"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ramuan Pengantin Baru
Pagi hari Keymira turun lebih dulu menuju dapur, kebiasaannya bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, tapi kali ini dia tidak sendirian, sudah ada Eyang Putri dan para pelayan lainnya yang sibuk berkutat dengan alat masak.
"Pagi, Eyang!" sapa Key membuat Eyang Putri berbalik badan.
"Aaaa kamu udah bangun rupanya, pas banget Eyang baru selesai. Ini... Habiskan minumannya, Eyang buat sesuai resep jaman dulu. Ayo diminum!" Tidak ada angin tidak ada hujan Eyang Putri langsung menyodorkan segelas minuman berwarna oren kecoklatan kepada Keymira.
"A-apa ini Eyang?"
"Ini ramuan buat pengantin baru" bisiknya menjelaskan.
Mata Key sontak melotot, padahal sudah beberapa kali dia bertemu dengan Eyang Putri, tapi baru kali ini wanita tua itu memberikannya ramuan jamu.
"Tapi.... Ada apa Eyang?"
"Sstttt.... Udah jangan banyak tanya, cepet minum mumpung masih hangat" Titahnya tak bisa Keymira tampik.
Dia pun menerima gelas itu kemudian dengan ragu-ragu Key sedikit menyeruput minuman itu.
"Eyang ini pahit bangett" Key menjulurkan lidahnya yang terasa tidak enak.
"Paksakan sayang, ini cuma sebentar"
"Ayo ayo buka mulutnya... Aaaaaa" Eyang Putri menuntun Keymira layaknya mengajarkan anak kecil makan sendiri.
Keymira membuka mulutnya lagi, kalau bukan Eyang yang menyuruhnya Keymira tak sudi meminum jamu yang entah untuk apa ini. Tapi siapa yang berani menentang perintah nyonya besar di rumah ini, bisa-bisa mereka dikeluarkan dari kartu keluarga.
Sambil menutup hidungnya Key menghabiskan minuman tersebut hingga tandas, badan Keymira bergidik selepas meminum ramuan tersebut, Eyang Putri kembali menyodorkan air gula untuk menetralisir rasa pahit dari jamu itu.
"Makasih Eyang, ngomong-ngomong ramuan tadi buat apa ya? Kata Eyang buat pengantin baru, emang khasiatnya apa?" Tanya Keymira penasaran, apa ada hubungannya antara jamu dengan pernikahan? Apa ini jamu yang sudah diberi doa untuk kelancaran rumah tangga? Ahh... Keymira sungguh penasaran.
"Ramuan ini khusus untuk memperlancar kehamilan, bagus diminum setelah berhubungan"
"Hah? B-berbuhungan apa Eyang?" Keymira ngelag.
"Jelas berhubungan badan, gimana sih cucu Eyang ini!"
"Hah??? G-gimana Eyang bisa ta....." Key sudah terbata-bata untuk bertanya, pikirannya masih melayang pada kegiatan panas tadi malam dimana ia meng3rang kencang sangking tak kuatnya menghadapi keperkasaan Ben Derrick.
"Hehe.... Eyang denger" ungkapnya mengedipkan sebelah mata, berlalu meninggalkan Keymira yang mematung di tempat.
Wajah Keymira memerah bak kepiting rebus, mengutuk dirinya sendiri yang sudah ceroboh tidak menjaga mulut sampai-sampai Eyang Putri mendengar pergulatannya dengan Ben Derrick.
Arrghhh.... Sial sial sial! Malu sekali, rasanya Key ingin bersembunyi di lubang semut paling dalam. Tunggu dulu! Itu baru Eyang Putri yang mengaku, bagaimana kalau bukan Eyang saja yang mendengarnya!!!
Ben Derrick!! Ini semua gara-gara kauuuu.
Hampir lima menit Keymira sibuk dengan pikirannya sendiri, dia baru sadar kalau dirinya masih berada di dapur, dan beberapa pelayan menatap ke arahnya dengan senyum malu-malu. Ahhhh... Mereka pasti berpikir yang tidak-tidak karena ucapan Eyang barusan.
Tak mau makin mempermalukan diri sendiri, Key keluar dari ruangan itu dan kembali menuju kamarnya, mengadu pada sang suami sambil merengek karena sangking tak kuat menahan malu.
***
Di tempat makan Key terlihat lebih pendiam, dia terus menundukkan kepala sambil menyuapi sesendok makanan ke dalam mulutnya.
Ben Derrick tersenyum tipis melihat tingkah sang istri, ini baru sehari perempuan itu menginap, bagaimana kalau semisal mereka tinggal di mansion seperti saudara Ben yang lain.
Apalagi di tempat makan ini tidak hanya ada para perempuan saja seperti kemarin, tapi ada juga kakak laki-laki Ben dan sepupunya yang lain.
"Kalian mau langsung pulang udah ini?" seru Keenan, sepupu sekaligus putra dari paman Ben Derrick.
"Heem... Iya. Gimana pekerjaanmu, tidak ada masalah kan?" Ben menjawab sembari mengalikan topik supaya Keenan tidak bertanya kenapa mereka tidak kembali menginap disini.
"Lancar kak, tapi namanya junior ya gitu dehh" jawabnya enggan.
"Kamu Denis, sekolah mu aman?" Ben beralih pada sepupunya yang mana merupakan cucu terakhir Eyang Putri dan Eyang Kakung.
"Lancar kak, minggu depan ada lomba sains tingkat internasional, Denis ditunjuk buat ngewakilin sekolah di Hongkong nanti. Doain ya"
"Bagus itu, semoga membawa juara pertama"
"Kalau menang nanti Denis dapet apa?" ujarnya, seperti biasa anak itu selalu membuat kesepakatan sendiri pada kakak sepupunya yang satu ini, Ben terkenal tidak pernah pelit tapi harus ada hasil yang ditunjukkan padanya.
"Kamu ingin apa memangnya?"
Wajah Denis langsung berseri ketika ditanya begitu, dia langsung mengutarakan keinginannya yang sudah lama ditunda.
"Ducati Panigale V4 R, Kak!"
Ben menaikkan satu alisnya ke atas mendengar permintaan Denis barusan.
"Motor lagi?"
"Kamu ini, baru tahun lalu Arkanza juga kasih kamu hadiah motor, masih terpajang bagus di garasi, sekarang udah minta yang baru lagi. Mau buka showroom kamu?"
"Ya ngoleksi dong Eyang, Eyang Kakung aja boleh beli mobil setahun tiga kali. Giliran Denis yang anak muda masa dilarang" balasnya memanyunkan bibir ke depan.
"Halahh... Bilang aja lu gak mau kalah sama temen tongkrongan, kan?" Keenan mengompori, berbeda dengan Denis yang suka menghambur-hamburkan uang demi gengsi semata, Keenan justru sangat pelit mengeluarkan sepeser pun untuk hal yang tak perlu, entah itu bisa dibilang kelebihan atau kekurangan seorang Keenan.
"Yeeee sirik aja, lu. Sekarang aja lu ejek gue giliran mau pergi lu tetep minjem motor gue, tuh!" tak terima dikatai begitu.
"Hufttt.... Kalian persis seperti ayah kalian, selalu berdebat jika membahas sesuatu" Eyang Putri sampai geleng-geleng, mereka seperti reinkarnasi putra kedua dan ketiganya.
"Boleh, tapi ada satu syarat lagi"
"Apa, kak?"
"Setelah lulus kamu harus bisa menembus Universitas terbaik di dunia"
"Emm... Bolehlah boleh" kebetulan dia belum menentukan kemana akan melanjutkan pendidikan, berhubung kakaknya berkata demikian tidak ada salahnya mencoba.
Sarapan pun kembali hikmat, tapi ketenangan itu tak berlangsung lama setelah Denis kembali membuka suara.
"Oh iya, tadi malem pas ngelewatin lantai tiga kok berisik banget ya? Denis sampe gak bisa konsen pas lagi belajar di perpustakaan"
Seketika Keymira tersedak makanan sendiri, Ben langsung menyodorkan air untuk meredakan sang istri yang terbatuk-batuk.
"Minum dulu! Pelan-pelan aja makan nya"
Ben paham apa yang Key pikirkan, semua orang tau kalau kamar Ben Derrick bersebelahan dengan perpustakaan, dan tadi malam suara itu berasal dari kamar nya, tapi bocah polos ini tidak sadar akan hal itu.
Tapi untungnya Eyang Kakung menanggapi ucapan Denis dengan hal lain.
"Kamu belajar sampai jam berapa? Sudah Eyang bilang jangan bergadang, Eyang paling tidak suka ada orang yang tidak peduli akan kesehatannya"
"I-iya Eyang, maaf. Denis janji gak akan ngulang lagi"
Meskipun begitu Keymira belum bisa bernafas lega sebelum dia pergi dari tempat ini.
Salahmu sendiri 'melepas' Ben saat itu. Jangan nyesal dong, too late
Ben sudah punya istri ingat itu