Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami terbaik
"Mas, apa yang sebenarnya kamu inginkan?" tanya Amira.
"Amira, aku mau kamu tidur denganku malam ini Amira," jawab Aditya.
Amira diam. Dia bingung dengan sikap Aditya yang tiba-tiba menjadi agresif.
"Amira kita sekarang suami istri. Tidak bisa kah kita tidur satu kamar."
"Tapi, bagaimana dengan Kayla Mas."
"Kayla udah gede. Dia udah berani tidur sendiri."
"Mas, lepasin aku Mas. Aku nggak bisa bergerak Mas..."
"Biarin. Aku mau kamu temani aku malam ini Amira."
"Mas Adit, aku...aku belum siap Mas. Lepaskan aku..."
Aditya menangkup ke dua pipi Amira.
"Amira, aku tahu kita menikah hanya untuk sementara. Tapi, apakah kita tidak bisa melakukan hubungan selayaknya suami istri sungguhan. Amira, sudah lama aku menantikan malam ini. Patuhlah sekali ini saja Amira," ucap Aditya.
"Ta...tapi...tapi aku belum siap. Tunggulah sampai aku siap," ucap Amira dengan terbata.
Aditya mendorong tubuh Amira ke ranjang. Dia kemudian menindih tubuh kecil itu. Jantung Amira berdetak lebih kencang dari biasanya saat menatap wajah Aditya. Walau ini bukan pertama kalinya untuk Amira, namun Amira masih merasa gugup.
Lelaki yang ada di depannya adalah orang yang berbeda. Dia bukanlah Reifan mantan suaminya. Tapi dia Aditya suami baru Amira. Sudah seharusnya Amira melayani Aditya.
Aditya tersenyum saat melihat wajah Amira memerah. Aditya mengusap bibir Amira dengan ibu jarinya. Walau Aditya menginginkannya, namun Aditya harus sabar menunggu sampai Amira siap.
"Baiklah. Aku akan menunggu sampai kamu siap," ucap Aditya.
Aditya bangkit berdiri. Setelah itu dia mengambil gelas yang ada di atas nakas. Aditya kemudian menghabiskan satu gelas air putih untuk menenangkan dirinya. Sementara Amira beringsut duduk dan merapikan kembali bajunya yang berantakan .
Amira menghela nafas dalam. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya dan menormalkan detakan jantungnya.
Setelah minum, Aditya kemudian duduk di sisi Amira.
"Maaf Mir. Aku nggak bermaksud membuat kamu takut," ucap Aditya.
Amira diam.
"Aku nggak akan memaksa kamu kalau kamu belum siap. Tapi aku akan selalu menunggu sampai kamu siap,"lanjut Aditya.
Aditya meraih tangan Amira dan menggenggamnya erat. Setelah itu dia mencium tangan Amira.
"Mulai hari ini, aku akan memberikan apa yang menjadi hak kamu Mir. Aku akan menunaikan kewajibanku sebagai seorang suami."
Amira menatap Aditya lekat.
"Maafkan aku Mas. Aku belum siap untuk melakukan hal itu. Tapi, mulai malam ini aku akan tidur di sini."
Aditya tersenyum.
"Kamu yakin, mau tidur bareng aku?"
Amira mengangguk.
"Ya udah, ayo kita tidur!" ajak Aditya.
Amira dan Aditya kemudian berbaring di ranjang yang sama. Aditya dan Amira saling menatap.
"Aku nggak akan melakukannya sebelum kamu bilang siap," ucap Aditya.
Sebenarnya Amira kasihan saat melihat Aditya. Sudah dua bulan mereka menikah, namun Amira masih belum siap melayani Aditya. Mungkin Amira masih memikirkan untuk rujuk dengan Reifan.
"Kalau kamu mau peluk aku, peluk saja Mas," ucap Amira.
"Boleh aku peluk kamu?" tanya Aditya.
Amira mengangguk.
Aditya kemudian memeluk Amira dengan erat.
Seperti ini kah rasanya punya istri. Aku bahagia banget bisa menikah dengan Amira. Dia wanita yang baik. Aku janji aku tidak akan pernah menyakiti Amira. Dia sekarang istriku dan aku akan selalu membuatnya bahagia. Aku pasti bisa membuat Amira jatuh cinta padaku dan melupakan Reifan, batin Aditya.
Aditya memejamkan matanya. Setelah itu dia terlelap. Sementara Amira, dia tidak bisa tidur. Entah kenapa, Amira merasa ada yang aneh dalam dirinya. Jantungnya masih berdetak kencang saat dia dekat dengan Aditya. Amira juga merasa nyaman berada di pelukan Aditya.
Amira tidak bisa melepaskan pelukan Aditya. Karena terlalu erat Aditya memeluknya. Namun Amira membiarkan saja Aditya memeluknya sampai dia terlelap.
"Aditya, maafkan aku. Sampai saat ini aku masih menolak kamu. Tapi aku janji, setelah aku siap, aku tidak akan menolak kamu lagi," ucap Amira.
Setelah Aditya terlelap, Amira meraba-raba wajah Aditya. Dia juga mengusap-usap bibir Aditya. Amira tampak mengagumi lelaki tampan yang ada di sampingnya.
"Seperti mimpi saja, aku bisa tidur bareng Aditya. Mungkinkah Aditya adalah jodoh yang Allah berikan untuk aku. Kenapa aku merasa nyaman sekali berada di dekatnya seperti ini," gumam Amira.
Sudah lama, aku tidak melakukan hubungan dengan lelaki. Kenapa aku merasa sedih saat Aditya tidur. Kenapa tadi aku tidak bilang saja kalau aku sudah siap. Kenapa dengan hati ini. Kenapa aku merasa sangat nyaman berada dekat dengan Aditya seperti ini. Apa jangan-jangan aku sudah mulai jatuh cinta pada Aditya. Kenapa aku bisa semudah ini menerima lelaki baru di hati aku," gumam Amira.
Amira mulai memejamkan matanya. Setelah lama dia tidak bisa tidur, akhirnya dia pun terlelap dipelukan Aditya.
***
Pagi ini, Aditya sudah berada di dapur. Dia tampak masih sibuk menyiapkan sarapan untuk istrinya. Sementara Kayla dan Bik Atun sudah pergi ke sekolah sejak tadi.
Aditya melangkah ke kamar Amira dengan membawakan Amira sepiring nasi goreng dan segelas susu. Aditya kemudian meletakan piring dan gelas itu di atas nakas. Setelah itu dia membuka korden jendela kamarnya.
Amira yang merasakan silau, perlahan mengerjapkan matanya. Dia terkejut saat melihat Aditya.
"Mas, kamu sudah siap mau ke kantor. Emang sudah jam berapa ini?" tanya Amira sembari mengucek matanya.
"Kamu lihat aja sendiri."
Amira melihat jam dinding. Waktu saat ini sudah menunjukan jam tujuh pagi.
"Apa! sudah jam tujuh. Jadi aku kesiangan. Bagaimana dengan Kayla. Dia kan harus sekolah."
Aditya tersenyum.
"Kayla sudah berangkat dari tadi sama Bik Atun."
"Oh... Gitu."
Aditya menghempaskan tubuhnya di sisi ranjang. Setelah itu dia menatap Amira lekat.
"Mulai sekarang, kamu nggak usah nganter Kayla lagi ke sekolah. Karena aku udah menugaskan Bik Atun untuk nganter Kayla sekolah setiap hari."
"Nggak bisa gitu dong Mas. Bik Atun kan masih punya banyak kerjaan di rumah. Kalau dia haru ngantar Kayla sekolah juga, gimana dengan pekerjaan rumah Bik Atun."
"Itu mah, bisa diatur Amira. Bila perlu aku akan tambah asisten rumah tangga satu lagi untuk kamu. Dan tugas kamu sekarang, khusus untuk melayani suami kamu."
Amira tersenyum saat dia melihat makanan di atas nakas.
"Itu sarapan buat kamu Amira. Aku khusus buatin nasi goreng spesial untuk kamu."
"Makasih ya Mas. Kamu memang suami yang baik untuk aku. Seharusnya kan aku yang menyiapkan sarapan untuk suami aku. Tapi ini malah kebalikannya. Malah kamu yang menyiapkan sarapan untuk aku."
"Nggak apa-apa Amira. Aku melakukannya juga dengan senang hati. Aku ingin melayani istri aku dengan baik."