NovelToon NovelToon
SALAHKAH AKU TURUN RANJANG

SALAHKAH AKU TURUN RANJANG

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:6.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: mama reni

Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.

Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.

Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.

"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa

HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh Tujuh

Mama Reni mendekati Ghendis. Menggenggam tangan menantunya. Dia tahu perasaan gadis itu.

"Ma, katakan dengan jujur. Apa benar temanku Dicky meninggal?" tanya Ghendis dengan suara parau karena air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Kenapa kau menangis begitu?" tanya Ibu Novi dengan suara ketus.

"Bu, sudahlah. Ghendis baru sadar dan baru saja melewati masa kritis. Jangan dibebani dengan hal lain," ucap Aksa.

Mendengar Aksa yang bicara dengan sedikit membentaknya, membuat Ibu Novi terdiam. Dia lalu berjalan, kembali ke sofa. Pura-pura mengajak Alice bermain. Dia takut jika menantunya itu marah.

"Ma, jujurlah. Apa temanku meninggal?" tanya Ghendis lagi dengan suara lemah.

Tak mungkin Mama Reni menyembunyikan hal itu lagi. Dia hanya menganggukan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan Ghendis.

Melihat reaksi Mama Reni, Ghendis lalu berusaha bangun. Namun, badannya masih terasa sangat lemah. Dia lalu berusaha menarik selang infus.

"Aku mau ke kuburan Dicky," ucap Ghendis. Dia berusaha mencabut selang di tangannya. Melihat itu, Aksa menahan gerakan tangan wanita itu.

"Jangan nekat Ghendis. Ini sangat berbahaya. Jika kamu memang ingin ke kuburan. Biar aku minta tolong perawat bawakan kursi roda. Aku akan antar kamu," ucap Aksa.

Air mata tumpah membasahi pipinya. Napas Ghendis tampak tak beraturan dan akhirnya dia kembali pingsan.

Aksa memencet bel memanggil dokter. Ghendis kembali di periksa. Beruntung kata dokter keadaannya masih stabil.

"Sepertinya trauma masih ada. Saya minta jangan mengatakan hal yang membuat pasien terkejut dulu. Hingga keadaan benar-benar stabil," pesan dokter.

Setelah dokter pergi. Mama Reni tak bisa lagi menahan untuk bicara dengan ibu Novi.

"Novi, kamu sebagai ibu apakah tidak ada rasa empati pada Ghendis. Dia baru saja sdr dari koma dan langsung diberitahu berita mengejutkan. Apa tak bisa menahan sedikit saja," ucap Mama Reni dengan penuh penekanan.

"Maaf, Ren. Aku malu dengan kelakuan anakku. Aku takut Aksa menceraikan dan mencampakkan Ghendis karena perbuatannya ini," ucap Ibu Novi dengan menunduk. Dia malu ditegur di depan Aksa.

"Kenapa Aksa harus meninggalkan Ghendis? Sebagai ibunya, apa kamu tak mengenal pribadi anak sendiri. Kamu percaya semua ini kesalahan Ghendis? Lagi pula, jika Aksa menceraikan Ghendis, bukan dia yang rugi. Tapi Aksa. Ghendis masih bisa cari pengganti lebih darinya, sedangkan Aksa belum tentu dapat wanita setulus putrimu!" ucap Mama Reni.

Wanita paruh baya itu tampak memainkan jemarinya. Sepertinya sangat gugup dan mungkin tak terima atas ucapan mama Reni. Aksa hanya diam, karena tak tahu harus bicara apa. Beruntung Alice tertidur sehingga tak melihat Mimi nya pingsan.

"Bu, mungkin ibu capek. Aku antar pulang ya?" tanya Aksa.

Ibu Novi sebenarnya belum puas memarahi Ghendis. Dalam hatinya berkata, tunggu hingga Aksa dan Mama Reni istirahat, banyak yang akan dia katakan pada putrinya itu.

"Mama kamu juga pasti butuh istirahat, biar ibu saja di sini. Kasihan Alice jika terlalu lama di rumah sakit," jawab Ibu Novi.

"Mama dan Alice juga pulang. Biar aku saja yang di rumah sakit. Aku telepon supir dulu," balas Aksa.

Aksa lalu menghubungi sang supir dan meminta mengantarkan Ibu Novi dan mamanya. Mertuanya itu tak bisa membantah lagi.

Sepanjang perjalanan antara ibu Novi dan mama Reni, tak ada yang bersuara. Larut dalam pikiran masing-masing.

***

Tengah malam Aksa yang tertidur di kursi terbangun mendengar suara tangis. Dia membuka matanya dan melihat Ghendis sedang memukul dadanya. Dia menangis terisak. Mungkin menahan sebak di dada.

Sekarang aku harus berusaha dan berjuang bagaimana melanjutkan hidup di saat aku merasa mati lebih baik. Aku berusaha tetap sehat dan berpikir waras. Aku di sini sedang berusaha berdamai dengan semua luka. Aku di hantam oleh kerasnya dunia. Aku menangis hampir setiap malam. Biarkan aku pulih dengan caraku sendiri. Mungkin tidak sekarang. Mungkin nanti di waktu yang tepat. Apakah aku tak pantas untuk bahagia? Kalau aku tak pantas bahagia, aku mau pulang ya Allah. Jemput aku ....

Aksa bangun dan mendekati Ghendis. Dengan ragu dia duduk di samping tempat tidur istrinya itu. Meraih tangannya dan menggenggamnya.

"Jangan menangis, Ghendis. Ini tak baik untuk kesehatanmu," ucap Aksa pelan.

Ghendis memandangi wajah Aksa. Entah apa yang ada dalam pikiran wanita itu. Sorot matanya penuh kebencian.

"Aku sudah mati, tak ada gunanya lagi menjaga kesehatan. Bukan saja fisikku yang sakit, mentalku juga telah hancur," balas Ghendis.

"Jangan bicara begitu, Ghendis. Mana Ghendis yang penuh semangat," ucap Aksa.

"Sudah aku katakan, dia telah mati!"

Aksa menarik napas dan membuangnya perlahan. Dia tahu tak akan mudah menghadapi gadis ini. Selain karena dia sedang terluka mengetahui kekasihnya meninggal, dia juga membencinya.

"Ghendis, maafkan aku ...!"

"Aku mau ke makam Dicky," ucap Ghendis. Dia tak menjawab ucapan maaf dari pria itu.

"Aku akan bawa kamu ke sana setelah keadaanmu makin membaik," ucap Aksa.

"Aku mau sekarang ...!"

"Baiklah, tapi tunggu pagi menjelang. Aku akan minta izin dokter."

Mendengar ucapan Aksa, Ghendis diam. Dia lalu memalingkan wajahnya dari pria itu. Jika tidak ingin ke makam Dicky, mungkin dia tak akan mau bicara dengan Aksa.

...----------------...

Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini. Terima kasih.

1
Cahyani Mursydianti
novelnya banyak bawang nya 😭😭
Irma Wangsa
Luar biasa
Soraya
apa diruangan ceo gak ada sofa buat nerima tamu selain kursi direktur kok ghendis bingung mau duduk dmn
Soraya
suka ghendis sama dcky
Soraya
jgn mau ditindas Gendis
Soraya
blg Gendis aku juga terpaksa menikah dgn mu jgn cuma didlm hati ngomong nya percuma Aksa gak dengar, lagi lagi harta
Soraya
mampir thor sllu cerita yang sama hutang budi
delfastri
munafik ente
delfastri
akhiri semuanya ndis..hidup cuma sekali..mengharap bahagia dari orang lain sama saja harakiri..bahagia kita sendiri yg ciptakan berawal dari hati senang dan lapang..lw hatimu dikit2 dikit2 sakitdan nelangsa gak bakalan bahagia..semua di kenndalikan otak ndis..gimana hatimu bisa bahagia w otakmu sudah tertanam mindset lw kamu gak bisa bahagia..optimislah ndis hidupmu berharga..pasti ada bahagia untukmu
Rahma Waty
kadian
thor. bikin aksa nyesel
Rahma Waty
Thor kata katamu luar biasa
Rahma Waty
luar biasa visualnya
Rahma Waty
suami Yang ego tudak akan pernah bertahan dengan perkawinannya
Rahma Waty
kata kata yg memyentuh hati. mantap thor
Nining Setyaningsih
Luar biasa
Susanah Amel
Kecewa
Susanah Amel
Buruk
𝓵𝔂𝓷𝓭𝓲𝓪🖤ᥫ᭡.
maaf, metafora nya salah, seharusnya "awan, terima kasih sudah menangis"
Mama Reni: Makasih kritiknya.♥️♥️
total 1 replies
Jetty Eva
kasihan Gendis juga tp gedek juga sama Gendis yg egois...klo ada rasa bersalah dlm dr dia ya itu wajar krn dia yg maksa utk melewari lampu merah hingga menyebabkan kecelakaan...dia ga boleh nyalahin siapapun...Aksa ikuti km krn ingin meminta maaf...bukan diam n dgr apa kata Aksa malah lari nyerobot lampu merah..
Miyagi Mitsui
jeng jeng jeng jeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!