Nana adalah kembang desa yang sangat cantik, Ada lima pemuda yang pernah melamar dia dan semua nya di tolak dengan berbagai alasan.
Hingga suatu hari Nana merasakan dada nya sangat sakit luar biasa, Berobat kedokter sudah dan di nyatakan tidak ada kanker payudara. Namun payudara nya sangat sakit, Seminggu kemudian sudah membusuk dan membuat Nana sangat menderita.
Banyak yang menduga bahwa Nana di santet.
Siapa kah yang sudah menyantet Nana?
Mampu kah Nana melawan santet ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Hilang sakit nya
Mbah Muni membuka kain yang menutupi dada gadis ini, Sebenar nya Nana malu karena yang akan mengobati nya laki laki, Namun di tahan saja demi kesembuhan. Mbah Muni sendiri di wajah nya tampak kaget karena melihat penyakit Nana yang sudah separah ini dan baru sekarang di obati, Itu dia belum melihat bagai mana kondisi yang sebelah bekas operasi pengangkatan. Karena masih di balut perban agar bau nya tak seberapa ketara, Penyakit Nana menimbulkan bau yang sangat memualkan perut, Bu Asih sudah cemas karena takut bila sampai kekuar ulat karena biasa nya luka begini pasti keluar ulat kecil yang berkerumun sebesar jempol tangan.
Untung nya belum ada ulat tersebut karena selain rajin di bersihkan, Luka nya selalu di tutup sehingga tak ada lalat yang hinggap di sana. Tangan Mbah Muni perlahan membuka perban yang membungkus dada Nana, Sambil di teteskan air supaya tak semakin sakit karena kain perban lengket akibat nanah yang keluar dari luka. Nana mencoba untuk menahan rasa sakit yang sedang mendera nya, Karena dia malu mau merintih di depan orang asing, Walau Mbah Muni tahu ini rasa nya pasti sangat menyakitkan, Bisa di lihat dari keadaan luka yang separah itu. Orang biasa pasti akan langsung pingsan melihat dada Nana yang sebelah kiri bekas operasi, Terlihat sangat merah kehitaman di daging itu, Ada juga putih nya karena yang putih adalah nanah. Seharus nya selama satu bulan usai operasi nya ini adalah perubahan dari luka itu, Bukan nya malah semakin parah dan semakin lebar saja, Bu Asih kian sedih melihat Nana.
Mbah Muni mengambil sebotol air dari kantong celana nya, Sambil mulut berkomat kamit membaca mantra yang Bu Asih sendiri tak tahu arti nya, Yang penting Nana sembuh saja sekarang. Luka Nana yang sangat lebar itu ia guyur dengan air dari botol tersebut, Aneh nya dagin payudar* menjadi berasap seolah sedang di panggang di atas bara api.
"Kenapa dengan anak saya, Mbah? Kenapa malah berasap begitu!" Panik Bu Asih.
"Diam dulu, Biar di obati Nana nya." Bude Las memegang tangan sang adik.
"Ya allah aku takut sekali, Huhuhuuu anak ku." Bu Asih tak berhenti menangis.
"Tenang lah, Bu. Anak sampean sedang saya obati, Ini sebentar lagi sudah tak akan sakit lagi." Ujar Mbah Muni.
Lain dengan yang sedang orang lihat karena dada nya yang berasap seperti di panggang, Nana malah merasakan payudar* nya sangat dingin seperti di tempeli oleh es batu, Rasa sakit juga perlahan mulai pudar karena air yang tadi Mbah Muni berikan kepada nya. Nana bisa menarik nafas lega karena rasa sakit itu hilang dan dia pasti memang sedang kena santet, Persis dugaan nya saat baru pertama kali merasakan sakit ini.
"Lihat lah, Anak mu sudah tidak kesakitan lagi." Mbah Muni menunjuk Nana dengan rasa bangga.
"Benar, Nak? Kamu sungguh tidak sakit lagi kan." Bu Asih mendekat.
"Rasa sakit nya perlahan hilang, Bu." Angguk Nana.
"Alhamdulilah, Ya allah!" Bude Las bersorak senang.
"Syukurlah kalau kamu tak merasakan sakit lagi, Ibu sangat senang." Bu Asih memegang tangan putri nya.
Nana mengangguk senang karena dia pasti bisa memejamkan mata untuk istirahat, Sebab rasa sakit nya berkurang dengan cepat. Semoga saja nanti Mbah Muni memang bisa menyembuhkan seratus persen agar penyakit ini bisa hilang sepenuh nya dari tubuh Nana, Dia sudah bertaubat kepada allah dan berjanji tak akan menghina orang sembarangan lagi. Bahkan Nana bertekad bila nanti dia sudah sembuh, Maka Nana akan mendatangi orang yang pernah ia hina dan meminta maaf pada mereka semua, Tak terkecuali Nani adik nya sendiri. Sebenar nya sekarang Nana sudah sering bilang minta maaf, Hanya saja Nani menolak untuk masuk kedalam kamar Kakak nya. Mungkin karena sakit hati yang sangat luar biasa dari perkataan nya Nana, Sehingga dia mati matian bertahan tak mau melihat wajah Nana yang sedang sakit.
Kabar baik segera di dengar oleh Pak Irwin dan pria itu bersorak senang juga karena Nana bakal bisa sembuh nanti nya, Bahkan sekarang anak sulung nya sudah bisa tersenyum walau pipi hanya tinggal tulang saja akibat tak pernah makan dan tidur dengan benar, Sungguh penyakit ini sangat menyiksa Nana. Mbah Muni memberikan tiga botol air untuk stok pengobatan nya Nana, Setelah air dalam botol habis maka di suruh untuk datang lagi kerumah Mbah Muni atau dukun ini yang akan datang mengobati Nana kesini, Yang pasti berobat nya tak bisa bila hanya satu kali saja.
"Ini nanti di usap kan pada yang sakit, Yang tidak pecah usap nya pakai tangan saja! Tapi untuk yang sudah operasi, Cukup di ciprat kan saja." Beritahu Mbah Muni.
"Apa benar kalau putriku kena santet, Mbah?" Tanya Pak Irwin tak kuasa membendung rasa ingin tahu nya.
"Benar! Ada orang yang kesal dengan perlakuan Nana, Sehingga dia sakit hati dan membalas dengan cara ini." Jelas Mbah Muni.
"Siapa? Bisakah sampean melihat yang mengirim nya." Bude Las sangat tak sabar ingin tahu.
"Tidak bisa saya mau mengatakan nya sekarang, Yang pasti ini memang perbuatan seseorang." Sahut Mbah Muni.
"Tolong beri tangkal agar anak saya tak kena lagi, Mbah." Pinta Bu Asih.
"Tenang saja, Semoga dukun yang membuat santet tak bisa menembus rumah ini lagi." Ujar Mbah Muni.
Dukun ini pun di ajak keluar untuk di beri bayaran seperti yang sudah di targetkan, Biar lah yang di dalam Bu Asih dan Bude las saja yang mengurus Nana, Sekarang payudar* Nana sebelah kanan itu di beri air yang Mbah Muni tinggal kan itu supaya cepat kempes, Takut pula mereka bila sampai meledak dan pasti nanti akan seperti yang kiri, Untung nya mereka sudah dapat dukun sehingga ada harapan.
"Kurang kan sakit nya, Na?" Bu Asih mengoleskan air.
"Malah hilang beneran, Bu! Tak ada lagi rasa sakit itu, Bahkan nyeri sedikit saja tak ada." Jawab Nana sangat senang.
"Banyak berdoa dan sholat ya, Jangan sampai tinggal kan sholat." Nasihat Bude Las.
"Iya, Bude! Aku akan taubat kepada allah, Mungkin ini memang teguran untuk ku." Angguk Nana.
"Syukur lah kalau kamu sudah sadar, Jangan lupa minta maaf sama Nani ya kalau sudah sembuh total." Bu Asih menatap anak nya sendu.
Nana mengangguk karena dia memang sudah ada niat untuk minta maaf, Menyadari banyak kesalahan yang telah ia lakukan selama masih sehat, Dia sangat sombong dan pernah berzinah juga.