Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anjani
Di tengah kebingungan Amara, seorang pria yang berstatus sebagai asisten pribadi Aga pun datang hendak masuk ke dalam ruangan kerja Aga. Melihat kedatangan asisten Aga sontak saja membuat Amara menghentikan pergerakan asisten Aga sebelum masuk ke dalam ruangan kerja Aga.
"Tuan Cakra, siapa wanita yang ada di dalam ruangan kerja Tuan Aga saat ini?" Tanya Amara.
"Oh itu, dia Nona Anjani. Rekan bisnis Tuan Aga yang baru." Jawab Cakra.
"Nona Anjani? Apa Nona Anjani adalah perwakilan dari perusahaan Jayendra yang akan bertemu dengan Tuan Aga pagi ini?" Tanya Amara.
Cakra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Tapi kenapa Nona Anjani datang pagi sekali? Bahkan Tuan Aga belum masuk ke dalam ruangan kerjanya." Tanya Anjani bingung.
"Nona Anjani bilang karena dia tidak sabar bertemu dengan Tuan Aga. Oh ya, sudah dulu ya. Saya ingin menemani Nona Anjani dulu sambil menunggu Tuan Aga tiba." Pamit Cakra.
Amara mengangguk mengiyakannya. Pandangannya pun tak lepas dari sosok Cakra hingga akhirnya Cakra menutup pintu ruangan kerja Aga.
"Tidak sabar bertemu dengan Kak Aga? Maksudnya bagaimana?" Amara mencoba mencerna maksud perkataan Cakra.
Tak berselang lama, Amara yang baru saja duduk di kursi kerjanya segera bangkit dari kursi kerjanya saat melihat kedatangan Aga.
"Selamat pagi Tuan Aga." Sapa Amara ramah.
Aga menganggukkan kepalanya lalu melangkah melewati Amara begitu saja.
"Kak Aga nampak buru-buru sekali hingga tidak bersuara kepadaku." Gumam Amara seraya menatap kepergian Aga menuju ruangan kerjanya.
Baru saja Aga masuk ke dalam ruangan kerjanya, Cakra sudah nampak keluar dari dalam ruangan kerja Aga dan berjalan menghampiri meja Amara.
"Mara, tolong buatkan minum untuk Tuan Aga dan Nona Anjani, ya." Ucap Cakra.
Amara mengangguk mengiyakannya. Setelahnya ia segera bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah pantry membuatkan minum untuk Aga.
Jika biasanya Amara akan senyum-senyum sendiri sambil membuatkan kopi untuk Aga, namun kali ini nampak berbeda. Amara tak semangat seperti biasanya karena pemikirannya terus tertuju pada sosok wanita yang berada di dalam ruangan kerja Aga.
Setelah membuatkan dua gelas kopi untuk Aga dan Anjani, Amara langsung saja melangkah ke arah ruangan kerja Aga.
Baru saja kakinya melangkan masuk ke dalam ruangan kerja Aga, Amara sudah dibuat cemburu melihat kedekatan Aga dan Anjani dimana Anjani kini nampak duduk berdekatan dengan Aga. Wanita itu bahkan bisa membuat Aga tersenyum manis kepadanya.
"Maaf mengganggu. Ini minumnya Tuan, Nona." Ucap Amara ramah.
"Terima kasih." Jawab Anjani tak kalah ramah sedangkan Aga hanya mengangguk sebagai jawaban.
Anjani pun kembali melanjutkan pembicaraan di antara mereka tanpa memperdulikan ada Amara di dekat mereka.
"Kalau mengingat masa kuliah kita dulu itu sangat lucu ya. Kau sampai cemas begitu karena aku pura-pura pingsan di lapangan basket." Ucap Anjani pada Aga.
Amara yang mendengarkannya pun mengerutkan kening. Ia pikir Aga dan Anjani kini sedang membicarakan tentang kerja sama yang akan mereka lakukan. Namun ternyata keduanya justru membahas masa lalu saat masih kuliah dulu.
"Apa Kak Aga dan Nona Anjani pernah kuliah di tempat yang sama?" Pertanyaan itu muncul di benak Amara. Amara sungguh dibuat penasaran mendengarnya. Namun mengingat keberadaannya sudah tidak dibutuhkan lagi, Amara pun segera berpamitan keluar dari dalam ruangan kerja Aga.
***
Bantu berikan vote dan gift dulu yuk sebelum lanjut🤗
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka