"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Progresnya terlalu cepat
Di rumah sakit kota, dokter yang menangani Garon Moera pun merasa lelah karena sudah hampir 4 bulan lebih Garon berada di rumah sakit.
Walaupun Garon disana tetap membayar layanan rumah sakit berapapun jumlahnya, tapi dia sudah kelewatan karena tidak pulang disaat sudah waktunya pulang.
Dia yang tidak sakit jadi menyulitkan pasien yang benar-benar sedang sakit. Karena kamar yang seharusnya digunakan oleh pasien lain yang membutuhkan, malah dipakai oleh Garon yang sudah menganggap rumah sakit sebagai rumahnya sendiri.
Saat itu, Garon sedang seru-serunya menonton debat politik di siaran televisi. Pak dokter yang diajak kerja sama oleh Garon sejak scene awal cerita pun datang menemuinya, dengan maksud mengusir Garon dengan cara sehalus mungkin.
"Permisi pak Moera, apa keadaan anda baik-baik saja?" Tanya pak dokter saat baru masuk ke kamar inap VIP Garon Moera.
"Ohh pak Dokter? Ayo pak, kita nonton debat politik yang sedang panas saat ini! Keadaan saya baik-baik saja berkat pak dokter!" Sahut Garon yang hanya melirik sedikit ke arah pak dokter, selanjutnya semua pandangan di fokuskan ke acara debat di televisi.
"Maaf sebelumnya pak, sampai kapan anda akan melakukan drama seperti ini? Ini sudah hampir mendekati 1 semester tahun ajaran belajar para siswa di sekolah. Saya rasa cara ini masih belum bisa membuat anak anda segera mendapatkan calon istri." Singgung pak dokter yang sudah bosan melihat wajah Garon yang terlalu lama berada disana.
"Nanti dia akan datang membawa calon menantu ku, pak dokter." Sahut Garon yang membuat pak dokter tidak bisa berkata-kata.
...----------------...
Kembali pada Yigon dan Fairy yang hendak mengunjungi Garon di rumah sakit. Ditengah perjalanan menuju rumah sakit, tiba-tiba Fairy mengurungkan niatnya untuk menemui calon mertuanya, dia merasa ragu akan keputusannya yang terburu-buru menikah dengan pria yang baru saja ia kenal.
Walaupun umur Yigon sudah cukup matang dan siap berumah tangga dengannya, tapi dirinya lah yang masih belum siap untuk itu. Karena hubungan mereka masih sangat baru, dan tentu saja Fairy masih belum mengenal Yigon dengan sangat baik.
"Paman." Panggil Fairy sembari memegang tangan Yigon diatas stir mobil.
"Iya sayang?" Sahut Yigon yang sesekali menoleh ke arah Fairy yang masih terdiam ragu.
"Bukankah ini terlalu cepat? Kita masih belum sering pergi ngedate, dan belum saling mengenal satu sama lain lebih jauh lagi. Riri ingin kalau paman lah yang lebih dulu datang ke rumah menemui orang tuanya Riri jika waktunya sudah tepat." Kata Fairy yang membuat Yigon segera menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Yigon merasa jika apa yang baru saja Fairy katakan itu benar. Dia terlalu menggebu-gebu dan langsung membuat keputusan tanpa bertanya bagaimana pendapat Fairy tentang hal itu.
"Ku rasa kau benar sayang. Maafkan aku karena tidak memikirkan hal sejauh itu, mungkin kau ingin merasakan kisah cinta yang romantis layaknya para remaja lainnya. Kita akan melakukannya lain kali. Bagaimana? Apa kau mau pulang sekarang atau mau makan dulu sebelum pulang?" Tanya Yigon sambil terus menciumi tangan Fairy.
"Antar Riri pulang paman." Sahut Riri yang sepertinya masih galau dengan perasaannya.
Melihat Fairy yang bad mood, Yigon tidak ingin bertanya apa-apa lagi, karena takut akan membuat Fairy merasa kesal dan membencinya. Dengan cepat Yigon berbalik arah dan mengantar Fairy pulang dengan selamat.
Dan kini Yigon sudah mulai berani mengantar Fairy pulang sampai di depan gerbang rumahnya. Hal itu dilihat oleh Bibi Anna dan si pak satpam yang membukakan gerbang untuk Fairy.
Yigon turun dari mobil dan berjalan untuk membukakan pintu mobil untuk Fairy. Dengan lembut Yigon mengulurkan tangannya.
"Terimakasih paman!" Kata Fairy melambaikan tangannya.
"Sama-sama sayang, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik untukku!" Kata Yigon.
Saat Yigon hendak pergi meninggalkan rumah keluarga Doori itu, tiba-tiba Fairy berlari mendekati Yigon yang baru saja masuk ke dalam mobil.
"Ada ap-?"
Dengan kasar Fairy menarik kerah kemeja milik Yigon dan memberikan kecupan ringan di bibirnya. Hal itu sontak membuat Yigon benar-benar terkejut, gadis kecil itu sudah mulai berani bertindak agresif.
Ditengah rasa terkejutnya, Yigon berpura-pura tenang dengan cara mengepalkan tangannya agar tidak terhanyut oleh suasana. Perlahan-lahan Yigon memundurkan wajahnya dan melepaskan ciuman kaku dari gadis pujaannya.
"Masuk lah ke dalam, udara malam terasa sangat dingin akhir-akhir ini." Yigon berkata seakan tidak terjadi apapun barusan.
"Jangan pernah mencoba untuk bermain-main dengan Riri paman, karena ini adalah kali pertama Riri jatuh cinta dengan... Ah Riri akan masuk sekarang!" Kata Fairy yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi malu di wajahnya.
"Akan ku lakukan untukmu sayang!" Teriak Yigon yang semakin membuat Fairy merasa sangat malu.
Dia berjalan dengan tergesa-gesa tanpa menoleh ke belakang. Jantungnya Yigon lagi-lagi berdetak sangat cepat, jari-jari tangannya meraba bibir yang baru saja mendapatkan sebuah ciuman dari si gadis kecil.
...----------------...
Ditengah perjalanan pulang, Yigon yang masih merasakan hati yang berbunga-bunga pun dikejutkan dengan seonggok mobil yang tiba-tiba muncul didepannya.
Yigon tidak tau apa maksud orang yang melakukan hal itu, dia berusaha untuk tidak menggubris orang yang terus-menerus mencegatnya. Tapi Yigon terus dicegat, saat dia membelokkan mobilnya ke kanan, mobil itu ke kanan begitu juga dengan sebaliknya.
Merasa kesal dengan si pengemudi yang pantas untuk di hajar, Yigon pun keluar dari mobil dan menyuruh pengemudi mobil yang mencegatnya untuk ikut keluar.
"Permisi! Sepertinya kita tidak memiliki masalah sebelumnya, jadi bisakah anda minggir dan tidak menghalangi jalan saya?" Tanya Yigon menghampiri si pengemudi menjengkelkan itu.
Dan disaat si pengemudi membuka jendela mobil nya, Yigon sedikit terkejut karena orang itu adalah Hiden. Dia baru saja pulang dari rumah sakit dan masih memakai jas dokternya.
"Kita perlu bicara, ikutlah denganku!" Kata Hiden tanpa banyak basa-basi langsung mengajak Yigon untuk berbicara dengannya.
Dirasa tidak ada pilihan lain, Yigon pun menyetujui permintaan calon kakak iparnya yang lebih muda darinya itu. Yigon kembali ke mobilnya dan mengikuti Hiden dari belakang.
Setelah cukup lama berkendara, akhirnya Hiden dan Yigon sampai di suatu bar yang cukup sepi. Itu adalah bar langganan Hiden disaat dirinya memiliki banyak masalah di dalam hidupnya.
Bar itu ramai disaat-saat tertentu saja, jadi Hiden sengaja mengajak Yigon ketempat itu agar bisa berbicara serius antara dua pria sejati.
"Kau datang pak dokter? Apa dia temanmu?" Tanya si bartender sekaligus pemilik bar tesebut.
Sepertinya Hiden dan si pemilik bar cukup akrab karena saking seringnya Hiden mendatangi tempat itu. Walau dia seorang dokter, tapi dia tidak bisa hidup tanpa alkohol disaat dirinya sedang diterjang suatu masalah.
"Bukan. Tolong berikan segelas minuman yang seperti biasanya!" Kata Hiden yang mengajak Yigon duduk di pojokan agar tidak ada yang menguping pembicaraan mereka.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan hingga seperti ini?" Tanya Yigon yang menjadi kesal dengan tingkah Hiden yang tidak langsung to the point.
"Aku ingin berbicara serius dengan mu! Dengarkan aku dengan baik!"
Begini contoh narasinya:
Suara dering telpon di pagi itu nyaring terdengar di telinga seorang Tuan Muda yang membuatnya berdecak kesal lantaran mimpi indahnya terganggu, namun panggilan yang berulang kali dilakukan itu membuatnya dengan terpaksa bangung untuk melihat siapa gerangan yang cukup berani membangunkan tidur nyenyaknya.
Itu cuma contohnya ya, tidak ada maksd apa2/Joyful/