, di sepanjang perjalanan Zalea menatap kearah luar sembari meratapi bagaimana kehidupannya di masa depan kelak.
Tak lama kemudian mobil Edgar berhenti di pinggir jalan, Zalea turun dari dalam mobil diikuti oleh Edgar. Untuk sampai ke kontrakan dimana Zalea tinggal harus melewati sebuah gang, Edgar mengikuti kemana Zalea membawanya seraya membantu membawakan barang bawaan Zalea.
"Dimana rumah lu cil?" tanya Edgar.
"Bentar lagi sampai kok om." jawab Zalea.
Dari kejauhan Namira melihat sosok puterinya, Naraya masih menunggu kedatangan Zalea di teras kontrakannya sendirian, dia lantas berjalan menghampiri Zalea.
"Lea, kamu kemana aja sih nak? Kenapa jam segini baru pulang? Ibu khawatir sama kamu sayang." cecar Naraya.
"Nanti Lea ceritain ya bu, sekarang Lea mau masukin dulu barang yang udah Lea beli buat Nathan." ucap Zalea.
"Yasudah, ayo kita masuk." ucap Naraya.
"Oh Iya bu, kenalin ini om yang udah nolongin aku tadi di jalan." ucap Zalea memperkenalkan Edgar pada ibunya.
Edgar menyalimi tangan ibu Zalea, Naraya sedikit terkejut tetapi dia berusaha bersikap biasa saja. Zalea mengajak ibunya dan Edgar masuk ke dalam kontrakan, Edgar menatap sekeliling kontarakan yang menurutnya sempit dan kurang layak di pakai, maklumlah Edgar sudah kaya dari lahir jadi kegika ia melihat kontrakan sangatlah kurang nyaman.
Rasain Lo Alina.