bagaimana jadinya jika Haga pria yang luruh selalu direcoki sama Zizi yang suka bawel.
Haga adalah pria yang lurus yang terpaksa menerima perjodohan dengan anak sahabat ayahnya yang namanya Zizi.
Gadis itu tidak sesuai dengan wajahnya yang cantik. sikapnya yang bar bar dan tingkahnya yang membuat orang sakit kepala membuat hidup Haga berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qumaira Muhamad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku menikahimu bukan untuk dipermainkan
Setelah bekerja di sebuah perusahaan besar waktu dan pikiran juga dikerahkan segalanya demi perusahaan maju. Bahkan urusan pribadi saja harus di kesampingkan.
Sore itu Haga benar benar lupa kalau tadi harusnya menjemput Zizi. Lelaki muda itu tersadar kala waktu sudah menunjukkan jam 7. Kemudian lelaki itu menilik ponselnya yang ia mode senyap, ada sepuluh kali panggilan masuk tak terjawab dari Zizi. Haga langsung cepat cepat menyelesaikan dokumen yang tengah ia pegang. Lalu buru buru merapikannya di meja paling kanan. Sementara yang belum ia teliti ia tumpuk ke bagian kiri. Haga mengenakan jasnya seraya berjalan keluar dari ruangan.
"Bapak sudah mau pulang?" tanya sekertaris yang baru saja di rekrut oleh Permana sebelum Haga memimpin perusahaan itu.
"Hm." sahut Haga sekilas melirik ke arah sekertaris itu yang mengulas senyum. Kemudian pria itu berlari menuju lift meski tidak ada yang menunggu di sana. Hanya saja ia merasa harus buru buru menemui Zizi. Lift itu terus bergerak turun, tapi bagi lelaki muda yang sedang terburu buru sepertinya laju lift itu sangat lama. Bahkan kaki Haga terus bergerak. hingga akhirnya ruangan sempit itu berhenti di lantai paling bawah yaitu basement.
Lelaki muda itu langsung menuju mobilnya. "Semoga Zizi gak marah." Ujarnya dalam hati. Lelaki muda itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata rata. Ia membutuhkan waktu sekitar satu jam hingga sampai di rumah.
"Zizi!" pekik Haga seraya masuk ke dalam rumah. Zizi menyembulkan kepalanya dari arah dapur. Lalu kepalanya kembali menghilang di balik tembok.
Haga langsung mengejarnya ke arah dapur. "Sorry, tadi gak bisa jemput soalnya banyak kerjaan yang menumpuk." Ujar Haga mengikuti langkah Zizi. Pria itu benar benar merasa bersalah. Awalnya ia hendak membawa Zizi makan malam ke sebuah restoran tapi karna ia lupa maka semua rencana itu gagal.
"Hm." Ujar Zizi cuek.
Haga berbicara terus menerus memberikan penjelasan secara rinci. Bagaimana sibuknya dia setelah menjadi ceo. Tapi Zizi menjawab dengan deheman saja membuat Haga mendesis pelan.
"Zi, besok gak akan aku ulangi lagi." Tukas Haga menghadang jalan Zizi ketika wanita itu sudah siap dengan susu yang ia buat tadi.
"Hm." Balas Zizi. Kepalanya menengadah menatap sang suami dengan heran. "Mau?" tawar Zizi.
Haga langsung menyambar susu itu dan menenggaknya hingga habis. Kebetulan dia juga sangat haus. Setelah habis, Haga memberikan gelas kosong itu kepada Zizi.
"Enak!" Tukas Haga mengusap ujung bibirnya dengan punggung tangannya.
Zizi menatap gelas kosong itu dengan dahi mengernyit. Lalu kembali menengadah menatap sang suami yang tersenyum. "Bukannya kakak itu alergi susu ya. Kenapa diminum?" tanya Zizi. Seketika Haga langsung membelalak kaget.
"Apa? Susu?" Haga langsung panik luar biasa. Tangannya langsung menggaruk tengkuknya hingga memerah. Zizi meletakkan gelas kosong itu di meja lalu menarik tangan Haga agar tidak terus menggaruk lehernya.
"Jangan digaruk. Nanti merah merah." Tukas Zizi.
Haga entah kenapa semakin panik saja. Rasa gatal itu seolah menjalar ke seluruh tubuh. Zizi semakin tak kuasa menahan tangan Haga yang kekar. Sehingga tenaganya pun kalah kuat dengan Haga. Wanita itu berlari mencari apa aja alat untuk mengikat kedua tangan Haga.
"Ayo ke rumah sakit." Ujar Zizi setelah berhasil mengikat kedua tangan Haga. Wanita itu menarik tangan Haga keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.
Keduanya sama sama diam, sementara Zizi fokus menyetir, Haga menahan rasa gatalnya yang semakin gak nyaman.
Sesampainya di rumah sakit, Haga diperiksa oleh dokter. Tampaknya alergi yang diderita Haga tidak terlalu serius maka dokter pun meresepkan obat saja untuk ditebus.
"Terima kasih dok." Ujar Zizi setelah Haga sudah keluar dari ruangan.
"Sama sama." balas sang dokter lalu dokter itu kembali masuk dan menutup pintu. Sementara Zizi membawa Haga duduk di kursi tunggu.
"Aku akan menebus obatnya dulu. Kakak tunggu sebentar." Ujar Zizi kemudian ia meninggalkan Haga duduk di sana selama menunggu Zizi kembali.
Zizi langsung berlari menuju apotek yang jaraknya mencapai lima ratus meter. Kebetulan apotek tidak terlalu ramai. Jadi Zizi mendapatkan antrian begitu cepat. Setelah mendapatkan obat, gadis remaja itu kembali menemui Haga.
"Kakak, ayo pulang." Kata Zizi. Lelaki muda itu lantas mendongak menatap Zizi dengan mata memerah. Haga seakan lupa akan rasa bersalahnya terhadap Zizi. Ketika wanita itu memberikan segelas susu yang sudah tau akan alerginya malah memberikannya. Kilat amarah tercipta di dalam naluri lelaki itu tanpa sadar.
"Kamu sengaja ya, memberikan susu kepadaku. Padahal kamu sendiri tau kalau aku alergi susu." Tukas Haga dengan nada tajam.
Zizi terperanjat. Lantas kepalanya merunduk. Awalnya ia juga merasa kesal. Hanya saja, lelaki itu terus membuntutinya membuatnya sangat risih. Jadi ia asal saja menawarkan. Tak di sangka kalau Haga malah menerimanya dan langsung melahapnya hingga habis dan tidak menyisakannya. Zizi merasa bersalah atas tindakannya. Tapi semua sudah kejadian.
"Maaf kak, aku bener bener gak sengaja." tukas Zizi dengan nada pelan. Raut wajahnya memperlihatkan rasa bersalah yang kentara.
Haga menghela nafas lelah. Haga benar benar merasa prustasi dengan keadaannya. Tapi juga gak bisa menyalahkan Zizi sepenuhnya. Apalagi dirinya terlalu kalut sehingga tidak menyadari kalau yang ditawarkan Zizi itu susu. Lelaki muda itu meraup wajahnya dengan kasar.
"Sudahlah, ayo kita pulang." Ujar Haga.
Lelaki muda itu lantas bangkit dari duduknya kemudian tangan kanannya langsung menyambar tangan Zizi menggandengnya. Sesampainya di mobil, Haga lah yang menyetir.
Dalam perjalanan pulang keduanya sama sama diam. Haga masih tak nyaman dengan tubuhnya meski ia sudah menahan tidak menggaruk. Sesekali lelaki itu mendesis. Sementara Zizi terus diam memperhatikan jalanan di depannya.
"Gimana sekolah kamu?" tanya Haga memulai obrolannya.
Zizi untuk sesaat menoleh. "Sebentar lagi ujian kan. aku sibuk mengikuti beberapa les." sahut Zizi.
Haga mengangguk. Kemudian tidak ada obrolan lagi hingga sampai rumah.
Haga memasukkan mobil Zizi ke dalam garasi. Sementara Zizi turun lebih dulu dan masuk ke dalam rumah baru disusul Haga.
Keesokan paginya. Seperti biasanya mereka melakukan sarapan bersama. Zizi sudah bersiap dengan seragam sekolahnya begitu juga Haga yang sudah bersiap dengan mengenakan jas-nya. Meskipun Haga risih dengan pakaiannya tapi karna itu adalah perusahaan besar Haga terpaksa mengenakannya. Untuk sementara ia ijin kuliah selama seminggu demi menangani perusahaan lebih dulu. Setelah itu ia akan segera mengambil skripsi secepat mungkin ia harus menyelesaikan kuliahnya.
Saat tengah menikmati sarapan. Terdengar bunyi klakson dari arah depan gerbang rumah Zizi. Haga menengadah sekilas menoleh ke arah Zizi. Dagunya terangkat mempertanyakan siapa yang bertamu sepagi ini. Padahal tidak ada yang tau alamat rumah mereka selain pegawai Haga yaitu Didit yang memang selalu mengirimkan makanan. Tapi itu di saat malam atau di saat hari libur saat Zizi berada di rumah sendirian.
Zizi mengendikkan bahunya tanda tidak tau. Haga kembali melanjutkan sarapannya. Tapi bunyi klakson itu terus mengusiknya membuat atensi Haga menjadi kesal. Haga lekas menghentikan sarapannya lalu keluar.
Di luar tampak seorang lelaki lebih muda dari Haga tengah menunggu di depan gerbang. Haga mengernyit kala ia tidak mengenali siapa lelaki itu.
"Anda mencari siapa ya?" tanya Haga menelisik penampilan lelaki muda itu yang mengenakan jaket kulit.
Samuel tersenyum sopan. "Zizi nya ada kak?" tanya Samuel sopan yang mengira itu adalah kakak Zizi. "Saya temennya di sekolah." Lanjut Samuel lagi.
Haga tidak menjawab pertanyaan Samuel. Lelaki itu menatap Samuel sekilas kemudian kembali masuk menemui Zizi.
"Siapa kak?" tanya Zizi ketika Haga memasuki ruang makan. Lelaki itu bukannya menjawab pertanyaan Zizi melainkan melayangkan tatapan tajam.
"Jangan coba coba berselingkuh dariku Zi." Ujar Haga.
"Memangnya siapa yang datang kak? Aku gak selingkuh dari mu." Ujar Zizi mengelak dari tuduhan yang dilayangkan Haga.
Haga lantas mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri. Di sana masih tersimpan sebuah foto yang dulu pernah dikirim Nisa. Lelaki itu pun memperlihatkan foto dihadapan Zizi.
"Siapa lelaki itu?" tanya Haga.
Zizi melihat dengan seksama foto yang diperlihatkan oleh Haga. Lelaki itu tampak dari belakang. Sementara Zizi terlihat begitu jelas. Foto itu sekilas terlihat seperti berciuman. Zizi kaget bukan main saat diperlihatkan foto itu.
"....Ini"
Wajah Zizi tampak pias. Siapa yang berani memfitnahnya seperti itu. "Gak mungkin kak. Ini fitnah." ujar Zizi.
Haga menarik ponselnya lalu ia masukkan ke dalam saku celana. Lelaki muda itu mendesis pelan. "Bukti sudah di depan mata Zi. Masih mengelak di depanku. Dan apalagi sekarang sudah membuktikan bahwa lelaki itu secara terang-terangan berani datang kerumah ini. Itu artinya kau benar benar berselingkuh." Ujar Haga.
Lelaki itu lantas menarik dagu Zizi dan mencengkeramnya kuat. "Selama ini, aku kurang apa sampai kau tega berkhianat dibelakangku, Zi. Aku menikahimu bukan untuk dipermainkan. Ingat itu!" Ujar Haga lalu melepaskan dagu Zizi dengan kasar.
Lelaki itu kemudian pergi dengan perasaan terluka. Sementara Zizi merasakan rasa sakit yang menusuk di ulu hatinya.
Tetapi ini bukan saatnya untuk menangis. Gadis remaja itu akhirnya menemui Samuel. Apalagi waktunya mendesak. Ia harus cepat cepat pergi ke sekolah agar tidak terlambat masuk.
"Samuel!" Panggil Zizi membuat sang empunya langsung menoleh. Lelaki muda itu lantas tersenyum lebar dan memberikan helem cadangan kepada Zizi.
"Maaf Sam, lain kali lo jangan kesini lagi." Ujar Zizi membuat gerakan Samuel terhenti.
"Kenapa?"
"Gue..." Zizi tidak tau alasan apa yang tepat untuk menghentikan Samuel jika lain hari datang kemari lagi. Zizi merundukkan kepalanya menatap sepatu dibawah sana mencari jawaban. Tapi beberapa menit berlalu tetap saja gak menemukan jawaban.
"Lo gak diperbolehkan pacaran sama kakak lo ya." Tebak Samuel. Lelaki muda itu mengira-ira akan jawaban Zizi yang menggantung. Kakak laki laki yang ia duga kakaknya Zizi itu pasti melarangnya.
Zizi mengangguk. "Iya." saut Zizi seadanya.
Samuel tertawa garing. "Hahaha....gue kan bukan pacar lo Zi." Ujar Samuel.
Zizi mendongak. Samuel menghentikan tawanya lantas balik menatap Zizi dengan tatapan mata aneh. "Sorry." Ujar Samuel menaikkan kedua jarinya.
"Eh, udah mepet nih kayaknya. Ayo buruan berangkat keburu gerbangnya ditutup." Ujar Samuel kala mengingat dirinya yang akan berangkat sekolah.
"Hm," Zizi pun naik ke boncengan motor Samuel. Samuel lantas mengendarai motornya dengan cepat demi mengejar waktu. Sementara Zizi terdiam tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Semoga ini yang terakhir kalinya.