Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada yang terbakar
Veroya menjelajahi kapal pesiar milik Griffin bersama dengan Sigurd, adik satu ibu beda ayah dengan Griffin. Keduanya memang sudah sangat dekat sejak kecil. Sigurd, satu frekuensi dengan Veroya. Dan setiap keduanya bersama, maka Griffin akan memilih menghindar. Tidak sanggup jika harus berurusan dengan dua makhluk menyebalkan ini.
Langit sudah berubah warna, bintang dan bulan mulai nampak terlihat di langit yang kini sudah gelap. Angin malam mulai berhembus, membuat tubuh Veroya merinding. Dia, tidak mengenakan jaket karena tidak menyangka jika perlu waktu sampai malam untuk menjelajahi kapal pesiar ini.
" Pakai lah!! " Sigurd memakaikan jaket tebalnya pada Veroya.
" Eh.. Kau bisa kedinginan nanti, Sig.. " Veroya melepas jaket Sigurd, kemudian mengembalikannya.
" Percayalah.. Kulit ku lebih tebal dari seekor kudanil. " Veroya langsung terbahak. Pria aneh di dekatnya ini memang selalu absurd dalam segala hal.
" Ya.. Ya... Dasar kulit kudanil. " Sigurd terkekeh.
Keduanya berbincang tentang banyak hal. Saat mereka berdua bersama, topik pembicaraan tidak akan pernah ada habisnya. Inilah keuntungan berbincang dengan seseorang yang satu frekuensi dengan kita. Apa saja bisa dibahas termasuk masalah paling aneh sekalipun.
Sigurd tak lupa mengucapkan selamat pada Veroya karena telah berhasil meluluhkan hati baja milik kakak laki-laki nya itu. Sigurd tahu betul sekeras apa hati Griffin, dan dia pun sangat salut karena Veroya mampu bertahan dan akhirnya berhasil sampai di tujuannya.
Veroya pun menceritakan semuanya dari awal. Termasuk dia yang mendapatkan lamaran dari anggota keluarga kerajaan Belgia, sampai dia yang melamar Griffin di club malam. Tidak ada satupun yang Veroya tutupi. Bahkan urusan ranjang pun dia ceritakan. Memang dasar mulut ember.
" Tunggu.. Tunggu.. " Sigurd menginterupsi cerita Veroya.
" Kau melamar my brother?? Are you crazy?? " Sigurd melongo.
" Hm.. Dan dia menolaknya.. Tapi siapa yang tahu, saat aku meminta bantuan Jade untuk datang menolong ku dari lamaran keluarga kerajaan itu, justru King yang datang. " Veroya tersenyum bangga, merasa jika dirinya telah mencapai sesuatu yang luar biasa.
" Hahahahahaha... Kau gila, Ve.. Benar-benar tak tergolong, kau itu.. " Sigurd tak habis pikir. Segitunya perempuan di sampingnya ini berjuang demi cinta kakaknya yang mirip kutub itu.
" Ish.. Kau itu menyebalkan sekali. " bibir Veroya maju beberapa senti.
Sigurd bahkan kini sudah terpingkal-pingkal menertawakan kegilaan Veroya. Cinta wanita ini untuk Griffin memang tak perlu lagi diragukan. Dicintai dengan ugal-ugalan seperti ini oleh Veroya, apakah Griffin beruntung, atau justru buntung.
Veroya kembali menceritakan semuanya, termasuk saat berada di Paris dan kegiatan dirinya dan Griffin semua diungkapkan pada Sigurd. Veroya benar-benar blak-blakan pada Sigurd, tak sedikit pun dia tutupi bahkan tingkat kemesuman Griffin pun dia ceritakan.
' Gila.. Griffin sampai segitunya? Katanya tidak cinta, kok jadi menggila? ' batin Sigurd tak habis pikir.
' She fall first but he fall harder.. ' lanjutnya terkekeh dalam hati.
" Kau luar biasa, Ve... Kau patut mendapatkan apresiasi sebagai wanita terhebat karena berhasil. menaklukan si kutub itu.. Kau luar biasa sekali.. " Sigurd bertepuk tangan, mengapresiasi keberhasilan Veroya.
" Aku tak butuh tepuk tangan mu, Sig.. Aku butuh hadiah.. " Veroya menyeringai.
" Apa.. itu? " perasaan Sigurd mulai tak enak.
" Kau lihat ke sana!! Ke arah jam dua!! " Veroya menunjuk ke arah restoran outdoor yang ada di kapal pesiar ini.
Sigurd celingukan mencari apa kiranya yang coba Veroya tunjukkan, " Apa sih? "
Sigurd tidak melihat apapun yang nampak mencurigakan di tempat dimana Veroya tunjukan.
" Itu lho.. Ada King dan ular kadut burik di sana!! " Veroya bahkan sampai mengacungkan telunjuknya untuk menunjukkan apa yang dia ingin Sigurd lihat.
" Ular kadut burik?? " Sigurd menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Mana mungkin ada ular kadut burik di kapal pesiar di tengah laut ini. Memang terkadang kakak iparnya ini rada-rada juga. Sigurd merasa prihatin pada Griffin karena tingkah konyol Veroya ini.
" Ck.. Kau itu punya mata tidak, sih?? " sentak Veroya kepalang kesal, " Itu King lagi duduk sama perempuan gatel di restoran.. Lihat tidak?? "
Sigurd melihat ke restoran outdoor yang jaraknya sekitar sepuluh meter dari posisinya berdiri. Akhirnya setelah beberapa detik mencari, Sigurd dapat menemukan sosok sang kakak yang memang tengah berbincang dengan seorang wanita.
Tapi yang jadi pertanyaan disini, dimana ular kadut burik yang dibicarakan Veroya tadi??
" Memangnya kenapa dengan mereka? " tanya Sigurd tak paham.
Veroya pun berbisik di telinga Sigurd. Entah apa yang Veroya katakan, tapi Sigurd nampak mengangguk terkadang menggeleng. Dahi Sigurd juga kadang berkerut, kadang muncul seringai di wajahnya. Kedua orang ini nampak sangat mencurigakan.
" Bagaimana?? Kau paham kan? " Sigurd mengangguk paham.
" Okay.. kalau itu adalah keinginan mu.. Apapun keinginan kakak ipar cantik ku ini, pasti akan aku lakukan.. " mulut buaya Sigurd beraksi.
" Sekarang susul Griffin, gih!! Jangan biarkan lama-lama dekat ular kadut burik itu. Nanti Griffin terkena bisanya, kau juga yang susah.. " Sigurd mendorong punggung Veroya untuk segera menghampiri Griffin dan seorang wanita yang dikatai ular kadut burik itu.
" Kau dengar apa kata kakak ipar ku tadi? " Sigurd langsung tersambung ke earphone yang sejak tadi terpasang di telinganya, begitu Veroya pergi ke tempat Griffin.
Sigurd terhubung melalui jaringan alat komunikasi dengan anak buahnya yang berpencar di setiap penjuru kapal pesiar ini. Mereka membaur menjadi kru kapal dan tamu undangan.
" Saya mendengarnya, tuan.. " seseorang di ujung sana menyahuti ucapan Sigurd.
" Cari tahu!! Aku tidak ingin ada masalah yang menyulitkan Griffin dan Veroya. " titah Sigurd tegas. Hilang sudah wajah tengilnya, digantikan dengan wajah yang serius dengan aura yang kuat.
" Baik, tuan.. Apa ada lagi yang perlu saya lakukan? "
" Usahakan semua properti Cassano kita dapatkan. Cari orang ketiga untuk membeli semua properti yang tersisa, dan jual pada Griffin. Pastikan dia tidak tahu orang ketiga itu bergerak atas perintah kita!! "
" Baik, tuan.. "
Setelah puas berkoordinasi dengan orang kepercayaannya, Sigurd pun memutuskan sambungan. Dia berjalan mendekat ke meja dimana Griffin berada bersama dengan Veroya dan wanita penggoda itu. Sigurd tidak ingin ketinggalan pertunjukkan menarik yang segera akan tayang life di depan matanya.
" Ini!! " baru juga bergabung, Griffin sudah menyodorkan kembali jaketnya yang tadi disampirkan di pundak Veroya.
" Kenapa?? Istri mu bisa keinginan. " alis Sigurd menukik tajam. Dia heran saja dengan tingkah kakaknya ini.
" Istri ku tidak butuh jaket mu.. Ada aku yang akan memastikan dia tetap hangat.. " Sigurd menyeringai kecil.
" Oooohhhh.... " Sigurd tersenyum mengejek, " Ve.. Kau mencium bau sesuatu yang terbakar tidak? " tanya Sigurd dengan wajah tengilnya.
" Hah?? Mana ada?? Hidung mu itu bermasalah.. " si paling lemot tak paham maksud Sigurd.
Griffin menatap tajam sang adik yang selalu menguji kesabarannya itu. Tanpa mengalihkan tatapan nya dari Sigurd, Griffin mengajak Veroya pergi, " Ayo.. Sudah waktunya makan malam. "
Griffin langsung menarik Veroya pergi begitu saja tanpa peduli sekitar. Rukia yang sejak tadi diam menyimak langsung berbalik, hendak mengikuti Griffin yang membawa Veroya masuk ke bagian dalam kapal pesiar.
Tapi ucapan Sigurd langsung menghentikan langkah Rukia, " Jangan tertarik pada sesuatu yang bukan milik mu sendiri, nona.. Aku takut kau akan menderita jika berani-berani menginginkan apa yang bukan milik mu. "
Tubuh Rukia membeku saat ucapan bernada dingin dari Sigurd menyapa pendengarannya. Tubuh Rukia sedikit gemetar, dia ketakutan. Tapi untuk mundur dia sudah terlampau jauh melangkah masuk.
" Sebaiknya anda juga tidak ikut campur akan sesuatu yang bukan urusan anda, tuan.. " Rukia pun langsung berlari masuk menyusul Griffin.
" Menarik... " kekeh Sigurd terdengar mengerikan.