Bagaimana perasaanmu jika teman kecilmu yang dahulunya cupu, kini menjadi pria tampan, terlebih lagi ia adalah seorang CEO di tempatmu bekerja?
Zanya andrea adalah seorang karyawan kontrak, ia terpilih menjadi asisten Marlon, sang CEO, yang belum pernah ia lihat wajahnya.
Betapa terkejutnya Zanya, karena ternyata Marlon adalah Hendika, teman kecilnya semasa SMP. Kenyataan bahwa Marlon tidak mengingatnya, membuat Zanya bertanya-tanya, apa yang terjadi sehingga Hendika berganti nama, dan kehilangan kenangannya semasa SMP.
Bekerja dengan Marlon membuat Zanya bertemu ayah yang telah meninggalkan dirinya sejak kecil.
Di perusahaan itu Zanya juga bertemu dengan Razka, mantan kekasihnya yang ternyata juga bekerja di sana dan merupakan karyawan favorit Marlon.
Pertemuannya dengan Marlon yang cukup intens, membuat benih-benih rasa suka mulai bertebaran dan perlahan berubah jadi cinta.
Mampukah Zanya mengendalikan perasaannya?
Yuk, ikuti kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velvet Alyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pantai Tanjung Setia
"Ayra, aku kan udah bilang, aku lagi ada kepentingan di luar kota. Dan ini jam istirahat, Ayra." Marlon terlihat kesal.
Zanya bersungut-sungut masuk ke kamarnya. Biasanya ia menunggu Marlon masuk ke kamar, barulah ia masuk ke kamarnya sendiri, tapi tidak kali ini. Zanya menutup pintu kamarnya.
"Dasar tasmanian devil! setelah semua kekacauan yang dia buat, bisa-bisanya dia tanpa malu masih ngehubungin Marlon?" Cibir Zanya.
Zanya menghempaskan tubuhnya ke kasur, meraih ponselnya, lalu melihat-lihat fotonya bersama Marlon yang tadi belum sempat ia lihat karena malu. Zanya memperbesar wajah Marlon di foto itu. Zanya tersenyum. "Akhirnya kita punya foto bareng versi dewasa." bisiknya.
***
Mobil yang dikendarai oleh Radit telah memasuki kawasan Tanjung setia, area tanjung dengan ombak yang digandrungi para peselancar. Desir ombak mulai terdengar, di sepanjang jalan di sisi kiri mereka terbentang pantai dengan pasir berwarna putih bersih. Air lautnya yang berwarna biru kehijauan, begitu memanjakan mata. Suara ombak yang menenangkan membuat Zanya tersenyum, ia merasa beruntung bisa mendatangi tempat indah ini.
Akhirnya mereka sampai di sebuah resort tepat pukul 2 siang, mereka sengaja berangkat pagi-pagi tadi, agar masih bisa merasakan suasana sore dan bisa menyaksikan matahari terbenam di pantai.
Zanya dan Radit membawakan koper dan barang-barang milik Marlon ke kamarnya, sementara Marlon turun dari mobil dan langsung melihat-lihat resort.
"Kalau lu capek, lebih baik lu tidur sekarang, Dit. Rugi kalau sampai gak liat sunset." Zanya memberi saran kepada rekannya itu, karena Radit sudah menyetir selama kurang lebih 7 jam.
"Iya, rencana gue juga gitu. Sisanya nanti elu yang urus, bisa kan? Gue mau langsung ke kamar gue, mau rebahan." ujar Radit.
"Tenang aja, serahin sama gue! Udah, sana lu ke kamar lu!" Ujar Zanya sambil mengibaskan tangannya menyuruh Radit pergi.
"Ya udah, bye!" pamit Radit.
"Jangan lupa stretching dulu sebelum rebahan, biar otot lu gak kaku." Zanya menasehati.
"Okee!" Radit berlalu dan keluar dari kamar Marlon.
Zanya baru selesai menata barang-barang Marlon, dan Marlon masuk ke kamarnya.
"Di mana Radit?" tanya Marlon.
"Sudah di kamarnya untuk beristirahat, Pak." Jawab Zanya. "Ada lagi yang anda butuhkan, Pak?" tanyanya.
"Gak ada, kamu silahkan istirahat juga." Jawab Marlon sambil duduk di kasur.
"Baik, Pak!" jawab Zanya, lalu keluar dari kamar Marlon.
***
Pukul 4 sore, Zanya keluar dari kamarnya. Ia berniat menikmati suasana pantai di sore hari. Karena ia tidak membawa banyak baju, ia pun memakai baju terusan tanpa lengan yang ia pakai semalam, tapi tanpa luarannya, sehingga lengannya terekspos.
Zanya berpapasan dengan beberapa turis asing yang membawa papan selancar, para turis itu tersenyum pada Zanya, dan Zanya membalas senyuman mereka. Dari kejauhan Zanya melihat Marlon sedang berdiri sambil memegang kamera, pria itu terlihat keren memakai celana jeans longgar selutut dan kemeja putih lengan pendek. Di belakang Marlon terlihat Radit melambai-lambaikan tangannya kepada Zanya.
Marlon melihat Zanya berjalan ke pantai, gadis itu memakai baju terusan tanpa lengan berwarna krem, kulitnya yang kuning langsat terlihat berkilau, rambutnya yang digerai tertiup angin pantai, menambah kesan seksi. Apa-apaan dia? kenapa dia tersenyum pada bule-bule itu? pikir Marlon.
Marlon memicingkan matanya, ia melihat Zanya menatap dirinya, dan tersenyum. Apa itu tadi? Kenapa senyumnya manis sekali? Pikir Marlon. Dan kini gadis itu melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar. Baiklah, aku harus membalas lambaian tangannya, agar dia tidak malu, pikir Marlon, dan ia balas melambai dan tersenyum.
Marlon membuka kemejanya, lalu menyodorkannya pada Zanya."Nih, pakai! Aku dan Radit mau main air, ini kemeja mahal, takut rusak kena air laut. Ingat, pakai, ya. Supaya gak kusut." ujarnya.
Zanya kebingungan, namun ia menuruti perintah Marlon tanpa berkata apapun. Zanya memakai kemeja itu sebagai luaran bajunya. Bagus juga, jadi seperti outer oversize, pikir Zanya.
Marlon mengambil ikat rambut yang ada di lengan Zanya, membuat Zanya keheranan. Apalagi ini? Pikir Zanya.
"Nih, ikat rambut kamu, supaya gak rontok di kemejaku." titahnya sambil memberikan ikat rambut itu.
Lagi-lagi Zanya menuruti kata-kata Marlon, ia mencepol rambutnya agar tidak menyentuh kemeja Marlon yang dipakainya. Marlon tersenyum puas melihat penampilan Zanya sekarang.
"Za, gue nitip tas, ya!" Radit menyodorkan tas kecil miliknya.
"Ini, aku titip kamera juga!" Marlon menyerahkan kameranya.
Zanya menatap Marlon dan Radit dengan kesal. "Mereka kira gue tempat penitipan barang, ya? Ini lagi, kalo tau baju mahal gak boleh kena air laut, kenapa dipake? Sampe rambut gue juga harus diikat, sangking biar gak kena kemeja." Gerutunya setelah Marlon dan Radit pergi.
Marlon berlari ke air sambil tertawa, diikuti oleh Radit yang langsung melompat dan bermain ombak.
***
Matahari mulai redup, suasana pantai lebih ramai dibandingkan saat sore hari tadi, sepertinya orang-orang datang untuk menikmati matahari tenggelam. Zanya duduk di pasir putih yang lembut sambil menikmati hembusan angin. Marlon dan Radit yang tak bosan-bosan bermain air seperti anak kecil mengingatkan Zanya pada tingkah adik Khaifa.
"Anggap aja lagi ngejagain dua Yoza." Ujarnya pada diri sendiri.
Matahari pun semakin condong ke barat, meninggalkan semburat merah keemasan di langit. Kemudian matahari seperti menghilang di antara deburan ombak, dan langit pun semakin gelap. Lampu-lampu di resort itu pun sudah menyala, memeriahkan suasana malam di pantai.
"Ayo kita kembali!" Ajak Marlon sambil berlalu ke arah kamar mereka.
Dari belakang, Zanya menatap bahu bidang milik Marlon, punggungnya yang mengkilat karena basah oleh air laut itu membuat Zanya teringat acara yang menampilkan pria-pria seksi dengan kulit mengkilat. Zanya menggelengkan kepala untuk menghilangkan bayangan dalam benaknya.
***
Selesai makan malam, Marlon mengajak Zanya dan Radit menikmati suasana pantai. Mereka memilih duduk di atas pasir daripada di kursi-kursi yang ada di sekitar resort.
Zanya memakai jaket di luar baju terusannya karena udara mulai dingin. Marlon menatap gadis itu, matanya yang kecil dengan bulu mata yang tidak terlalu lebat namun lentik, hidungnya yang kecil, dan bibirnya yang mungil tapi menggoda, seolah menghipnotis Marlon untuk terus menatap kepadanya.
Selain namanya yang membuat penasaran, wajah Zanya memunculkan perasaan yang sama sekali asing dalam hati Marlon. Siapa kamu sebenarnya? Pertanyaan itu selalu muncul setiap ia merasa gejolak aneh dalam dirinya ketika bersama Zanya.
"Pak, saya boleh istirahat duluan, gak?" tanya Radit.
"Lu mau nelepon cewek lu lagi, ya?" tebak Zanya.
Radit meletakkan jari telunjuk di bibirnya. "Sssstt...!" Bisik Radit, namun Marlon melihatnya.
"Iya, iyaa....! Silahkan, Radit. Daripada kamu diputusin pacar kamu." Ujar Marlon sambil tertawa.
"Makasih, Pak! Pak Marlon memang the best!" Ujar Radit, lalu berlari kembali ke kamarnya, Marlon menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Radit.
Marlon kembali menatap Zanya, Gadis itu seperti hanyut dalam lamunannya sendiri sambil menatap keindahan laut di malam hari. Untung bagi Marlon, ia bisa leluasa menatap wajah Zanya yang entah kenapa seperti magnet bagi matanya.
Zanya menatap air laut yang memantulkan cahaya bulan, suasana ini seolah membangkitkan kerinduan pada masa kecilnya, saat semuanya terasa mudah, dan ia masih memiliki seseorang untuk dijadikan tempat bersandar.
"Zanya..." Panggil Marlon.
Zanya tersadar dari lamunannya. "Ya?" sahut Zanya.
"Bisakah kamu menyimpan rahasia?" Tanya Marlon.
Zanya tercengang. "Rahasia?"
Marlon mengangguk. "Kalau kamu bisa menyimpan rahasia, aku mau berbagi rahasiaku." ujarnya.
Zanya menatap Marlon cukup lama, Rahasia apakah yang ingin Marlon bagi padanya? Pikir Zanya.
Kelamaan Up gua sedot Ubun² lu thor /Facepalm/