NovelToon NovelToon
Mantan Istriku Ternyata Sultan

Mantan Istriku Ternyata Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:47.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rishalin

Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 19

Hari ini Jia berniat akan mengajak jalan-jalan Amira dan Bu Dinda untuk sedikit menghilangkan rasa gundah dan sedikit menghibur Amira agar tidak terus menerus memikirkan sikap Ayahnya.

"Mama mau pergi kemana?" Tanya Jia pada Bu Dinda.

Bu Dinda menoleh ke arah Jia. Dia menggelengkan kepalanya ia tidak tahu mau pergi kemana.

"Mama ikut kamu dan Amira saja, Nak." Jawab Bu Dinda.

Bu Dinda menoleh ke arah Amira dan bertanya pada Amira.

"Amira sayang, kamu mau kita jalan-jalan kemana?" Tanya Bu Dinda pada Amira.

Amira menatap ke arah Oma dan Bundanya bergantian.

"Aku tidak tahu Oma. Aku taunya cuma taman bermain." Jawab Amira polos, membuat Bu Dinda terkekeh.

"Kita jalan-jalan ke Mall aja yuk, Ma. Sekalian aku mau membeli beberapa barang buat Amira. Bajunya juga sudah waktunya ganti." Ucap Jia yang langsung di angguki oleh Bu Dinda.

"Ma, aku lupa hpku masih aku charger di kamar. Ma sama Amira ke depan duluan saja ya, aku ke kamar sebentar ngambil hp." Ucap Jia yang di angguki oleh Bu Dinda.

Bu Dinda mengajak Amira untuk keluar lebih dulu sambil menunggu Jia di mobil.

"Yuk Bund." Ajak Jia seraya masuk kedalam mobil.

"Udah gak ada yang ketinggalan lagi kan?" Tanya Bu Dinda.

Jia menggelengkan kepalanya.

"Pak Heru kita ke Mall ya." Ucap Bu Dinda pada supir pribadi mereka.

"Baik Bu." Jawab Pak Heri sopan.

"Mama mau ngabarin Papa kamu dulu. Nanti dia bisa ngambek kalau tidak di kasih kabar." Ucapan Bu Dinda membuat Jia terkekeh geli.

***

"Pa, gimana? Kakak sudah mau menggantikan posisi Papa?" Tanya Jio yang baru saja sampai di ruangannya dengan Pak Alan.

Pak Alan menganggukkan kepala diringi dengan senyuman.

"Kakakmu sudah setuju Jio. Tapi dia minta untuk tetap di pantau sama Papa selama satu atau dua tahun kedepannya. Kalau Papa minta bantuan kamu apa kamu gak keberatan?" Jawab Pak Alan.

"Apapun yang terjadi aku pasti akan tetap membantu Kakak nantinya." Jawab Jio.

Pak Alan tersenyum mendengar ucapan anak bungsunya. Dia bersyukur karena kedua anaknya sangat kompak dan tak memiliki rasa iri dengki terhadap satu sama lain.

"Papa sama Mama tenang saja. Setelah Masalah Kak Jia selesai, Papa sama Mama akan beristirahat dan hanya menemani cucu Papa di rumah. Soal Kakak itu akan menjadi tanggung jawab aku. Aku akan jadi orang yang selalu berada dibelakang Kak Jia." Ucapan Jio membuat Pak Alan tersenyum hangat.

Pak Alan terharu akan ucapan putra bungsunya. Tak terasa putra dan putri yang dulu ia manja dan digendong kemana saja kini sudah dewasa dan sudah mengerti akan arti kehidupan yang sebenarnya.

Jio melirik jam tangan yang dia pakai. Dia harus segera keruangan meeting sekarang. Karena sebentar lagi akan diadakan meeting yang membahas beberapa masalah tentang client mereka yang terbilang rumit.

"Aku ke ruangan meeting dahulu ya Pa. Papa tunggu aku disini gak papa kan?" Ucap Jio.

Pak Alan mengangguk lirih.

Setelah kepergian Jio, Pak Alan berjalan menelusuri ruangan putranya. Ia tak sengaja melihat satu bingkai foto yang berada diatas meja kerja Jio.

Sebuah foto keluarga saat Jia berusia sekitar 6 tahun dan Jio yang masih berusia 2 tahun, mereka berdua tampak tersenyum dalam pangkuan hangat Pak Alan.

Pak Alan mengambil bingkai foto tersebut dan mengusapnya dengan lembut. Tak terasa air mata Pak Alan tiba-tiba saja mengalir.

"Kalian kebanggaan Papa sama Mama. Papa harap sikap kalian akan terus seperti ini sampai tua nanti. Dan setelah ini, semoga kalian mendapatkan pasangan yang saling mengerti satu sama lain." Gumam Pak Alan saat mengusap bingkai foto itu.

***

"Bunda? Amira mau itu." Ucap Amira yang tidak sengaja melihat mainan yang selama ini dia inginkan.

Jia dan Bu Dinda menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Amira.

Jia menganggukkan kepalanya dan mengajak Amira masuk ke dalam toko mainan tersebut.

"Mbak tolong ambilkan mainan yang itu ya." Ucap Jia kepada salah satu penjaga toko mainan tersebut.

"Amira mau yang mana lagi, sayang?" Tanya Jia pada Amira. Namun anak kecil itu menjawab dengan gelengan kepala.

Sementara Bu Dinda melangkah mendekati salah satu mainan yang menurutnya sangat bagus.

Dia mengambil mainan itu lalu memanggil Amira untuk menghampirinya.

"Amira mau yang ini gak, sayang? Biar Oma nanti yang belikan." Ucapan Bu Dinda membuat Amira menoleh untuk mencari keberadaan Bundanya.

"Aku tanya harus tanya Bunda dulu, Oma. Bunda bilang kalau Amira dikasih sesuatu harus tanya Bunda dulu." Jawaban polos Amira membuat Bu Dinda tertawa kecil.

Amira berjalan mendekati Bundanya yang sedang membayar mainan yang ia tunjuk tadi.

"Bunda." Panggil Amira, Jia yang mendengar panggilan putrinya langsung menunduk menatap ke arah Amira.

"Kenapa sayang?" Tanya Jia lembut.

"Bunda masih lama? Kalau udah selesai ayo ikut Amira ketempat Oma."

Setelah mendengar ucapan Amira, kedua alis Jia seketika bertaut.

"Ini Mbak kartu dan belanjaannya." Ucap kasir seraya mengembalikan kartu debit milik Jia.

"Ah iya Mbak terima kasih ya." Jawab Jia seraya menerima kartu dan mainan yang di minta oleh Amira.

"Yuk sayang sudah selesai. Ini mainan yang Amira minta tadi." Ucap Jia seraya menyodorkan sebuah paper bag berisi mainan.

Amira menganggukkan kepala dengan raut wajah senang, anak kecil itu meraih paper bag yang berisi mainan keinginannya.

Amira berjalan mendahului Bundanya. Jia dengan senang hati mengikuti langkah anak kecil itu.

"Oma." Teriak Amira pada Omanya.

Bu Dinda tersenyum melihat kedatangan Amira dan Jia.

"Ada apa Ma?" Tanya Jia pada Bu Dinda.

"Mama mau beliin mainan ini buat Amira. Tapi saat Mama tanya Amira mau atau tidak, dia malah menjawab mau tanya sama Bunda dulu." Jawab bu Dinda yang mengingat jawaban polos dari Amira.

Jia menoleh ke arah Amira. "Amira mau sayang?" Tanya Jia dengan lembut.

"Kalau Bunda bilang boleh, Amira mau Bunda." Jawab Amira malu-malu seraya mengulum senyum.

"Ya sudah, Oma beliin ya." Bu Dinda mengusap lembut puncak kepala Amira.

Setelah selesai membayar semua mainan Amira. Kini mereka bertiga berjalan keluar dari toko tersebut.

Amira dengan riang berjalan sendiri sambil membawa kantong belanjaan miliknya karena cukup ringan.

"Wah wah wah orang miskin banyak gaya nih." Ucap Mayang yang tidak sengaja berpapasan dengan Jia dan juga Bu Dinda.

Jia dan Bu Dinda hanya terdiam mendengar perkataan Mayang.

Mayang yang berbelanja dengan Litta dan Zura pun menatap remeh ke arah mereka.

Zura tak sengaja melihat ke arah Amira yang sedang membawa kantong belanjaan miliknya sendiri.

"Mama Zura mau itu." Rengek Zura pada Mayang.

Litta dan Mayang menoleh ke arah Amira. Mayang yang ingin mengambil kantong belanjaan milik Amira langsung di hadang oleh Jia.

"Mau apa kamu?" Tanya Jia dengan nada datar.

"Kamu tuli, anak ku menginginkan itu. Jadi kasih sama Zura, sini cepetan." Ucap Mayang dengan pedenya.

"Tokonya ada di situ, silahkan beli sendiri." Jawaban Jia membuat Mayang dan Litta melongo saat melihat ke arah toko yang di tunjuk oleh Jia.

Ya toko mainan yang ditunjuk Jia, adalah toko mainan yang sangat mahal.

Tanpa menunggu jawaban Mayang, Jia mengajak bu Dinda dan Amira beranjak pergi dari sana dari pada dia harus bertengkar dengan Mayang nantinya.

"Sial!! Orang miskin itu, membuat Zura menangis. Kalau kita beliin Zura mainan itu, yang ada kita gak jadi shopping dong." Gumam Litta yang kesal dengan tingkah Jia yang sok-sokan membelikan Amira mainan dengan harga jutaan itu.

********

********

1
Ma Em
Luar biasa
Sunaryati
Seharusnya tidak diungkap pemilik Kafenya sebelum ketuk palu, agar nyesel sampai ubun- ubun, ungkap siapaJia setelah resmi cerai
Yurniati
tetap semangat terus update nya thorr
Yurniati
keluarga benalu susah emang,,,,
arniya
geregetan
Evi 060989
up
Jonathan Simanjuntak
segitu aja tor .tanggung amat
Marianti Setiawan
malunyaaaaa itu buk arum
Ani
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/puas tenan aku
Ani
apakah Rendi 🤔🤔🤔🤔
Ani
/Puke//Puke//Puke//Puke//Puke/ kita lihat saja nanti
Ani
ya ampun dasar serakah
Yuli Ana
hayo... kena mental gk tuh keluarga bu arum... terutama rangga nih....bisa2 gk mau cerai dong... secara udh tau kalau jia kaya. apa lg bu arum pasti ngelarang rangga buat nerusin petceraian..
Ani
ya iyalah anak kandung serasa anak tiri
Ani
jangan salahkan anaknya jika nanti lupa sama Rangga
Ani
nah gitu dong Jia .. gak sabar dengan reaksi mereka satu rumah 😁😁😁😁
Ani
sakit sekali ya diperlakukan seperti itu sama suami dan keluarganya..
miris banget kan..
Evi 060989
up lg
Amy
kaget gak, kaget doooooong,,, sok-sokan lagi
Hammer
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!