Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.
Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.
Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Rencana Louisa (21+)
"Kamu ga apa-apa kalau kita pulang sebelum prom selesai?"
"Ga apa-apa. Lagipula aku cuma pengen tau gimana rasanya hadir di prom. Thanks Jev, berkat kamu aku bisa datang ke prom tanpa di ejek oleh teman-temanku. Mereka sepertinya ga percaya kalau aku bisa punya teman kencan yang wajah tampannya jauh melebihi teman-teman kencan mereka yang culun dan ngeselin itu" Jevan tertawa mendengar ucapan Louisa.
"Padahal mereka ga tau aja aku ini siapa. Kalau mereka tau aku itu sama aja kayak kamu, mereka mungkin akan membully aku juga"
"Hehehe... Iya juga ya... Anyway, tentang kencan kita... "
"Jadi sekarang kita perlu ke rumah Ron. Iya kan?"
"Iya"
"Tapi ini sudah malam, Lou. Kita pasti akan mengganggu waktu istirahat Ron di rumah"
"Tapi ini darurat dan berhubungan dengan masa depan kamu, Jev. Aku berani melakukan ini karena aku tahu kalau Ron mengenal kepala sekolah kamu"
"Ooh... Begitu... Baiklah, aku akan ikuti rencana kamu"
"Nah, gitu dong... "
Setibanya di rumah Ron, seperti yang Jevan duga sebelumnya, Ron mengomel karena merasa waktu istirahatnya terganggu. Kemudian Louisa mencoba untuk menceritakan kemalangan yang menimpa Jevan.
"Louisa benar, aku memang mengenal kepala sekolah kamu. Namanya Suzanne Kersey. Siapa nama gurumu tadi?"
"Elizabeth Rider"
"Kenapa namanya tak asing di telingaku ya? Jev, sepertinya aku harus ke kantor dulu untuk mengecek namanya. Kalian duluan saja ke apartemen si Elizabeth ini, nanti aku kabari lagi. Karena kalau ia adalah orang yang seperti sudah kuduga sebelumnya, aku perlu bukti untuk menangkapnya"
"Memangnya dia seorang kriminal, Ron?"
"Aku belum tahu pasti, makanya aku harus cek datanya dulu. Tolong share lokasi apartemennya ya sebelum aku kesana nanti"
"Oke, Ron. Thanks ya, maaf aku mengganggu malam-malam begini"
"Yeah tak apalah, ada untungnya juga buatku kalau aku bisa tau si Elizabeth ini"
Setelah Jevan dan Louisa berpamitan kepada Ron dan istrinya, mereka lalu langsung menuju apartemen Elizabeth.
***
"Kamu terlambat, Jev. Ini sudah hampir tengah malam"
"Well, kalau begitu aku pulang lagi aja deh" Ucap Jevan dengan cuek. Tapi sebelum Jevam keluar ruangan, Elizabeth tiba-tiba menghadangnya di depan pintu sebelum Jevan memutar kenop pintu.
"Tunggu dulu, jangan pergi begitu saja. Memangnya kamu ingin kehilangan kesempatan untuk lulus lebih cepat?"
"Tentu saja tidak. Tapi aku masih meragukan keaslian ijazah kelulusanku yang telah kau tunjukkan padaku sebelumnya"
"Jadi kau tak percaya padaku?"
"Terus terang saja tidak, miss"
"Tentu saja ini asli! Sini kutunjukkan padamu!" Elizabeth kemudian menunjukkan sebuah ijazah kepada Jevan"
"Lihat ini! Ijazah yang asli ada tanda hologramnya, di sini juga ada!" Jevan kemudian mengamati ijazah tersebut yang di keluarkan tahun lalu.
"Jadi kau sudah biasa melakukan ini ya?"
"Iya, sekarang kau percaya padaku kan?"
"Di sini tertera nama murid laki-laki. Apakah kau juga memaksanya untuk berhubungan denganmu sebagai syarat kelulusannya?"
Elizabeth menelan ludah dan seketika langsung merasa gugup. Sepertinya ia ketahuan oleh Jevan. Tetapi kenapa ia harus takut? Jevan kan bukan polisi.
"Iya, aku memang memintanya untuk melakukan itu. Tapi percayalah Jev, bagiku kau tetap yang terbaik di atas ranjang"
"Hmm... Baiklah... Tapi kali ini aku meminta sedikit perubahan agar kau lebih terangsang"
"Wow Jev... Aku tahu kamu memang spesial... " Jevan tersenyum miring. Setelah itu ia mengeluarkan ponselnya dari sakunya dan mulai menelepon seseorang yang tak lain adalah Louisa.
"Babe... Kamu sudah boleh masuk sekarang"
"Oke, babe... "
"Tunggu dulu, kamu mengajak seseorang kemari?"
"Ya, tenang saja. Nanti aku akan kenalkan kamu padanya"
Tak lama kemudian, Louisa masuk masih dengan gaun prom yang ia pakai tadi.
"Miss, kenalkan ini pacarku, Louisa... "
"Apa-apaan ini? Untuk apa kamu membawa pacarmu kesini?"
"Untuk ikut bermain bersama kita"
"Apa? Apa kamu sudah gila? Kamu rela berbagi tubuhmu denganku di depan pacarmu, Jev?"
"Tentu saja. Ini kan bukan pertama kalinya bagiku, seperti juga denganmu kan?"
"Iya sih... Tapi... "
"Sudahlah, ikuti saja dulu rencana kami. Pertama, kami akan bermain berdua dulu agar kamu terangsang, jika kamu sudah siap, barulah kamu boleh ikut bergabung. Bagaimana?"
"Wow... Ini... Ini gila... Aku tak pernah melakukan ini sebelumnya, tapi sepertinya menyenangkan. Ayo kita mulai!"
"Baiklah, tapi kamu harus mengikuti arahan kami supaya hasilnya maksimal"
"Iya, aku akan turuti. Ayo segera mulai, Jev!"
Louisa lalu berbisik di telinga Jevan.
"Semangat sekali dia"
"Bagus kan? Berarti dia sudah mulai masuk perangkap"
Awalnya sebenarnya Jevan keberatan dengan ide Louisa. Bermain bertiga seperti rencana Louisa tentu saja membuatnya trauma karena perbuatan ibunya dan Pixie kepadanya sekitar 6 tahun yang lalu. Tetapi Louisa meyakinkannya kalau ini demi menghilangkan trauma Jevan dan ia akan memastikan Elizabeth tak sampai menyentuh tubuhnya. Jevan masih belum paham dengan maksud Louisa, tetapi ia akhirnya menyetujui rencana Louisa. Mereka sedang melakukan pengalihan sampai Ron datang.
Jevan sedang mengendus leher Louisa sambil meraba-raba tubuhnya ketika Louisa membisikkan sesuatu di telinganya.
"Coba lihat dia Jev, belum apa-apa sudah kayak cacing kepanasan"
Jevan kemudian melirik ke arah Elizabeth yang terlihat seperti orang gelisah. Keringat dingin mulai terlihat di pelipisnya. Membuat Jevan dan Louisa semakin bersemangat untuk membuat Elizabeth jadi tambah gelisah. Ketika Jevan mulai menurunkan gaun Louisa, Elizabeth bersuara.
"Oh... Jevan... Ajak aku... Kumohon... "
Jevan dan Louisa sebenarnya ingin sekali menertawakan Elizabeth, tapi mereka harus bisa menahannya demi suksesnya drama yang mereka ciptakan untuk mengelabui Elizabeth.
"Sabar miss... Belum waktunya... "
"Tapi aku sudah tak tahan lagi... "
Jevan menghiraukan permohonan Elizabeth. Sebaliknya, ia malah mencium bibir Louisa dengan penuh gairah. Kini Louisa hanya memakai lingerie di balik gaunnya yang ketat dan seksi. Kemudian ia bergantian membuka jas Jevan lalu membuka kancing kemejanya satu persatu dengan sangat pelan untuk menguji kesabaran Elizabeth.
"Jevan... Please... "
Jevan dan Louisa saling memandang. Kemudian Jevan memberi isyarat kepada Louisa dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Louisa. Lalu Louisa menghampiri Elizabeth dan mulai menciumi Elizabeth untuk mengerjainya. Tetapi tiba-tiba ponsel Jevan berdering. Membuat Elizabeth menoleh dan menghentikan aksi Louisa terhadapnya.
"Jangan di angkat teleponnya, Jevan. Kita sedang berada di tahap yang sangat penting karena kamu harus mulai masuk ke permainan kami"
"Sorry miss, aku harus mengangkat telepon ini karena sangat penting. Jangan khawatir, ini takkan lama. Pacarku akan membantumu. Setelah itu aku akan segera bergabung dengan kalian. Oke?"
"Oke, tapi jangan lama-lama yaa... "
"Iya, tenang saja miss"
Jevan keluar ruangan sebentar demi mengangkat telepon dari Ron.
"Halo Ron... "
"Halo, Jev. Suzanne Kersey sudah bersamaku sekarang di mobil. Aku juga membawa satu orang saksi lagi untuk menangkap Elizabeth Rider. Sekitar 10 menit lagi kami akan sampai"
"Baiklah, aku tunggu kedatanganmu, Ron"
Jevan pikir 10 menit waktu yang cukup lama untuk menghindari permainan bertiga mereka. Jevan harus segera memberitahu Louisa tentang ini.
"Jev, akhirnya kau datang juga. Aku harus segera ke kamar mandi. Dimana kamar mandinya, miss?"
"Di sana, di pojok ruangan"
"Aku akan mengantarkanmu, babe"
"Oke"
"Jevan, sebaiknya kau di sini dan melayaniku karena dari tadi kamu belum menyentuhku"
"Baiklah, tapi aku cium pacarku dulu ya sebentar"
Elizabeth protes tapi Jevan menghiraukannya. Ketika mencium pipi Louisa, Jevan memberitahu Louisa tentang Ron yang akan segera datang. Kemudian Louisa membisikkan jawabannya di telinga Jevan.
"Kau cumbu saja dia secara sangat perlahan sementara aku berpakaian di kamar mandi. Ingat, jangan sampai kau tak berpakaian ketika Ron datang nanti"
"Oke, babe"
Jevan melakukan instruksi Louisa dengan patuh. Elizabeth sedang meraba dada Jevan ketika pintu apartemen Elizabeth ada yang mengetuk.
"Biarkan saja, jangan di buka... Kita harus segera menyelesaikan ini, Jev"
Jevan sempat menuruti permintaan Elizabeth, tetapi pintu kembali di ketuk dengan lebih keras.
"Buka pintunya! Ini polisi!"
Elizabeth yang terkejut mendengarnya lalu berhenti bercumbu dengan Jevan dan mulai merapikan pakaian dan penampilannya yang kusut.