NovelToon NovelToon
PERJALANAN CINTA KINANTI DAN CERMIN AJAIB

PERJALANAN CINTA KINANTI DAN CERMIN AJAIB

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Pusaka Ajaib
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Amelia's Story

Kinanti, seorang gadis sederhana dari desa kecil, hidup dalam kesederhanaan bersama keluarganya. Dia bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup.

Kehidupannya yang biasa mulai berubah ketika rencana pernikahannya dengan Fabio, seorang pria kota, hancur berantakan.

Fabio, yang sebelumnya mencintai Kinanti, tergoda oleh mantan kekasihnya dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Pengkhianatan itu membuat Kinanti terluka dan merasa dirinya tidak berharga.

Suatu hari, ayah Kinanti menemukan sebuah cermin tua di bawah pohon besar saat sedang bekerja di ladang. Cermin itu dibawa pulang dan diletakkan di rumah mereka. Awalnya, keluarga Kinanti menganggapnya hanya sebagai benda tua biasa.Namun cermin itu ternyata bisa membuat Kinanti terlihat cantik dan menarik .

Kinanti akhirnya bertemu laki-laki yang ternyata merupakan pengusaha kaya yaitu pemilik pabrik tempat dia bekerja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Draft Bab 8 Hinaan Mantan

Zayn Wiratama adalah satu-satunya pewaris keluarga Wiratama, sebuah keluarga terpandang yang menguasai berbagai bisnis di berbagai bidang, mulai dari properti hingga teknologi.

Kehidupannya yang sempurna dari luar tak lepas dari kekosongan dalam hatinya. Hingga kini, Zayn belum bisa melupakan mantan kekasihnya, seorang calon dokter yang tengah menempuh pendidikan di luar negeri. Perasaan itu membuatnya enggan membuka hati untuk wanita lain.

Suatu pagi, di kantornya yang megah, Zayn melirik kartu nama yang diberikan oleh seorang karyawan pabrik tempat ia melakukan inspeksi beberapa waktu lalu. Nomor tersebut milik seorang wanita bernama Kinanti. Ada sesuatu yang menarik tentangnya, meskipun ia belum memahami sepenuhnya apa itu.

Zayn, dengan sikap dingin yang menjadi ciri khasnya, memutuskan untuk menelepon nomor tersebut. Di pabrik tempat Kinanti bekerja, suasana sibuk seperti biasa. Kinanti sedang memeriksa produk di area pengecekan ketika teleponnya berdering. Melihat nama tak dikenal, ia ragu-ragu namun akhirnya mengangkat panggilan itu.

“Halo?” suara lembut Kinanti terdengar meski bercampur dengan bisingnya suara mesin di sekitarnya.

“Ini Zayn Wiratama,” jawab Zayn dengan nada tegas namun dingin.

Kinanti terkejut mendengar nama itu. Ia tak menyangka bos besar dari kantor pusat akan meneleponnya langsung. Sebelum ia sempat merespons, suara keras supervisor-nya, Pak Reno, terdengar dari belakang.

“Kinanti! Kau sedang bekerja, bukan waktu untuk mengobrol di telepon! Siapa yang menelepon?” bentak Pak Reno dengan nada kasar.

Kinanti buru-buru menjauhkan telepon dari telinganya, berusaha menjelaskan. “Pak, saya sedang—”

Namun, ketika Pak Reno melihat nama di layar ponsel Kinanti, wajahnya langsung berubah pucat. Matanya melebar, dan tangannya sedikit gemetar. Dia mengenali nama itu dengan baik.

“Za-Zayn Wiratama?” Pak Reno bergumam, suaranya bergetar.

Kinanti bingung melihat reaksi supervisornya. Ia belum sepenuhnya menyadari pengaruh besar pria yang sedang berbicara dengannya di telepon. Namun, satu hal yang pasti: panggilan itu akan membawa perubahan besar dalam hidupnya.

"Baik pak, kalau. begitu saya tutup ya teleponnya. "Kinan hendak menutup telponnya namun di cegah oleh Pak Reno.

"Hei... jjjangan ... silakan lanjutkan saja ya telponannya."Pak Reno berlalu dari meja tempat kerja Kinanti.

"Maaf tuan, tadi ada supervisor saya,"cicit Kinanti

"Heuhhh, baiklah, jadi ... siapa namamu?"suara dari seberang sana yang khas.

Zayn mengernyitkan dahi setelah menutup telepon dengan Kinanti. Biasanya, wanita yang dihubunginya akan langsung terdengar antusias, merasa terhormat, atau setidaknya berbicara dengan nada ramah. Namun, Kinanti berbeda. Suaranya terdengar sopan tapi dingin, nyaris tak menunjukkan emosi. Ia bahkan tak berusaha melanjutkan percakapan atau mencari tahu mengapa Zayn menelepon.

Ketika Zayn mencoba memproses situasi itu, rasa penasaran mulai tumbuh di dalam dirinya. "Apakah dia tidak tahu siapa aku? Atau... dia memang tidak peduli?" pikir Zayn.

Kinanti, di sisi lain, melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Bagi dia, panggilan dari Zayn hanyalah salah satu hal kecil di antara banyak hal yang harus dihadapi dalam hidupnya. Ia sudah cukup terbiasa dengan orang-orang yang memandang rendah atau memperlakukannya dengan sikap superior, sehingga ia tidak merasa harus terkesan atau berusaha menyenangkan siapa pun, termasuk seorang Zayn Wiratama.

Hari itu, Zayn tak bisa menghilangkan pikiran tentang sikap acuh Kinanti. Di ruang kerjanya yang besar, ia duduk sambil melamun. "Aneh banget cewek itu, siapa dia? Kok bisa dia acuh banget sama gua?"

Biasanya, wanita berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya, bahkan sekadar menerima telepon darinya sering dianggap sebagai sebuah kehormatan. Namun Kinanti… justru sebaliknya."Dia enggak tahu siapa gua ya?"Zayn meremas tangannya."Kayaknya seru banget kalau gua kasih pelajaran sama dia."Zayn bermonolog.

Saat malam tiba, Zayn membolak-balik laporan dari kunjungannya ke pabrik tempat Kinanti bekerja. Nama Kinanti muncul dalam daftar karyawan, dan ia tak bisa menahan diri untuk memikirkan wajah polos wanita itu saat mereka bertemu di parkiran.

“Aneh,” gumam Zayn sambil menyandarkan punggungnya di kursi. “Kenapa aku justru memikirkan seseorang yang bahkan tidak peduli padaku?”

Rasa penasaran Zayn berubah menjadi tantangan yang membakar. Ia memutuskan bahwa ia harus memahami siapa Kinanti sebenarnya dan mengapa wanita itu berbeda dari kebanyakan orang yang pernah ia temui.

Kinanti menghentikan motornya sejenak di pinggir jalan ketika mobil mewah Fabio melintas. Ia hampir tidak peduli, tetapi suara Citra yang membuka kaca jendela membuatnya terpaksa menoleh.

"Cie, Kinan. Pulang kerja, ya?" sapa Citra dengan senyum penuh kemenangan. "Capek, kan? Tapi pasti menyenangkan bisa kerja keras demi keluarga." Suaranya terdengar lembut di permukaan, tapi penuh sindiran tajam.

Fabio hanya duduk diam di kursi pengemudi, sesekali melirik Kinan melalui kaca spion. Raut wajahnya tampak tidak nyaman, tetapi ia tidak berkata apa-apa, membiarkan Citra terus berbicara.

"Kamu tahu, Fabio selalu bilang betapa bersyukurnya dia memilih aku," lanjut Citra, pura-pura tersenyum manis pada Fabio. "Kita cocok di semua hal, dari keluarga, pendidikan, sampai gaya hidup. Ya, kamu tahu sendiri, kan, tidak semua orang bisa seperti itu."

Kinanti menggenggam erat stang motornya, menahan gejolak emosi yang mulai membakar dadanya. Tapi alih-alih menunjukkan kemarahannya, ia menarik napas panjang dan tersenyum tipis.

“Syukurlah kalau kalian bahagia. Semoga kalian terus seperti itu selamanya,” balas Kinanti dengan nada datar, namun matanya menatap lurus ke arah Citra, membuat senyum Citra sedikit memudar.

"Dia... semakin cantik saja!"

Citra menggigit bibirnya, merasa bahwa komentar Kinanti tidak memberikan efek yang diharapkannya. Fabio, di sisi lain, akhirnya berbicara. “Sudahlah, Citra, kita harus pergi. Macet,” katanya singkat sambil menekan tombol untuk menutup kaca jendela.

Mobil Fabio melaju pergi, meninggalkan Kinanti di pinggir jalan. Namun kali ini, Kinanti tidak merasa hancur seperti sebelumnya. Ada api dalam dirinya yang perlahan menyala, membakar rasa sakit dan menggantinya dengan tekad.

“Kalau mereka ingin menghina aku dan keluargaku, baik. Tapi aku akan tunjukkan bahwa hidupku tidak akan selamanya seperti ini,” gumam Kinanti pelan. Di dalam hatinya, ia mulai berjanji untuk membuktikan bahwa ia bisa bangkit dan tidak lagi menjadi bahan cemoohan.

Dengan semangat yang baru, Kinanti melanjutkan perjalanannya pulang. Dalam pikirannya, ia sudah mulai merencanakan langkah apa yang harus ia ambil untuk mengubah hidupnya, bukan hanya demi dirinya sendiri, tapi juga demi keluarganya.

Saat Kinanti tiba di rumah, ia memarkir motornya dengan perlahan, tidak seperti biasanya. Wajahnya terlihat kusut, dan senyum yang biasanya ia bawa pulang untuk keluarganya kini hilang. Langkahnya berat saat memasuki rumah.

Bu Wati, ibunya, yang sedang memotong sayur di dapur, langsung menyadari perubahan itu. "Kinan? Kenapa, Nak? Kamu kelihatan murung," tanyanya dengan nada cemas.

Pak Karyo, ayahnya, yang sedang memperbaiki kursi kayu di sudut ruang tamu, menghentikan pekerjaannya. "Ada apa, Le? Kerjaanmu ada masalah?" tanyanya dengan nada pelan.

Kinanti menatap kedua orang tuanya, lalu berusaha tersenyum meski jelas terlihat dipaksakan. "Nggak apa-apa, Bu, Pak. Kinan cuma capek, tadi macet di jalan," jawabnya singkat, berusaha mengalihkan perhatian mereka.

Namun, Bu Wati mengenal anaknya terlalu baik. Ia mendekati Kinanti, menggenggam tangannya, dan berkata lembut, "Nak, kalau ada yang mengganggu pikiranmu, cerita saja sama Ibu dan Bapak. Jangan dipendam sendiri. Kami mungkin nggak bisa bantu banyak, tapi setidaknya kamu nggak sendirian."

Kinanti merasa matanya mulai panas, tapi ia menahannya. "Kinan nggak apa-apa, Bu. Kinan cuma butuh istirahat sebentar." Tanpa menunggu tanggapan, ia masuk ke kamarnya, meninggalkan Bu Wati dan Pak Karyo yang saling berpandangan dengan raut bingung.

Di dalam kamar, Kinanti duduk di tepi ranjang. Pikirannya kembali pada kejadian di jalan tadi, saat Citra dan Fabio dengan sengaja memamerkan kebahagiaan mereka. Ia merasa dihina, dihakimi, bahkan oleh orang yang seharusnya menjadi keluarganya sendiri.

Matanya beralih ke cermin tua yang berdiri di sudut kamar. Cermin itu seolah memancarkan aura misterius, seolah memanggilnya. Dengan langkah perlahan, Kinanti mendekatinya.

"Kenapa aku harus seperti ini? Kenapa mereka selalu memandang rendah aku?" bisiknya pada dirinya sendiri, namun matanya terpaku pada bayangannya di cermin.

Tiba-tiba, getaran halus terasa dari cermin, dan suara lembut yang familiar kembali terdengar. "Kamu lebih kuat dari yang mereka kira, Kinanti. Tunjukkan pada mereka siapa dirimu sebenarnya."

Kinanti menatap pantulan dirinya yang perlahan berubah di cermin. Wajahnya tampak lebih bersinar, penuh percaya diri, seolah menggambarkan dirinya yang berbeda. Ia mengepalkan tangan, mengingat tekad yang ia buat di jalan tadi.

"Iya," gumamnya. "Aku akan membuktikan pada mereka. Aku tidak akan terus dihina seperti ini."

Dengan semangat yang perlahan bangkit kembali, Kinanti keluar dari kamarnya. Ia mendekati orang tuanya yang masih menunggu di ruang tengah.

"Bu, yah, maaf tadi Kinan bikin kalian khawatir," katanya sambil tersenyum lebih tulus. "Kinan nggak apa-apa kok. Kinan cuma capek kerja, itu saja."

Pak Karyo menepuk pundaknya dengan lembut. "Kalau ada apa-apa, jangan sungkan, ya, Nak. Kamu tulang punggung keluarga ini, tapi kami nggak mau lihat kamu terlalu terbebani."

Kinanti mengangguk, hatinya hangat oleh perhatian mereka. Dalam hatinya, ia bertekad bahwa perjuangannya untuk bangkit bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kebahagiaan keluarganya.

1
mB€|6€D€§
alurnya diperbaiki thorrrr... jgn muter2, bolak balik, mbulllettt...
mB€|6€D€§
ini mulai kacao ceritanya...
di awal minggu depan mulai pindah ke kantor pusat... ternyata mbulettt
di awal nenek lastri.. sekarang nenek parwati.. 😇😇😇
mB€|6€D€§
"Le" itu panggilan utk anak laki2 thor.. kalo anak gadis manggilnya "nduk".. 😇
mB€|6€D€§
ibunya citra yg bener sapa thor? irma atw ratih? 🤭
nyong mandan bingung kiye...
mB€|6€D€§
jajali nyong mampir dilut.. apik mbok..😊
Reni Fitria Mai
Dak seruu baca novel toon selalu di gantung cerita nya😡
Amelia story: Stay reading ya, ka karena author up setiap hari, terimakasih sudah mampir membaca /Drool/
total 1 replies
yanah~
mampir kak 🤗
Amelia story: Terimakasih kak
total 1 replies
Rian Gahar
ceritanya memiliki alur yang bagus dan plot twist yang gak terduga, tapi usahain jangn buat bahasa cerita yang terlalu baku, sehingga tingkat penasaran akan plot cerita nya lebih menegangkan
Amelia story: iya kaka, terimakasih masukannya
total 1 replies
Otra Mas Aqui
Keren banget sih, Plot twist-nya bikin baper!
Amelia story: Terimakasih ya ka sudah mampir di buku ini, semoga berkenan
total 1 replies
Guchuko
Sudah berapa lama nih thor? Aku rindu sama ceritanya
Amelia story: terimakasih sudah mampir ,ditunggu ya ... on proses
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!