Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Peristiwa Masa Depan dan Strategi 10 Tahun
Bab 9: Strategi 10 Tahun dan Peristiwa Masa Depan
22 Januari 1984
Selama dua hari terakhir, Arya terlihat sibuk mencatat banyak hal di buku catatannya. Wajahnya tampak serius, matanya terfokus pada setiap baris yang ia tuliskan. Dia mengingat berbagai peristiwa penting yang akan terjadi di masa depan, peristiwa yang menurutnya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis keluarga dan memperluas pengaruh mereka di tingkat global.
Di satu sisi, Arya juga sedang mempertimbangkan rencana bisnis pribadinya. Rekening modal yang diberikan oleh Sulastri membuatnya memiliki kebebasan untuk memulai sesuatu. Namun, banyaknya ide yang bermunculan justru membuatnya sulit tidur selama dua malam terakhir.
Sebagai seseorang yang di masa depan bekerja di perusahaan teknologi ternama di Amerika, Arya sangat menguasai bidang pemrograman, elektronik, dan mekanik. Namun, ia menyadari bahwa kondisi teknologi di Indonesia pada tahun 1984 masih sangat primitif. Tidak banyak peluang untuk mengembangkan sektor ini di dalam negeri.
Namun demikian, ada satu industri yang menurut Arya dapat menjadi pintu masuk: video game. Industri ini, meskipun baru saja mengalami kejatuhan besar di Amerika pada tahun 1983, memiliki potensi besar untuk bangkit kembali. Arya tahu bahwa tahun 1984 adalah waktu yang tepat untuk memulai langkah kecil di sektor ini.
Arya menghabiskan pagi itu di ruang belajarnya, menuliskan kerangka awal untuk bisnis video game yang ingin ia rintis. Fokusnya adalah memanfaatkan insinyur dan teknisi yang kehilangan pekerjaan akibat crash industri video game tahun lalu.
***
Setelah makan siang, Arya menemui Sulastri di ruang kerja rumah mereka. Meja kerja Sulastri sudah dipenuhi dokumen-dokumen perusahaan, tetapi ia dengan sigap menyingkirkannya untuk memberikan perhatian penuh pada Arya.
"Ibu," Arya memulai, meletakkan sebuah dokumen di meja. "Ada beberapa peristiwa internasional yang menurut saya bisa dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis keluarga. Saya telah membuat daftar lengkapnya."
Sulastri menatap dokumen itu dengan rasa ingin tahu. "Apa saja yang kamu temukan, Arya?"
Arya menyerahkan dokumen tersebut sambil berkata, "Saya sudah membaginya menjadi beberapa kategori besar: ekonomi dan keuangan, teknologi, hiburan, perkebunan dan agribisnis, serta krisis global. Saya pikir semua ini memiliki dampak besar pada ekonomi dunia dan kita bisa mengambil banyak peluang darinya."
Sulastri membuka halaman pertama dokumen tersebut. Ia membaca dengan seksama, memperhatikan setiap rincian yang telah disusun oleh Arya.
Kategori 1: Ekonomi dan Keuangan
1985 - Plaza Accord: Perjanjian yang mendorong penguatan yen Jepang terhadap dolar AS, membuka peluang untuk investasi properti dan saham di Jepang.
1987 - Black Monday: Kejatuhan pasar saham dunia, peluang untuk membeli saham undervalued.
1989 - Gelembung Ekonomi Jepang: Kesempatan menjual aset di Jepang sebelum gelembung meledak dan melakukan short-selling yen.
1991 - Keruntuhan Uni Soviet: Peluang untuk membeli teknologi dan aset strategis dari negara-negara pecahan Uni Soviet.
1992 - Runtuhnya Pound Sterling: Kesempatan membeli properti di Inggris dengan harga murah serta short-selling pound.
1994 - Krisis Tequila di Meksiko: Peluang untuk membeli aset di negara-negara berkembang yang terdampak.
Kategori 2: Teknologi
1984 - Peluncuran Apple Macintosh: Potensi investasi di teknologi komputer dan perangkat lunak.
1989 - Awal Komersialisasi Internet: Peluang untuk masuk ke bisnis internet, seperti hosting atau layanan e-commerce.
1987 - Sanksi AS terhadap Semikonduktor Jepang: Kesempatan membeli teknologi semikonduktor dengan harga murah dan mendirikan pabrik di Singapura.
Kategori 3: Hiburan
1984-1990 - Kebangkitan Hollywood: Kesempatan untuk masuk ke bisnis distribusi film internasional dan investasi bioskop lokal.
1986 - Peluncuran Nintendo Entertainment System: Peluang mendistribusikan konsol atau membuat game lokal.
Kategori 4: Perkebunan dan Agribisnis
1985 - Permintaan Minyak Sawit Meningkat: Potensi ekspansi sawit dan pabrik turunan seperti biodiesel dan sabun.
1990 - Pertumbuhan Industri Karet: Peluang untuk memenuhi permintaan ban dan sarung tangan medis.
Kategori 5: Krisis Global
1986 - Krisis Minyak Dunia: Kesempatan membeli sumur minyak tua yang ditinggalkan perusahaan besar.
1991 - Perang Teluk: Potensi menjual alat berat dan meningkatkan produksi minyak.
Setelah membaca hingga setengah dokumen, Sulastri meletakkan dokumen itu sejenak. Ia menatap Arya dengan mata berbinar. "Semua ini sangat menarik, Arya. Tapi ibu perlu waktu untuk menyelesaikan membaca ini sampai habis."
"Iya, Bu. Ambil waktu Anda. Saya juga sudah menyusun beberapa ide strategi untuk kita diskusikan setelah ibu selesai membaca," ujar Arya sambil tersenyum.
Sulastri melanjutkan membaca dokumen itu, penuh rasa kagum akan luasnya wawasan anaknya.
***
Sulastri selesai membaca dokumen yang disusun Arya dengan cermat. Ia menarik napas panjang, mengagumi betapa rinci dan strategis analisis yang diberikan oleh anaknya.
"Ibu tidak menyangka kamu bisa mengingat semua ini dengan sangat detail, Arya. Kalau benar kita bisa memanfaatkan setiap peristiwa ini, perusahaan kita tidak hanya menjadi pemain utama di dalam negeri, tetapi juga bisa menjadi raksasa internasional," ujar Sulastri sambil meletakkan dokumen di atas meja.
Arya tersenyum kecil, tetapi tetap terlihat serius. "Itulah tujuan saya, Bu. Saya pikir kita harus segera menyusun langkah konkret untuk mengintegrasikan rencana ini ke dalam strategi jangka pendek dan jangka panjang Perkasa Grup. Tapi menurut saya, untuk rencana internasional, lebih baik kita gunakan holding di luar negeri agar lebih fleksibel dan aman."
Sulastri mengangguk. "Benar sekali. Kita harus membedakan rencana domestik dan internasional agar tidak menarik terlalu banyak perhatian. Sekarang mari kita mulai dengan rencana domestik dulu. Menurutmu, dari mana kita harus memulai?"
***
Arya mengatur dokumen di depannya. "Menurut saya, kita harus fokus memperkuat sektor agribisnis sebagai fondasi. Ibu sudah membangun sistem inti-plasma yang bagus. Kita bisa memperluas lahan perkebunan sawit dan karet. Tetapi, saya pikir kita juga perlu menambahkan diversifikasi produk turunan seperti biodiesel dan sabun."
Sulastri menimpali, "Untuk memperluas lahan, kita bisa memanfaatkan HGU tambahan di Sumatra dan Kalimantan. Tetapi bagaimana dengan peternakan? Selama ini kita hanya fokus pada perkebunan."
"Saya pikir peternakan bisa menjadi komplementer yang kuat," Arya menjelaskan. "Kita bisa memanfaatkan limbah perkebunan sawit sebagai pakan ternak. Jika kita integrasikan dengan peternakan sapi, kambing, dan ayam, itu tidak hanya memberikan pendapatan tambahan tetapi juga mendukung program pemerintah untuk ketahanan pangan."
"Menarik," Sulastri mengangguk. "Lalu bagaimana dengan sektor lain?"
"Industri makanan dan minuman, Bu," jawab Arya tanpa ragu. "Pasar mie instan dan minuman ringan akan tumbuh pesat dalam beberapa tahun ke depan. Saya sarankan mendirikan pabrik mie instan dan air mineral. Kita fokus dulu di Sumatra dan Jawa sebelum ekspansi nasional."
Sulastri mencatat. "Itu ide bagus. Kita juga bisa memanfaatkan jaringan distribusi yang sudah ada. Apa langkah berikutnya?"
"Media, Bu," Arya menambahkan. "Koran lokal bisa menjadi langkah awal untuk membangun pengaruh dan memperkuat branding perusahaan kita. Dari sana, kita bisa berkembang ke radio dan televisi di masa depan."
***
Setelah membahas rencana domestik, diskusi berlanjut ke rencana internasional.
"Ibu, untuk rencana internasional, saya pikir kita harus memanfaatkan peluang besar dari Plaza Accord tahun depan. Dengan yen yang menguat, kita bisa masuk ke pasar properti Jepang. Tetapi sebelum itu, kita perlu mendirikan holding internasional," Arya mengusulkan.
Sulastri menyela, "Saya setuju. Kita sudah merencanakan mendirikan Umbrella Corporation di Singapura. Holding ini bisa menjadi pusat kendali semua aset internasional kita. Bagaimana langkah berikutnya?"
Arya melanjutkan, "Dari properti Jepang, kita bisa menjual semuanya saat harga mencapai puncaknya sebelum gelembung meledak pada tahun 1989. Hasilnya bisa kita alihkan ke pasar lain seperti properti di negara-negara ASEAN atau Uni Soviet yang mulai terbuka pasca-keruntuhan."
"Apakah hanya properti saja?" tanya Sulastri.
"Tentu tidak, Bu," Arya menjawab. "Kita juga bisa masuk ke industri strategis. Setelah gelembung ekonomi Jepang meledak, perusahaan semikonduktor Jepang akan melemah. Ini saatnya kita membeli teknologi mereka dengan harga murah dan membuka pabrik semikonduktor di Singapura."
Sulastri menatap Arya dengan mata berbinar. "Jadi kita juga masuk ke sektor teknologi?"
"Betul, Bu," Arya menegaskan. "Dengan sanksi AS terhadap industri semikonduktor Jepang, ada banyak peluang bagi kita untuk masuk dan mengembangkan bisnis ini. Selain itu, dengan perkembangan internet di akhir 1980-an, kita juga bisa bersiap masuk ke bisnis teknologi informasi seperti hosting dan e-commerce."
***
Sulastri melipat tangan di atas meja. "Arya, rencana ini sangat ambisius. Tetapi ibu perlu tahu, bagaimana cara kita membagi sumber daya agar semua ini berjalan lancar?"
Arya tersenyum tipis. "Itu sebabnya saya membagi rencana ini menjadi dua bagian besar: domestik dan internasional. Fokus domestik adalah memperkuat fondasi agribisnis, makanan dan minuman, serta media. Sementara itu, fokus internasional diarahkan ke properti, teknologi, dan perdagangan global. Kita bisa menggunakan keuntungan domestik untuk mendanai ekspansi internasional."
Sulastri mengangguk puas. "Baik, Arya. Ibu akan memulai dengan rencana jangka pendek terlebih dahulu. Kita perkuat sektor domestik sambil perlahan membangun pijakan internasional. Dan mengenai dokumen ini, ibu akan memastikan ini hanya diketahui oleh kita saja."
Arya mengangguk. "Benar, Bu. Rencana ini harus dirahasiakan. Kalau bocor, bisa berbahaya untuk kita."
Diskusi itu berlanjut hingga sore, dengan Sulastri dan Arya menyusun kerangka kerja rinci untuk setiap tahap rencana mereka. Kombinasi visi masa depan Arya dan kemampuan manajerial Sulastri membentuk pondasi yang kokoh untuk langkah besar mereka ke depan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
......Top Secret......
...Strategi 10 Tahun Keluarga Perkasa...
Rencana 10 Tahun (1984-1994): Perkembangan Domestik dan Internasional
Perkembangan Domestik
Fokus pada memperkuat sektor domestik sebagai basis operasional utama yang menopang perkembangan internInternasional
1984-1985: Fondasi Bisnis
Perkebunan dan Peternakan:
Ekspansi lahan HGU untuk sawit (+10.000 hektar) dan karet (+5.000 hektar).
Mulai integrasi peternakan sapi, kambing, dan ayam di sekitar perkebunan sawit dan karet.
Investasi Rp 200 miliar untuk meningkatkan produktivitas HGU dan plasma.
Industri Makanan dan Minuman:
Mendirikan 2 pabrik makanan (mie instan dan camilan) dan 1 pabrik minuman (air mineral dan jus buah).
Mengembangkan merek lokal untuk makanan dan minuman.
Investasi Rp 150 miliar.
Media:
Membuka 1 koran lokal dengan berita harian dan hiburan.
Investasi Rp 30 miliar.
Retail dan Logistik:
Membuka 50 toko retail di kota besar untuk distribusi produk makanan, minuman, dan kebutuhan sehari-hari.
Investasi Rp 100 miliar untuk toko dan gudang logistik.
1986-1988: Ekspansi Operasional
Perkebunan dan Peternakan:
Tambah 10.000 hektar lahan sawit dan karet di Sumatra dan Kalimantan.
Membangun 2 pabrik CPO dan 1 pabrik lateks baru.
Investasi Rp 300 miliar.
Industri Makanan dan Minuman:
Meluncurkan merek makanan dan minuman di seluruh Indonesia.
Meningkatkan kapasitas produksi pabrik untuk mendukung ekspor.
Investasi Rp 200 miliar.
Media:
Ekspansi koran menjadi jaringan nasional.
Membuka 2 stasiun radio lokal.
Investasi Rp 50 miliar.
Transportasi dan Logistik:
Membeli 50 truk baru dan membuka gudang di Surabaya dan Medan.
Investasi Rp 50 miliar.
1989-1991: Konsolidasi dan Diversifikasi
Properti dan Infrastruktur:
Membangun kawasan perumahan menengah di kota besar (Jabodetabek dan Surabaya).
Investasi Rp 200 miliar.
Media:
Membuka 1 studio televisi kecil dengan program berita dan hiburan.
Menambah 3 stasiun radio lokal.
Investasi Rp 100 miliar.
Logistik dan Transportasi:
Membeli 10 kapal kecil untuk logistik sungai dan laut.
Investasi Rp 100 miliar.
Keuangan:
Membuka perusahaan pembiayaan mikro untuk mendukung UMKM dan petani plasma.
Investasi Rp 50 miliar.
1992-1994: Dominasi Pasar Domestik
Perkebunan dan Peternakan:
Total lahan sawit dan karet mencapai 150.000 hektar.
Mengembangkan biodiesel berbasis sawit.
Investasi Rp 400 miliar.
Media:
Memperluas jaringan televisi nasional.
Membeli saham perusahaan media regional.
Investasi Rp 150 miliar.
Manufaktur Elektronik:
Memulai produksi barang elektronik rumah tangga (TV, radio, kulkas).
Investasi Rp 200 miliar.
Perkembangan Internasional
Menggunakan perusahaan cangkang, holding internasional, dan perusahaan perdagangan untuk masuk ke pasar global dan industri strategis.
1984-1985: Fondasi Internasional
Mendirikan Holding Internasional:
Lokasi: Singapura (untuk kerahasiaan dan akses pasar global).
Investasi awal: Rp 50 miliar.
Perusahaan Cangkang:
Mendirikan perusahaan cangkang di Kepulauan Cayman untuk menyembunyikan aset dan investasi.
Investasi awal: Rp 20 miliar.
Perusahaan Perdagangan Internasional:
Tujuan: Membeli produk Perkasa Grup domestik dengan harga lebih rendah dan menjualnya dengan harga lebih tinggi di luar negeri.
Lokasi: Singapura.
Investasi awal: Rp 30 miliar.
Investasi Properti Jepang:
Membeli properti di Jepang sebelum harga melonjak pasca-Plaza Accord.
Investasi awal: Rp 300 miliar.
1986-1988: Ekspansi ke Pasar Global
Properti dan Logistik:
Menjual properti Jepang saat harga mencapai puncaknya.
Membeli properti strategis di negara ASEAN.
Mendirikan perusahaan perdagangan di Uni Soviet dan persiapan mendirikan bank disana.
Investasi Rp 400 miliar.
Perdagangan Komoditas:
Ekspor besar-besaran CPO, lateks, dan produk makanan/minuman ke negara Asia Timur dan Eropa.
Investasi Rp 50 miliar.
1989-1991: Masuk ke Industri Strategis
Semikonduktor:
Membeli teknologi semikonduktor Jepang yang dijual murah pasca-1987.
Membangun pabrik semikonduktor di Singapura untuk ekspor global.
Investasi Rp 500 miliar.
Telekomunikasi:
Masuk ke bisnis infrastruktur telekomunikasi, termasuk pembangunan jaringan kabel bawah laut.
Investasi Rp 200 miliar.
1992-1994: Konsolidasi dan Dominasi
Ekspansi Properti Internasional:
Membeli properti komersial di Eropa Timur dan Asia Tenggara.
Investasi Rp 400 miliar.
Manufaktur dan Teknologi:
Meningkatkan kapasitas produksi semikonduktor dan menjalin kerja sama dengan perusahaan elektronik global seperti motorola dan nokia.
Investasi Rp 300 miliar.
Kesimpulan:
Fokus Domestik:
Total investasi: Rp 2,5 triliun (1984-1994).
Memperkuat sektor perkebunan, makanan/minuman, media, dan logistik.
Fokus Internasional:
Total investasi: Rp 2 triliun (1984-1994).
Masuk ke pasar global melalui properti, semikonduktor, dan telekomunikasi.
Hasilnya, Perkasa Grup akan menjadi pemain besar domestik dan internasional dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi dan dominasi di sektor strategis.
PERINGATAN: Tolong jangan sebarluaskan dokumen ini ke keluarga konglomerat Indonesia pada tahun 1980-1990-an. Mereka akan menjadi rival Keluarga Perkasa yang sangat kuat jika mereka mengetahui isi Dokumen ini.
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa