NovelToon NovelToon
Nikah Dini

Nikah Dini

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Cinta Paksa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ela W.

Aku tidak tahu bahwa cinta adalah sebuah kepalsuan semata. Kupikir kebebasan adalah kesenangan yang abadi. Faktanya, aku justru terjebak di sebuah lobang gelap gulita tanpa arah yang disebut cinta.

Aku gadis belia yang berusia 17 tahun dan harus menikah dengan orang dewasa berusia 23 tahun beralasan cinta. Cita-cita itu kukubur dalam-dalam hanya demi sebuah kehidupan fiksi yang kuimpikan namun tidak pernah terwujud.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ela W., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 3

Suasana hatiku akhir-akhir ini berubah. Setiap hari terasa begitu spesial, bahagia merambah padaku begitu cepat. Kata ibu, aku terlihat lebih ceria, apakah ini efek dari hubunganku dengan Trio? Trio memang telah berhasil mengubahku, menoreh ribuan tawa, aku bahagia dibuatnya.

Selain saling melempar balas WhatsApp, kami juga sering menyempatkan waktu untuk jalan bareng. Ibu tidak pernah curiga karena alasanku memang selalu masuk akal.

"De, kamu dari mana? Ini udah hampir malam loh?" tanya ibu pada suatu ketika saat aku pamit akan berkunjung ke rumah teman tapi pulang terlalu sore menjelang Maghrib.

"Aku ketiduran di rumah Eva, Bu. Maaf ya," kilahku berusaha terlihat tenang.

"Lain kali tahu waktu ya. Hp jangan dimatikan, ibu khawatir, De."

"Maaf ya Bu. HP-nya drop, aku lupa mau numpang charger di sana." ibu menarik napas panjang lantas memelukku begitu lembut. Aku tidak butuh lagi sentuhan bahkan pelikan ini, aku merasa tidak perlu lagi melibatkan ibu dalam setiap perjalanan kisah cintaku, semuanya tidak perlu diceritakan. Karena jika ibu tahu, ia pasti memintaku menjauhi Trio, ibu akan sangat egois. yang dipikirkannya hanya soal bagaimana caranya aku hidup layak dengan materi, sedangkan aku butuh perhatian dan pengakuan bahwa aku sudah dewasa dan pantas berkencan dengan pria yang kusenangi. Ibu akan bersikap egois pada pilihan hati dan pikiranku.

Aku tidak tahu betul, dari mana ibu berpikir bahwa aku sudah mulai belajar bohong. Tanpa sepengetahuanku ibu menelpon semua kontak di hp-ku untuk menanyakan apakah aku ke sana. Semua nama yang disebutkan untuk alasan, ibu tanyai, untuk memastikan. Sejak kapan ibu menjelma detektif yang terlalu dalam mengurusi kehidupan pribadiku, apakah aku tidak diizinkan memiliki privasinya sendiri. Bukankah aku sudah melewati fase remaja.

Hari Minggu yang cerah. Ibu tiba-tiba memanggilku ke bawah untuk mengobrol. Awalnya aku sangat antusias, karena momen ngobrol dengan ibu kurasa semakin berkurang karena kesibukan masing-masing.

"Ibu langsung aja ke inti ya. Sebenernya kalau kamu pamit main ke rumah temen. Kamu ke mana sih, De?" sontak aku kaget mendengar pertanyaan ibu yang tidak didahului basa-basi.

"Ya ke rumah temen lah, Bu. Ke mana lagi?" sahutku santai. Aku belum menyadari bahwa ibu sudah tahu banyak hal.

"De, ibu tidak pernah meminta Kamu berbohong." tekan ibu, membuatku semakin tidak nyaman.

"Ibu apa sih? Gak perlu nanya yang aneh-aneh. Aku jujur kok." bermaksud mempertahankan kebohongan, ibu justru memberi bukti chatingan dengan beberapa temanku. Mereka semua berkata aku tidak pernah sekalipun berkunjung ke kediaman mereka. Karena takut, akhirnya aku menangis, ini juga bentuk upaya mengambil kepercayaan ibu kembali.

"Ke mana?!" Ibu masih mempertahankan keinginan tahuannya.

"Aku jalan-jalan, Bu. Aku bosen di rumah terus. Ibu tidak pernah ada waktu buat aku, ayah juga jarang sekali ada di rumah. Aku jenuh, butuh hiburan. Belajar dan hp tidak membuatku merasa tidak kesepian." alibiku memecah tangis. Ibu terdiam kemudian memelukku erat. Ibu mungkin baru mengerti apa yang kuinginkan dari dirinya.

Setelah bicara empat mata dari hati ke hati. Kami menemukan titik tengah, bahwa akan ada momen untuk menghabiskan waktu bersama seperti sebelumnya agar kami tidak sama-sama merasa kehilangan cinta, aku pun sepakat. Namun begitu, semua solusi tidak lantas membuatku harus menjauh dari Trio. Kesetujuan yang ku-iya-kan hanya untuk memberi efek tenang pada ibu agar ia tidak terlalu banyak pikiran karenaku. Pada intinya, aku usai kadung jatuh cinta pada orang yang bernama Trio, lagi pula di kataku Trio bukan orang jahat, ia pria baik-baik yang sejauh ini hanya menjaga dan menemani kekosonganku, Trio tidak aneh-aneh, meski aku sering membelanjakannya, itu bukan berarti Trio hanya memanfaatkan. Trio dari keluarga yang kurang mampu, lantas apakah aku tidak pantas memberi bantuan semampuku?

Aku terjebak oleh cinta semu yang kukira adalah cinta sesungguhnya. Terlalu jauh diri ini tenggelam dalam buaian dan janji menjulang tinggi. Rasa cintaku yang teramat besar membuat aku semakin berani dan membangkang pada ibu. Aku mulai merasa tidak membutuhkan keberadaannya, yang penting Trio selalu ada. Aku sodara aku salah, tapi benar kata pepatah, bahwa seseorang akan buta saat dimabuk cinta, dan aku salah satunya. Bisakah aku membuktikan cinta ini lebih dari apa yang orang lain lihat. Aku tidak mau ibu salah paham dengan perasaanku dan mengaggap ini hanya cinta monyet.

Malam itu ayah datang karena sudah jadwalnya istirahat dan cuti sejenak. Biasanya aku sangat antusias menyambut ayah, rasa rindu yang besar selalu mendorong untuk menghabiskan waktu bersama ayah. Kali ini tidak, iya. Tidak ada yang istimewa dari sebuah kedatangan seorang ayah kecuali semua barang jastip yang diminta darinya untuk dijual lagi di sekolah pada teman-teman.

"De, kenapa kamu tidak memeluk ayah kali ini, kamu tidak rindu?" ayah menatapku sinis penuh curiga.

"Ehh, maaf ayah." aku langsung mendekat dan memeluk ayah. Hampa, kali ini itulah yang kurasa, ayah sepertinya sudah berubah, tidak semenyenangkan dulu lagi. Ayah berusaha kembali mengambil hatiku dengan berbagai macam hadiah yang dibeli dari luar negri. Semua pesanan yang kudaftarkan beberapa bulan yang lalu, semua dipenuhi tanpa terkecuali, ada jastip dari teman juga agar bisa dibisniskan.

"De. Ayah ada salah apa sama kamu, kenapa kamu tidak se-exited biasanya, nak."

"Aku sedang tidak enak badan. Tidak ada yang berubah dariku, yah. itu hanya perasaan ayah, tenang ya." ayah melirik pada ibu yang tidak berikut k dan mengeluarkan suara sedikit pun. Aku yakin setelah ini ibu akan menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Lelah proses pendewasaan ini, tidak ada dukungan dari keluarga, yang mereka perintahkan hanya belajar, belajar, dan belajar. Tidak mau mendengar mau dan egoku. Itu sangat menyebalkan.

Jejak pesan ketik dan suara sengaja kuhapus semua dari ponsel, khawatir ibu mengambilnya lagi diam-diam. Ibu juga pasti meminta dukungan ayah untuk melarangku menjalin kasih bersama Trio. Ibu selalu berpikir kurang baik dan menuduh Trio hanya memanfaatkan, padahal apakah Trio sejahat itu? Entahlah, jalan pikiranku kadang goyah, aku bak orang gila yang tidak konsisten dalam berpikir, isi kepala dan hatiku tidak lagi sinkron. Logika berkata aku sudah terjebak dalam permainan Trio, tapi hatiku masih yakin dia orang yang baik dan tidak memiliki niat jahat padaku. Perang batin tidak bisa kupungkiri, aku masih bingung dengan pola tingkah Trio, tidak bisa menerka apakah dia cinta sungguhan. Tapi aku tidak mau kehilangan sosoknya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!