Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Dimas sengaja pulang lebih awal hari ini dan menjemput Aurel di sekolah, dia ingin memperkenalkan putrinya itu pada wanita yang baru saja dia nikahi. Dia berharap Kasih bisa menjadi sosok Ibu yang baik untuk putrinya.
“Apa istri baru Papa sudah ada di rumah?” tanya gadis kecuil itu. Dimas menggenggam tangannya lalu mengangguk pelan.
“Papa harap kamu bisa menerima Tante Kasih sebagai Ibu kamu. Semoga kalian bisa jadi teman yang baik,” Aurel menarik sudut bibirnya dengan sedikit terpaksa. Dia tidak mau memperlihatkan pada Dimas kalau dia kecewa Papanya itu bukannya mencari Mamanya malah mencari istri baru. Tapi Aurel tidak tahu kalau Papanya justru menikah lagi hanya untuk memberikan teman untuknya.
Mobil yang di kendarai Harlan itu sudah memasuki halaman rumah, Dimas turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk putri kecilnya. Mereka bergandengan tangan masuk ke dalam rumah. Bersamaan dengan Muli dan Kasih yang baru turun dari lantai dua.
Kasih memicingkan matanya melihat gadis kecil yang di genggam Dimas, dia sepertinya sedang mengingat-ingat. Kelopak matanya lalu membesar dengan wajah yang terkejut setelah mengingat gadis kecil yang di genggam Dimas.
“Kamu…” ujar Kasih mendekati Aurel.
“Aurel, sayang. Ini Mama Kasih,” Muli mengenalkan mereka. Aurel menatap Kasih cukup lama, begitupun dengan Kasih. Wanita itu jadi mengerti kenapa bisa Aurel bersikap sedingin itu padanya tempo hari.
Ini sih bukan lagi buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tapi buah jatuh sepohon-pohonnya.
“Hai,” Kasih membungkuk agar dia wajahnya bisa sejajar dengan Aurel.dia memberikan senyuman yan begitu tulus pada gadis itu. Aurel hanya menunduk sopan pada Kasih.
“Pa, Aurel lapar,” ujar gadis itu mengusir rasa canggung antara dirinya dan Kasih.
“Ayo kita makan sama-sama.” Muli mengajak mereka semua ke meja makan. Selama makan, Kasih secara bergantian melirik Dimas dan Aurel. Entah bagaimana caranya mencairkan dua gunung es sekaligus.
Kasih menghela nafas, semua orang lalu melirik padanya.
“Ada apa, Kasih?” tanya Muli. Kasih menggeleng.
“Tidak apa-apa, Bu. Kasih cuma lupa kalau besok Kasih sudah harus masuk kerja,” Dimas menoleh padanya sesaat lalu kembali melanjutkan makannya.
Setelah makan, Dimas memanggilnya ke ruang kerjanya.
“Ada apa?” tanya Kasih.
“Apa kau tidak membaca dengan baik surat perjanjian yang aku berikan padamu,” Kasih memanyunkan bibirnya, dia memang tidak membaca semua poin yang tertulis di sana.
“Ternyata kau memang tidak membacanya,” Dimas menghela nafas.
“Memangnya ada apa?” tanya Kasih dengan polos padahal Dimas sudah terlihat kesal.
“Salinannya masih ada padamu kan, kau baca saja sendiri. Ingat, kau harus mematuhi semuanya. Keluarlah dan baca dengan baik.” Kasih mencibir di belakang Dimas. Seperti punya mata di belakang kepalanya, Dimas dengan cepat berbalik. Tapi yang dia dapati hanya senyum manis Kasih.
Sementara Kasih langsung naik ke kamar dan membuka kopernya mencari salinan surat perjanjian yang di berikan Harlan padanya. Setelah menemukannya, Kasih kembali membacanya dengan malas.
“Kenapa tidak langsung bilang saja sih ada apa, aku paling maas baca-baca beginian.”
Kasih lalu menemukan poin yang mungkin di maksud Dimas. Tidak boleh bekerja dan hanya di rumah mengurus Aurel.
“Oh, ini. Jadi dia mau aku berenti kerja,” Kasih lalu menggerakkan bibirnya kiri kanan, mencoba menebak-nebak berapa uang bulanan yang akan Dimas berika padanya jika melarangnya bekerja. Karena penasaran. Kasih langsung keluar kamar dan ingin menemui Dimas di ruang kerjanya.
Saat Kasih membuka pintu, dia melihat Dimas menyimpan sesuatu di dalam laci meja kerjanya. Leher Kasih memanjang ingin melihat apa itu, namun Dimas sudah menutup laci itu.
“Ruangan ini bukan tempat yang bisa kau masuki sesukamu,” ujar Dimas menatap Kasih dengan dingin.
“Maaf,” ujar Kasih yang memang langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“Ada apa, kau sudah membaca semua?” Kasih mengangguk.
“Kalau aku tidak kerja, bagaimana aku membayar cicilan-cicilanku?” Kasih sengaja memancing Dimas. “Aku juga harus memberikan uang kepada Ibuku setiap bulan.” Sambungnya.
“Kau ini bodoh atau apa, bukannya aku sudah bilang baca semua. Kau pasti tidak membaca lanjutannya kan?” Kasih memanyunkan bibirnya lagi. Dia memang hanya membaca poin yang mengatakan kalau dia tidak boleh bekerja dan langsung berlari menemui Dimas.
Dimas menghela nafas, kali ini hembusan nafasnya terdengar tidak ramah dari yang tadi. Sepertinya dia mulai kesal pada Kasih.
“Aku akan memberikan uang padamu setiap bulan,” ujar Dimas langsung. Dari pada dia kembali menyuruh Kasih membacanya, lebih baik dia mengatakannya langsung.
“Berapa?” tanpa malu Kasih menanyakannya. Dimas tersenyum menyeringai sambil menatapnya. Pikirnya semua wanita memang tidak bisa menolak dengan uang.
“Dua digit?” tanyanya lagi. “Sepuluh juta? Dua puluh juta?” Kasih sepertinya sangat penasaran. Tidak mungkin Dimas yang seorang Direktur memberikan di bawah sepuluh juta pada istrinya.
“Aku akan meminta Vera menghubungimu nanti.” Kasih lagi-lagi mencibir, namun saat Dimas menatapnya dia langsung memasang senyum manisnya.
Kasih keluar dari ruangan Dimas, mulutnya komat kamit mengoceh entah apa. Tapi sikap Dimas benar-benar membuatnya kesal.
Kasih lalu ingat kalau masih ada satu gunung es lagi di rumah itu. Dia naik kembali ke lantai dua, menarik nafas sebelum mengetuk pintu kamar Aurel. Kasih lalu masuk setelah menyadari kalau kamar Aurel tidak di kunci.
“Hai, sapa Kasih.” Aurel sedang duduk di pinggir jendela sambil membaca komik.
“Kamu suka baca komik ini juga?” Aurel hanya mengganguk pelan seperti tidak ingin di ganggu.
“Anak-anak yang kemarin masih mengganggu kamu?” Aurel mengalihkan pandangan pada Kasih.
“Terima kasih untuk hari itu,” ujarnya. Kasih tersenyum.
“Mulai besok aku akan jemput kamu setiap hari. Bolehkan?” Aurel lagi-lagi menatapnya lalu mengangguk dengan enggan.
Kasih mengulurkan tangannya pada Aurel sebagai tanda perkenalan mereka. Lagi-lagi Aurel menyambut uluran tangan itu dengan enggan. Kaish menghela nafas. Sepertinya perjalanan menaklukan dua gunung es tidak akan mudah.
Kasih kembali ke kamarnya untuk beristirahat, namun ternyata di dalam kamar juga ada Dimas yang sedang bertelanjang dada. Dengan cepat Dimas memakai jubah mandi menutup tubuhnya yang setengah polos.
Kenapa di tutup sih, aku kan juga mau lihat perutnya yang seperti roti sobek itu.
“Apa aku juga harus ketuk pintu dulu sebelum masuk ke sini?” Dimas tidak menjawabnya, dia langsung masuk ke dalam ruang ganti.
Kasih mengepalkan tinjunya dengan gemas. Ingin rasanya tinju itu dia layangkan kan di wajah suaminya yang sangat menyebalkan.
“Aku ini kan juga istrinya, kenapa dia lansung menutup tubuhnya coba. Masak sih lihat saja tidak boleh.” Kasih menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Lalu dia segera bangun ketika menyadari sesuatu.
“Jangan-jangan dia juga tidak mau tidur di tempat tidur yang sama denganku, jadi aku tidur dimana? Masak sih tidur di sofa. Aku tidak mau, pokoknya aku mau tidur di tempat tidur ini. Kalau dia tidak mau tidur denganku, biar dia saja yang tidur di sofa.”
Kasih kembali menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur. Dia sudah mengklaim tempat tidur itu akan menjadi miliknya mulai malam ini.
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....