Araa frendzone Berlin mau tak mau harus menukar posisi mengantikan kakak tirinya Catlin frendzone Berlin untuk menikah dengan CEO sekaligus mafia berdarah dingin🥶.
Aston zesnard Phoenix lelaki berusia 30 tahun yang kini duduk di bangku kebesarannya menawarkan pernikahan kepada Lelaki tua yang perusahaannya di ambang kebangkrutan.
Bima frendzone Berlin tidak memiliki cara lain menyelamatkan perusahaannya kecuali dengan menerima penawaran lelaki di hadapannya ini.
Haruskah dia menyerahkan satu putrinya??
Lalu siapa putri yang akan menjadi istri aston??
Bagaimana ceritanya? Yuk ikuti novel mom lin sekarang dan nikmati alurnya jangan lupa like komen dan vote💋💋💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
SEMPURNA
Pagi harinya, Araa bangun lebih dulu daripada Aston. Araa menggeliat namun, matanya enggan untuk terbuka. merasa ada yang aneh, kok pinggangnya terasa berat seakan ada benda besar yang menindihnya.
perlahan Araa menyentuhnya, ini bukan bantal gulingnya. Araa membuka matanya hingga bola matanya membulat sempurna.
"Akhhhhhhh!" Araa menjerit pelan, walau dalam posisi seperti ini. dia harus hati-hati agar tidak membangunkan sang empu pemilik lengan besar dan berotot itu.
"Astaga, dia melarangku menyentuhnya. tapi malah dia yang memelukku, mana begini lagi posisinya" oceh Araa melihat lengan kekar milik Aston.
dia memegang lengan Aston perlahan untuk melepaskan lengan itu dari pinggangnya. tetapi, tidak semudah itu. sebab lengan Aston sangatlah berat, bahkan tenaganya saat ini tidak cukup untuk memindahkannya.
"Duhhh, berapa sih berat badan nih orang. cuman lengan doang sudah kayak beras tiga puluh kilo aja" Araa kesulitan memindahkan lengan Aston dari pinggangnya.
Aston mengangkat sebelas Alisnya mendengar ocehan-ocehan Araa, dia sebenarnya sudah bangun saat mendengar pekikan Araa tadi. namun, karena dia ketahuan memeluk Araa. Aston memilih berpura-pura tidur saja dulu.
Aston menekan kuat lengannya saat Araa mencoba memindahkannya dari pinggang wanita itu.
"Heii tangan, awas kamu dari pinggangku. kalau tidak kucopot kamu yah, sudah sembarangan memelukku" Ancam Araa kesal, dia berusaha. tapi seakan lengan itu semakin kuat tenaganya saat dia ingin memindahkannya.
"coba saja kalau kamu berani, atau tanganmu yang kupotong karena menyentuhku dengan bebas dari tadi" Aston bersuara, namun matanya masih tertutup rapat. lucu sekali Araa, pikirnya.
"Astaga, Tuan. saya tidak bermaksud seperti itu" Araa kaget, seketika dia langsung duduk dari tidurnya dan memindahkan lengan Aston dengan sekuat tenaga.
"mau mati kamu Araaa!!!" pekik Aston saat lengannya dipindahkan secara kasar oleh Araa.
"M-ma-af Tuan, Maaf, saya tidak sengaja" Araa gemetar takut saat pemilik lengan itu menatapnya dengan sorot mata tajam.
"lancang sekali kamu, lengannya saya bisa patah tau ngak" Aston melebih-lebihkan, padahal lengannya tidak kenapa-napa.
Araa meraih lengan Aston dengan perasaan khawatir, takutnya. kalau itu sampai cedera, bisa mati dia. karena tadi, Araa menyadari dia memindahkan lengan Aston dengan kasar. pria ini pasti akan buat perhitungan dengannya kalau sampai itu terjadi.
"hubbbbbbb, sudah saya ingatkan. jangan sentuh saya Araa Zesnard Phoenix!!!!!" Aston merasakan gejala yang sama, saat Araa menyentuhnya kemarin.
"Tapi Tuan, Anda sendiri memelukku. dan tidak terjadi sesuatu kan" Araa merasa heran sendiri dengan tingkah laku Aston.
'eitss, namaku. namaku kenapa akhirannya jadi' Araa mendengar panggilan namanya yang diucap Aston barusan.
"Mulai sekarang jangan sentuh saya sembarangan, tangan kamu itu sudah seperti Kabel listrik saja" Tegas Aston merasakan gejolak aneh pada dirinya, sentuhan itu terasa seperti sengatan listrik untuk yang kedua kalinya. bukan hanya itu saja, jantungnya pun seakan mau lepas dari tempatnya.
"Kabel listrik?, maksud Tuan!, saya tidak mengerti" Araa bingung dengan ucapan Aston.
"sudah sana mandi duluan, saya mau lanjut tidur" suruh Aston.
Araa masih diam di tempatnya, belum mendapat jawabannya. Aston malah mengusirnya dari tempat tidur. padahal banyak sekali keanehan dikepalanya ini, dia ingin mendengar sesuatu dari mulut Aston suaminya.
"kenapa bengong, kamu mau mandi bareng saya" ucapan Aston seketika membuat Araa sontak menjauh dari tempat tidur, dan berlari masuk kedalam kamar mandi.
'Dasar Om-om Tampan berotak mesum' Umpat Araa dalam hatinya.
beberapa menit berlalu.....
Araa sudah selesai dengan kegiatan mandinya. dia keluar menggunakan Bathrobe yang terpasang ditubuhnya, dengan handuk membungkus rambutnya yang sedang basah. Araa melepasnya dan mengeringkan rambutnya dengan handuk itu.
"kamu mau menggodaku dengan penampilan begitu" Aston memicingkan matanya kearah Araa, posisinya saat ini masih duduk di tepi tempat tidur.
"siapa yang menggoda Tuan, lagian Bathrobe saya ini cukup tertutup Tuan" Araa membalas tuduhan Aston padanya.
sepertinya Araa memang tak menggoda Aston, bilang saja sendiri terpesona dengan kecantikan istri sendiri.
"Itu, kamu memainkan rambutmu seperti ini didepan saya" Aston menirukan gaya Araa mengeringkan rambutnya.
"Apalagi itu, kalau bukan menggoda" Ucap Aston kemudian.
'Astaga, geer sekali yang mulia ini' Araa menarik napas dalam, panjang nantinya kalau meladeni yang Mulia.
"Yasudah, saya minta maaf" Araa menyerah. sebagai orang waras, dia harus perbanyak sabar menghadapi orang seperti Aston ini.
tak ingin mendapat Amarah, ancaman dan sebagainya. Araa memilih masuk ke walk in closet. untuk memakai baju kuliahnya, dia harus ke kampus karena pagi ini, ada pertemuan di jam delapan nanti. sehingga dia harus kesana lebih awal.
setelahnya dia keluar dari ruangan itu menuju meja rias yang ada dikamar Aston, pria itu memang sudah menyiapkan segala keperluan dan kebutuhannya dengan baik.
Araa menatap pantulan wajahnya dicermin, dia tersenyum singkat mengingat segala sifat random Aston yang kadang dirinya pun tak mengerti.
'Setidaknya disini lebih baik daripada dirumah Ayah, Tuan Aston juga tidak terlalu buruk memperlakukan ku. hanya saja terkadang pria itu selalu aneh kemauannya' gumamnya.
"Kabar Ayah dan Bi Ema gimana yah" ucap Araa didepan cermin.
"Saya peringatkan padamu jangan sesekali menemui keluargamu, atau saya tidak segan melakukan sesuatu pada mereka" Ancam Aston saat keluar dari kamar mandi dan mendengar ucapan Araa.
"Jangan Tuan, saya janji tidak akan menemui mereka" balas Araa memohon pada Aston.
"Bagus" Ucap Aston kemudian menuju walk in closet untuk memakai pakaiannya juga.
Araa merasa lega, Aston sepertinya tidak akan menyakiti keluarganya. walau dia tahu perlakuan mereka seburuk apa padanya, tetap saja. keluarga adalah keluarga, hubungan darah antara dirinya dan sang Ayah tak bisa diputuskan oleh apapun.
Araa selalu berpegang dengan prinsipnya, biarlah Tuhan yang membalas semua perbuatan mereka yang berbuat jahat padanya, kita tidak perlu mengotori tangan sendiri dengan dosa.
tapi dia tidak memungkiri kalau mulutnya adalah senjatanya untuk membela diri dari orang-orang keji seperti Meri dan Catlin.
kembali, Araa memoles dirinya dengan sedikit bedak serta liptint rasa strawberry kesukaannya, agar bibirnya tidak terlihat pucat. terkesan alami dan natural, namun menambah kecantikannya berkali lipat menyesuaikan usianya saat ini.
setelah selesai, Araa meraih tasnya dan duduk disofa menunggu Aston. bagaimanapun, dia harus menaati aturan yang tertera di dalam kontrak pernikahan mereka.
Aston, keluar dari ruang ganti dengan setelan jas berwarna navy yang sudah disiapkan Araa. sambil memperbaiki ikat dasinya, Aston menuju sofa dimana Araa duduk dengan rapi disana. dia lantas duduk disofa depan Araa.
Araa memerhatikan Aston yang terlihat kesulitan mengikat dasinya sendiri. dengan kesadaran penuh ingin membantu pria itu, Araa berpindah duduk di samping Aston.
"Biar saya bantu Tuan" Ucap Araa meraih Dasi dari tangan Aston dan memperbaikinya.
"siapa yang memintamu" Aston bertanya, namun dia sama sekali tidak menolak bantuan Araa.
"inisiatif sendiri Tuan, saya melihat Anda begitu kesulitan" Balas Araa saat membetulkan dasi Aston.
posisi wajah keduanya begitu dekat, Aston bahkan menahan napasnya sendiri. sambil, memerhatikan Araa dari dekat.
wajahnya begitu mulus dan putih, hidung mancung, Alisnya juga terukir rapih, bibirnya tipis berwarna merah muda. karena Araa tersenyum, menambah lesung dikedua sudut bibirnya. tak lupa, kedua gigi gingsulnya yang begitu imut dan menggemaskan.
'sempurna' Batin Aston.
"semua orang juga berkata seperti itu Tuan, kalau saya ini sangat cantik dan menggemaskan" ucap Araa saat sudah selesai membetulkan dasi Aston. dan menyadari kalau pria itu sedang menatap serius wajahnya.
"Saya Tidak termasuk!!" Aston kaget, dengan perkataan Araa. dia salah tingkah dan langsung duduk ke posisinya semula.
'apa dia bisa mendengar kata hatiku' batin Aston.
"Terserah Tuan. lain kali, lihatlah di cermin, biar Tuan tidak kesulitan memakai dasi sendiri" Araa memberi saran.
"Untuk apa?, mulai sekarang kamu yang memakaikan dasi saya" balas Aston.
"Baik" Araa tidak ingin protes lagi, karena hasilnya tetap sama. harus mengikuti semua keinginan pria disampingnya ini.
"sana pindah dudukmu, Jack dan lainnya akan segera masuk. nanti, mereka malah berpikiran macam-macam. kalau kamu nyari kesempatan untuk berdekatan dengan saya" Usir Aston.
'Dih, selangit bener, pedenya ni orang' Batin Araa tak habis pikir. Aston selalu menuduhnya mencuri kesempatan.
Tanpa berdebat, Araa berpindah ke tempat duduknya semula. dan menunggu kedatangan sarapan mereka. jujur saja, dia juga sangat lapar sekarang. dan ingin segera mengisi perutnya.
'jenis sarapan kali ini apa lagi, kumohon, setidaknya nasi goreng' Mohon Araa didalam hatinya.
bersambung.........
tinggalkan like, dan komen yah, jangan lupa vote hihi. 😆