Ryo Seorang Idola Boy Band yang merupakan pewaris utama Rumah sakit terbesar di negara yang sedang menikmati masa puncak karirnya sebagai Idola. Ia yang dikagumi kaum hawa bak seorang pangeran pujaan selalu bermain dengan gadis manapun yang mau menyodorkan tubuhnya untuk ia nikmati.
Ciuman dengan seorang gadis biasa yang ia temui saat menari balet, membuatnya merasakan hal yang berbeda. Menemukan adanya seorang gadis yang tak mengidolakan bahkan membencinya, membuat Ryo seakan tertantang.
Penasaran dengan gadis yang menolaknya membuat Ryo justru larut dalam perasaan yang membuatnya merasakan namanya kerinduan.
Namun dihati sang gadis, justru terpatri nama Bams yang merupakan sahabat Ryo. Bams yang justru tak menyadari perasaan sang gadis justru hanya merasa kasihan pada gadis malang itu.
Novel vol.1 telah tamat. Sekarang berlanjut pada vol.2 dimana banyak terungkap hal mengejutkan!
Menguji kembali cara Ryo, Aira, Bams & Kiky mencintai pasangan mereka masing masing
CARAKU MENCINTAIM
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafila Asda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
Pagi itu Ryo menjemput Aira pada jam setengah enam pagi. Tapi jendela Aira masih gelap.
“apa mungkin dia udah berangkat?” ucapnya sendiri melihat itu
Ia mengambil ponsel dan menghubungi Aira dan tidak dijawab. Ryo pun pergi dari sana.
Mungkin ia sengaja menghindariku. Benak Ryo
Alarm berdering kencang untuk kesekian kali. Aira mencoba meraih ponsel dengan mata terpejam
“kyaaaaaa.. aku telaatt” teriaknya dan meletakkan begitu saja ponsel yang sudah menunjukan jam enam pagi
ME masih sangat sepi, bagaimana tidak, jam baru menunjukan jam enam. Tidak ada satu orang pun disana. Yang terlihat hanya para security yang akan berganti shift kerja.
Ryo langsung menuju ruang loker Aira. ia hanya mendapati loker kosong.
‘belum datang?’ Bams mengirim pesan pada Aira sambil berjalan dari parkiran. karena saat melewati parkiran sepeda, tidak terlihat ada sepeda Aira.
‘aku kesiangan’ jawabnya
‘kok bisa?’ Bams menjawab sambil tertawa
‘naik bus aja’ pinta Bams
‘iya!’ jawab Aira
Ada Ryo yang melihat Bams tertawa mengetik pesan.
“lo udah disini?” sapa Bams pada Ryo
“gue mau ngomong bentar!” pinta Ryo
Dia melihat Bams yang membawa dua bungkus roti isi. Ryo menduga, itu pasti untuk sarapan dia dan Aira.
“lo gak ngeduain Kiky kan?” tanya Ryo saat mereka Cuma berdua di dalam lift
“lo cemburu gue sama Kiky apa lo cemburu gue sama Aira?” Ucap Bams tiba tiba
“Gue hanya gak suka lo duain Kiky” Ucap Ryo
“kenapa?” Bams menantang
“Kiky teman gue, dan gue gak suka lo nyakitin dia” Ryo berusaha mengelak dari maksud sebenarnya
“Lo kenapa gak bilang kalau lo suka Kiky?” Bams langsung menembak
Ryo kaget mendengar Bams bicara seperti itu
“lo kalo ngomong jangan ngaco!” Ryo mengelak
“seharusnya lo ngomong ke gue kalo lo punya perasaan sama Kiky”
“gue gak punya perasaan sama Kiky!” jawab Ryo tegas
“loe sendiri yang bilang kalau loe dulu suka sama Kiky” Bams menegaskan
“lo jangan ngada ngada deh, kapan juga gue ngomong?”
“saat lo mabuk” jawab Bams
Ryo kaget mendengar itu. ia mungkin telah meracau saat mabuk
Astaga.. kok bisa gue keceplosan! Benak Ryo
“gue sekarang gak punya perasaan itu ke Kiky!” jawab Ryo yang keluar dari lift
“gue baru ngerti sekarang, cewek cewek yang dekat sama lo hanya tameng buat nutupin itu dari Kiky sama gue kan?” Bams membaca yang selama ini Ryo lakukan
“lo gak perlu ngomongin masalah gue, masalah lo sekarang .. jangan dekatin Aira!” ucap Ryo tegas dan meninggalkan Bams disana
“gue suka ma dia!” Bams tiba tiba mengatakan itu
Ryo berhenti melangkah dan berbalik menatap Bams dengan tatapan sangat kaget
“itu yang harusnya lo bilang” ucap Bams lagi
“gue suka sama dia.. apa susahnya lo bilang gitu ke gue” lanjut Bams lagi
Ryo menghela nafas.
“itu juga yang harus lo ucapin saat dulu Kiky deketin gue” Bams kesal karena Ryo menutupi hal itu
“gue sahabat lo, dan lo sahabat gue satu satunya, tapi hal kaya gini justru gue taunya setelah sekian tahun” Bams terus saja bicara
“lo tau kalau gue gak punya perasaan sama Kiky dan lo punya kesempatan untuk dia, tapi kenapa lo malah nyerah?” saat Bams bicara seperti itu. Ia tidak menyadari seseorang yang baru keluar dari pintu lift lain yang terbuka. Dia adalah Aira.
Ryo melihat ke arah Aira yang berada dibelakang Bams. Kini Aira tahu bahwa Bams tidak memiliki perasaan pada Kiky. Ryo pun semakin khawatir.
“karena gue suka orang lain!” jawab Ryo menatap Aira yang baru memasuki lobi itu.
Bams berbalik melihat ke belakang. Ia sadar Ryo melihat seseorang yang berada di belakangnya dan ternyata... Aira.
Ryo pergi begitu saja. Ia tidak menghiraukan Aira yang berdiri mematung disana menatapnya pergi. Aira merasa bersalah pagi ini. Ia melihat panggilan Ryo pada ponselnya yang berkali kali. Tapi ia tak bisa mengatakan maaf padanya.
Saat gladi siang itu, Ryo hanya diam. Mungkin ia masih kesal dengan Aira karena kecemburuan. Bams mendekati Aira yang berdiri melihat gladi dari grup lain.
“kok bisa kamu hari ini kesiangan?” tanya Bams mengejeknya
“serius.. aku pas bangun liat jam udah jam enam, kaya orang panik karena gempa gitu deh jadinya” Aira menceritakan paginya pada Bams
Ryo melirik ke Aira, ternyata apa yang ia pikirkan salah. Seharusnya ia tetap menunggu Aira pagi tadi atau membangunkannya. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Lelah rasanya bagi Ryo seperti ini. Ia ingin marah tapi tak bisa, ingin cemburu juga tak mampu, posisinya hanya membuat dirinya semakin tersiksa.
“terus kamu tadi gak sarapan dong?” tanya Bams menyesali diri memberikan roti isinya pada orang lain pagi tadi
“sarapan, nyambi tapi hehehe” Aira terkekeh yang mengingat ia hanya makan nasi putih tanpa lauk apapun
“kenapa gak bilang?” jawab Bams
“aku gugup banget!” ucap Aira meminum minumannya mengalihkan pembicaraan mereka.
“wajar lah.. ini kan pertama kali kamu naik panggung” ucap Bams yang tidak tahu kalau Aira terbiasa dengan panggung saat dia kecil
Saat menjelang manggung, semua orang sudah di make up dan masing masing sudah menggunakan kostum mereka. Kostum ketat yang dikenakan Aira membuat dia terlihat sangat berbeda.
Ryo langsung mengenali Aira diantara para dancer. Ryo melihat Aira yang sedikit panik. Berkali kali ia menggenggam tangannya sendiri. Ryo pun mendekatinya.
Meski dengan make up berwarna hitam. Aira tetap terlihat cantik dengan rambut indah terikat. Namun sorot matanya terlihat pucat.
“hei!” sapa Ryo biasa
Aira melihat mata Ryo. Ia terlihat sangat gugup. Ryo pun menggenggam tangannya.
“tangan kamu berkeringat dingin” ucapnya yang menggenggam tangan Aira yang sangat dingin dan gemetar.
“aku gugup banget!” ucapnya menggenggam tangan Ryo erat.
“kamu gakpapa?” Ryo khawatir melihat Aira yang mulai berkeringat banyak.
Aira menarik nafas dan menghembuskan berkali kali, ia berusaha mengurangi rasa gugup.
“kita latihan bentar disini...” Ryo mengajaknya pada sebuah tempat di belakang panggung
Ia menyalakan musik dengan menggunakan ponsel. Saat berdiri, Ryo bisa melihat tubuh Aira yang gemetar. Ia memegang bahu Aira.
“kamu tarik nafas... hembuskan.. lagi!” ia berusaha menenangkan Aira yang sangat panik.
Aira menutup wajah dengan kedua tangan. Ia seakan ragu, tapi ia tidak mungkin bisa mundur. Ryo mengambil tangan Aira, ia menggenggam erat.
“pejamkan mata kamu ai.. “ Ryo meminta Aira. Aira menutup mata
“pikirkan ketika kamu menari balet waktu dulu, bayangkan audiens yang akan menanti performa terbaikmu” Ryo terus berusaha menenangkan Aira
Bams yang dari tadi mencari Aira melihat kejadian itu. Ia melihat Aira yang menutup mata, sedangkan Ryo berdiri begitu dekat dengannya dengan menggenggam tangannya. Aira seperti seorang gadis yang siap untuk dicium. Melihat itu semua Bams berpikir mungkin inilah saatnya ia membalas Ryo. Berhenti menyukai Aira, karena sepertinya Ryo memang menyukainya.
Setelah melihat Aira yang seperti tenang, Ryo terus menatap detail wajah Aira.
Apa yang membuat gue gak bisa berpaling dari wajah ini? Benak Ryo
“sekarang gimana?” Ryo menanyakan pada Aira
Aira mengangguk, ia mulai tenang. namun musik telah berakhir. Lagu kedua mulai melantun.
“kita mulai ya...?” ajaknya lembut.
Mereka pun melakukan latihan. Sangat indah, ada tatapan lain saat itu, tatapan Aira yang teduh, tatapan seperti mengharap Ryo selalu ada. Saat lagu terakhir, Ryo mendekatkan wajahnya ke wajah Aira, bahkan hidung mereka tersentuh. Ryo benar benar larut dalam irama romansa sendiri.
Aira bahkan tidak berkedip menatap mata Ryo. Ada perasaan lain yang Aira rasakan saat itu, meski detak jantungnya kini meningkat, tapi ada perasaan percaya dan nyaman saat menatap mata lelaki yang dulu sangat ia benci itu.
Aira bergegas mundur setelah menyadari dirinya yang ikut larut dalam keindahan romansa Ryo. ia menarik nafas panjang, berusaha mengatur nafas.
Deg Deg deg! Detak jantung bukan gugup, tapi detak jantung aneh yang ia rasakan ketika ketika melihat manik mata Ryo.
“kamu bisa kan?” Ryo menyentuh bahu Aira
Aira menatap Ryo kembali. Ia benar benar tenang sekarang, tidak terlalu gugup seperti sebelumnya. Benar kata Ryo, ia harus membayangkan saat ia menari Balet dulu dengan percaya diri.
Dia Ryo Aira.. Dia Ryo!! Pikiran Aira terus melawan hatinya yang menerima semua perhatian Ryo
Aira melepaskan pegangan bahu Ryo dan mundur satu langkah menjauh darinya.
“Aku dah tenang” ucapannya bertentangan dengan kondisinya yang masih terlihat gugup di mata Ryo. Bahkan senyum Aira pun dipaksakan. Ryo meraih tangan Aira. kini tangan itu terasa hangat. Tidak sedingin sebelumnya.
“tenang aja, ada aku!” Ryo meyakinkan Aira saat itu.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~