Nikah Sama Anak SMA

Nikah Sama Anak SMA

Baret pada desk motor

"Ziziiiiiii.......!" pekik Haga kala melihat ada baret pada desk motor kesayangannya. Mata elangnya langsung menoleh ke arah balkon atas yang mana di sana Zizi sedang duduk sambil membaca komik. Kedua kakinya menyandar pada meja. Sementara tangan kanannya memegang apel. Gadis itu sesekali menggigit apel. Sedangkan matanya tetap fokus pada bacaan komiknya.

Haga meletakkan helem di atas kaca spion begitu saja. Mengayunkan kakinya menyusul gadis itu berada.

Setttt

Haga merampas apel Zizi yang hendak gadis itu gigit. Zizi kaget sehingga ia menoleh ke arah pria yang kini tengah menatapnya tajam.

"Kenapa?" tanya Zizi bingung.

Zizi menurunkan kedua kakinya. Meletakkan buku komik ke meja. Mata bulat Zizi mengedip. Mulutnya terbuka menganga..

"Itu motor gue lo apain?" tanya Haga. Tangan kanannya menunjuk ke bawah ke arah motor pria itu terparkir. Bisa dilihat cara Haga yang menatap Zizi. Pria itu sangat emosi.

Zizi menoleh ke arah motor Haga. "Memangnya kenapa sama motor lo?" tanya Zizi polos.

Haga ingin sekali menelan Zizi yang bersikap tidak tau apa apa bahkan terkesan sangat polos. Haga mengepalkan kedua tangannya erat. Ingin sekali menelan Zizi yang sangat menyebalkan baginya. Di tambah lagi wajah Zizi yang biasa saja membuat Haga sangat kesal.

"Motor gue baret."

"Hah." Zizi langsung menoleh. Tampak terkejut. "Kenapa bisa baret?"

"Nah itu, kenapa bisa baret? Pasti lo yang baretin." Haga berdecak dengan ketidaktahuan Zizi. Kedua tangannya bersedekap dada.

"Ngaku lo. Kenapa motor gue baret. Pasti lo yang bikin ulah. Seminggu ini itu motor di parkiran. Gue yakin itu ulah lo." lanjut Haga menuduh Zizi.

Zizi menekan bibirnya ke dalam. "Gimana bisa gue? Gue gak bisa pake motor lo." Elak Zizi bahkan gadis itu ikut bersedekap dada.

"Gue gak mau tau. Lo harus tanggung jawab." lirih Haga. Bahkan pria itu menyeret Zizi menuju ke lantai bawah.

Tangan Zizi di cengkeram kuat Haga bahkan Zizi merasakan kesakitan karna tampak dari tangannya yang memerah.

"Sakit Ga!" rengek gadis itu tapi tak di dengar oleh Haga sama sekali. Pria itu terus membawa Zizi ke tempat motornya berada.

"Lihat tuh." ucap Haga.

Zizi menepis tangan Haga kemudian melihat baret panjang yang memanjang pada desk motor Haga.

Zizi tercenung untuk sesaat. Dia benar benar gak tau kenapa bisa baret seperti itu.

"Panjang banget." gumam Zizi.

"Sekarang gue gak mau tau. Lo harus tanggung jawab."

Zizi menengok ke arah Haga yang menatapnya tajam.

"Gue gak ngelakuin." balas Zizi mengelak.

"Heh, dirumah ini cuman kita tinggal berdua. Terus kalo lo yang gak ngelakuin siapa lagi yang ngelakuin. Setan?" kesal Haga.

"Emang gue yang gak ngelakuin. Gue bisa jamin." Zizi tetap pada pembelaannya.

"Jamin dengan apa?" Haga bersikap congkak. "Lo emang gak suka sama gue. Tapi jangan kekanakan seperti ini. Itu motor kesayangan gue dan lo udah baretin segitu panjang. Kalo dilihat dari lukanya ini seperti baretan yang disengaja. Artinya lo pake paku buat baretin tuh motor." ucap Haga dengan persepsinya.

Zizi menggigit bibirnya ke dalam. Sampai segitunya Haga bisa paham dengan apa yang terjadi dengan motornya.

"Ngaku gak lo. Atau sebagai imbalannya seminggu ke depan lo gak akan gue kasih uang jajan." ancam Haga menyeringai. Hanya itu yang bisa menjadikan ancaman bagi gadis di depannya ini. Gadis di depannya ini tak akan bisa dengan uang jajan yang pas. Karna setiap pulang Zizi akan kedapatan belanja karna banyak tas yang selalu berserakan di sofa setiap Haga kembali dari kampus.

Mata Zizi membelalak terkejut. Kenapa ujung ujungnya uang jajannya malah di stop. Ini gak bisa dibiarin.

"Loh. Kenapa harus uang jajan gue yang jadi ancaman." ucap Zizi tak terima.

"Karna lo gak mau ngaku." balas Haga.

"Emang bener kok gue gak ngelakuin." Zizi tetap tidak mau mengaku.

"Terserah. Pokoknya lo harus tanggung jawab. Motor gue udah seperti ini. Dan itu impas buat lo karna gak mau ngaku. Uang jajan lo yang gue potong buat benerin nih motor." ucap pria itu. Haga berbalik memasukkan motor kesayangannya kembali ke dalam garasi. Biarlah tukang bengkel nanti yang ambil. Sementara dirinya menggunakan mobil sebagai sarana pergi ke kampus.

Mobil Haga melewati Zizi yang masih termenung di tempatnya. Dengan kecepatan sedang mobil Haga membawa angin yang kencang. Debu berhamburan di mana mana. Dan itu membuat rambut Zizi beterbangan. Begitu dengan rok pendeknya yang tersingkap. Apalagi ini musim kemarau. Sudah pasti banyak debu yang berhamburan.

"Uhuk uhuk uhuk...."

Zizi terbatuk karena debu. Zizi menepi ke teras matanya memerah menatap mobil Haga yang melewatinya hingga melewati pintu gerbang. Tangan Zizi mengepal kuat.

"Kurang ajar banget kamu Ga." Gumam Zizi.

Setelah mobil Haga menghilang di balik pintu, gadis itu lekas masuk ke dalam.

Ya, Zizi dan Haga adalah pasangan suami dan istri. Mereka di paksa dijodohkan karena mereka tidak ingin hidup keduanya salah pergaulan. Dengan adanya pernikahan ini kedua orang tua Haga maupun Zizi merasa sudah aman.

Mereka menikah dua bulan yang lalu. Meskipun keduanya masih sama sama mengenyam pendidikan masing masing tetapi karena uang mereka bisa melanjutkan pendidikan mereka meski status mereka masih bersekolah.

Haga adalah anak pengusaha sukses yang mampu menembus hingga pasar internasional. Sementara Zizi merupakan anak tunggal dari seorang pengusaha industri garmen. Keduanya sama sama anak pengusaha sukses.

Meskipun Haga anak pengusaha. Tetapi Haga memiliki usahanya sendiri. Haga mendirikan restoran dan kafe. Usahanya itu berkembang hingga keluar daerah. Sudah tentu Haga sendiri sangat kaya. Apalagi hanya menafkahi seorang Zizi. Kehidupannya yang bergelimang harta itu tidak bisa meninggalkan kebiasaannya. Sehingga uang lebihan yang diberikan oleh Haga seringkali digunakan belanja barang branded.

Bisa dilihat pakaiannya selalu bermerk. Dari sepatu tas dan yang lain lainnya. Setiap hari pakaian gadis itu selalu berganti ganti dan itu membuat iri setiap temannya yang melihatnya.

"Hah, Punya suami gak bermoral banget." Zizi mendesah pelan. Dirinya duduk di sofa di ruang tengah.

Wajahnya terlihat cemberut. Bibirnya monyong hingga lima senti. Bisa dipastikan moodnya rusak oleh perlakuan Haga tadi. Gimana dia bisa hidup jika uang jajannya dikurangi. Bahkan sangat pas untuk pulang dan pergi ke sekolah.

Drrttt drrttt drtttt

Ponsel yang berada di saku kemejanya bergetar. Gadis itu melihat nama di papan layar. ternyata Dian temen sebangkunya yang menelpon.

"Halo, Dian." ujarnya lesu.

"Dih lesu amat. Kenapa?" tanya Dian di seberang sana. Kebetulan hari ini hari sabtu. Sekolah mereka pulang lebih awal. Maka dari itu sekarang Zizi sudah berada di rumah dan bersantai seperti ini.

"Gak apa apa. Lo nelpon ada apa? Kalau gak penting gue tutup deh."

"Oh, astaga Zi. Galak amat sih! Ini kan sabtu malam minggu, gue mau ngingetin. Jadi keluar gak?" tanya Dian.

Zizi menoleh ke arah jendela. Hari masih terlihat terang. "Gak. Gak bisa. Gue ada kerjaan." tolak Zizi.

"Ye, tumben banget lo ada kerjaan. Orang tua lo kan kaya. Emang lo punya kerjaan apa. Pembantu di rumah lo kan banyak." cerocos Dian.

"ya pokoknya gue gak bisa Di. Udahlah gue tutup." Zizi menjauhkan ponselnya dan hendak menekan tombol off. Tapi suara dian memekik dan Zizi kembali mendekatkan ke telinganya.

"Eh bentar." pekik Dian. "Sore ini ada pertandingan basket di lapangan Garuda. Lo mau nonton gak. Bintangnya Samuel." ucap cepa Dian.

Zizi mengerutkan kening. Sebelum menikah Zizi memang menyukai Samuel dalam artian mengagumi cowok itu. Tapi setelah menikah rasa kagum itu seolah terkikis. Tapi karena Dian sudah tau kalau Zizi memang menyukai Samuel. Apapun yang dilakukan Samuel, Dian akan selalu memberi tau. Seperti hari ini Dian meneleponnya dan memberi tau.

"Gimana? Pergi gak?" ucap Dian menyadarkan lamunan Zizi.

"Ya udah. Kita ketemuan di lapangan aja." balas Zizi akhirnya menyetujui ajakan Dian. Lagi pula kalau di rumah rasanya badmood banget. Apalagi tadi habis di marahi sama Haga. Sekarang dia lebih baik mencari suasana yang bisa membuat moodnya membaik.

Panggilan bersama Dian ditutup. Zizi beranjak dari sofa. Mengayunkan kakinya menuju tangga ke lantai dua. Zizi dan Haga memiliki kamar terpisah. Karna itu saran dari kedua orang tua mereka agar tidak terjadi hubungan intim. Bagaimanapun jika seorang lelaki dan perempuan hidup bersama dalam satu ruangan yang sama akan membangkitkan orang ketiga yaitu setan. Meskipun status mereka suami istri tapi mereka masihlah pelajar. Bagaimanapun keduanya mewanti wanti agar bersabar lebih dulu. Menunggu hingga lulus barulah bisa bersama.

Zizi mengganti pakaiannya setelah itu menyambar kunci mobil miliknya yang ia letakkan di gantungan dekat pintu.

Tak butuh lama gadis itu sudah sampai di parkiran lapangan Garuda. Di sana sepertinya Dian sudah menunggu. Karna terlihat Dian duduk di bangku taman sambil kepalanya celingukan satu tangannya membawa camilan jagung berondong.

"Di." panggil Zizi seraya menghampiri Dian. Tangan kanannya melambai lambai.

Dian yang merasa di panggil pun menoleh. Gadis itu lekas berdiri.

"Zi. Akhirnya lo datang." Dian tersenyum.

"Demi lo dan demi Samuel." ungkapnya dan keduanya pun tertawa bersama.

Terpopuler

Comments

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕

mampir KK thor

2024-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!