Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26. Tangisan Anak Kecil.
Hyuna tersenyum saat mendengar ucapan Dayu. "Insyaallah saya baik-baik saja, Pak. Maaf, saya harus menyiapkan pesanan." Dia menundukkan kepalanya lalu beranjak pergi dari hadapan laki-laki itu.
Dayu terus menatap kepergian Hyuna sampai wanita itu tidak terlihat lagi, dia lalu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Tepat pukul 9 malam, Hyuna sudah menyelesaikan semua pekerjaannya dan beranjak pulang ke rumah. Dari hasil tabungan kerja kerasnya, saat ini Hyuna sudah bisa membeli rumah sederhana yang berada tidak jauh dari restoran.
Hyuna sama sekali tidak berminat untuk memiliki rumah yang selama ini dia dan Aksa tempati, dan memilih untuk menggugat laki-laki itu dalam bentuk uang.
Setelah naik taksi online, Hyuna berjalan masuk ke gang rumahnya yang berjarak 100 meter dari jalan raya. Dia menyapa beberapa tetangga yang sedang duduk di depan rumah, dan mereka juga kembali menyapanya dengan ramah.
Hyuna memasukkan tangannya ke tas untuk mengambil kunci. Setelah menemukannya, dia segera membuka pintu rumahnya agar bisa segera istirahat.
"Hiks. Papa, papa."
Hyuna yang sudah akan melangkah masuk ke dalam rumah mendadak mengurungkan niatnya saat mendengar suara tangisan anak kecil. Dia merasa bingung, apakah suara itu nyata atau hanya halusinasinya saja.
"Jangan-jangan itu setan?"
Hyuna menggelengkan kepalanya dengan terkekeh pelan, mana ada jaman sekarang sesuatu yang seperti itu pikirnya.
"Papa, hiks. Huhuhu."
Hyuna langsung berbalik saat kembali mendengar suara tangisan anak kecil, dia kini yakin jika suara itu nyata dan bergegas untuk mencarinya.
"Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?" Hyuna menjongkokkan tubuhnya di depan seorang anak lelaki yang sedang duduk di samping pagar rumahnya dengan kaki terlipat.
Bocah kecil itu mendongakkan kepalanya dan menatap Hyuna, dia lalu beringsut mundur ke belakang karena merasa takut dengan orang asing.
"Jangan takut, Nak. Aku bukan orang jahat." Hyuna mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. "Aku pemilik dari rumah ini." Dia lalu menunjuk ke arah rumahnya membuat anak laki-laki itu ikut melihat ke belakang.
"Tapi apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Hyuna kemudian sambil tersenyum agar anak kecil itu tidak takut.
"Aku, aku mencali Papa," jawabnya dengan kedua tangan yang saling bertautan.
"Kau terpisah dari orang tuamu?"
Anak kecil itu mengangguk membuat Hyuna langsung khawatir, dia yakin jika saat ini keluarga anak kecil itu pasti sedang mencarinya.
"Apa aku boleh membantumu?" Hyuna menawarkan bantuan padanya membuat kedua mata anak lelaki itu berbinar, tentu saja membuat dia merasa gemas.
Hyuna lalu mengulurkan tangan untuk membawa anak kecil itu masuk ke dalam rumahnya. Dia takut jika anak kecil itu masuk angin karena malam ini cuaca sangat gelap dengan angin yang berhembus kencang.
"Kata papa aku enggak boleh ikut olang asing." Anak kecil itu menggelengkan kepalanya, dia ingat betul nasehat dari sang papa yang selalu diulang-ulang setiap hari.
"Tante kan bukan orang asing, Sayang. Nama tante Hyuna, dan tante ingin mengajakmu masuk ke dalam rumah supaya tidak terkena angin malam," ucap Hyuna. Kasihan juga jika anak sekecil itu dibiarkan sendirian.
Anak kecil itu berpikir sejenak. Haruskah dia tetap menunggu papanya di tempat itu, atau akan masuk bersama dengan wanita yang ada di hadapannya?
"Tapi, apa Tante bisa menghubungi papaku?
Hyuna langsung mengangguk. "Tentu saja, Sayang. Kau tinggal kasi nomor ponsel papamu, lalu tante akan meneleponnya."
Anak kecil itu mengangguk lalu memberikan secarik kertas yang ada disaku celananya. Setelah itu Hyuna mengajaknya masuk ke dalam rumah sebelum cuaca semakin dingin.
Hyuna mengajak anak kecil itu duduk di ruang tamu, dia lalu menyuguhkan coklat panas dan juga camilan untuk bocah itu.
"Oh ya, Tante belum tau siapa namamu," ucap Hyuna sambil mendudukkan tubuhnya.
"Aku Wildan Kevlal Liandla," jawab Wildan dengan belepotan, dia sendiri sangat susah jika harus menyebut nama panjangnya.
"Nama kamu sangat bagus, Wildan. Persis seperti wajah kamu yang tampan."
Wildan memalingkan wajahnya yang bersemu merah membuat Hyuna langsung memeluk tubuh bocah kecil itu. Dia benar-benar merasa gemas, bagaimana mungkin anak sekecil itu sudah merasa malu?
"Ja-jangan peluk." Wildan mendorong tubuh Hyuna dengan wajah merah padam. "Kata papa anak laki-laki enggak boleh manja-manja."
Hyuna mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Wildan, dia lalu menganggukkan kepalanya sambil mencubit pipi bocah itu.
"Baiklah, tante harus menelepon papamu dulu. Jadi Wildan tunggu sebentar ya?"
Wildan mengangguk membuat Hyuna tersenyum sambil mengambil ponselnya. Dia segera memasukkan nomor yang ada di kertas itu lalu meneleponnya.
Tut, tut, tut.
"Halo."
"Selamat malam, Tuan. Saya Hyuna, maaf jika mengganggu waktu Anda," ucap Hyuna mencoba untuk basa basi.
"Apa maumu?"
Hyuna mengernyitkan keningnya saat mendapat jawaban yang dingin dan ketus dari seberang telepon.
"Saya ingin memberitahukan jika putra Anda sedang bersama dengan saya,"
"Kau menculiknya?"
"A-Apa?"
"Tunggu, apa-apaan sih dia ini?" Hyuna menjauhkan ponselnya saat dituduh menculik Wildan.
"Bukan, Tuan."
Hyuna lalu menceritakan kenapa Wildan bisa bersama dengannya saat ini, lalu dia menyebutkan alamat rumahnya agar orang tua bocah kecil itu bisa menjemputnya.
"Tunggu di situ."
"Ba-"
Tut.
Panggilan itu langsung terputus begitu saja saat Hyuna sudah menceritakan semuanya, membuat dia merasa kesal.
"Bukannya terima kasih, tapi malah menuduhku penculik," gumam Hyuna dengan emosi. Dia lalu kembali duduk bersama dengan Wildan sambil menunggu kedatangan orang tua bocah itu.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan di pintu membuat Hyuna bergegas untuk membukanya.
"Siapa-"
"Di mana anakku?"
Hyuna mematung di ambang pintu saat melihat laki-laki yang saat ini berdiri di hadapannya. "Wah, wajah laki-laki ini sama persis dengan Wildan. Apa dia ayahnya?"
"Kau mendengarku?" Laki-laki itu mengibaskan tangannya di depan wajah Hyuna membuat lamunannya terhenti.
"Di-dia sedang makan, Tuan. Silahkan masuk."
Laki-laki itu langsung masuk ke dalam rumah tanpa membuka sepatunya membuat Hyuna langsung menatap tajam.
"Dia pikir rumahku ini restoran, yang bisa masuk pakai sepatu?"
•
•
•
Tbc.