kehadirannya tak pernah di harapkan. kelahirannya di anggap kesalahan besar dan bencana.
ia lahir karena sebuah kesalahan.
Dia...
seorang anak haram dari seorang pengusaha terkenal.
Ryicki Mahendra Setiawan Ananta.
dia lahir dari rahim seorang wanita malam yang sengaja di jadikan jebakan untuk menghancurkan nama baik sang pengusaha.
mampukah ia menjalani kehidupannya dengan baik,
setelah hal buruk juga perlakuan buruk tanpa keadilan kerap kali ia terima dalam setiap jengkal langkahnya.
dalam setiap hembusan nafasnya,
hanya hinaan yang ia terima.
dialah gadis cantik berwajah dingin...
Maurelia Agastya prameswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13 masalah selalu ada
Maura menatap layar proyektor di depannya sana dengan penuh konsentrasi.
Tekadnya sudah bulat. Dalam satu tahun dia harus menjadi seorang sarjana.
Ia benar benar ingin segera keluar dari lingkungan toxic ini.
Karena sekarang,
Bukan hanya di rumah dia sering mendapatkan kesulitan dan di remehkan,
tapi di kampuspun kini ia bahkan sering mendapatkan masalah.
Ia tahu...
Clara yang berada di balik semua masalah yang menderanya kini di kampus.
Tapi ia tak bisa berkutik.
Mulai dari dirinya yang di tuduh sebagai pelakor hingga ia mendapat umpatan dan sindiran juga perlakuan sinis dari mahasiswa mahasiswa lain.
Belum ia yang masih harus kembali mengulang beberapa tugas makalah karena suatu hal yang sulit ia mengerti alasannya kenapa.
Padahal sebelumnya makalahnya di nyatakan lolos, namun tiba tiba ia harus mengulang lagi tanpa alasan yang jelas.
Maurapun harus mati matian menahan diri demi tak terlibat masalah.
Karena nama baiknya adalah taruhannya.
Di depan sana,
Sang dosen yang terlihat masih berusia muda nampak menjelaskan materi kali ini dengan sangat serius.
Tak ada suara sedikitpun dari para mahasiswa di ruangan itu,
Semua larut dalam materi yang di terangkan oleh dosen muda itu.
Entah mereka diam karena memang mencoba untuk memahami materi yang di terangkan,
Atau mungkin mereka sedang terpesona dengan dosen muda yang memang lumayan tampan itu.
" selesai......jika ada pertanyaan silahkan sampaikan, atau....aku tunggu di ruanganku " kata dosen itu sesaat sebelum ia keluar dari ruangan itu.
Tentu saja setelah sebelumnya ia berdiam diri sejenak di tempatnya berdiri sambil menatap satu persatu mahasiswanya.
Menunggu jika mungkin ada yang akan menyampaikan pertanyaan.
Beberapa detik,
Mata dosen itu berhenti ke pada Maura. Maura sempat melihat kekanan dan kekiri saat dosen itu melihat kepadanya.
Rasanya ia bingung....
Kenapa dosen itu melihat kepadanya, sementara ia tak sedang ingin mengajukan pertanyaan.
Namun sejurus kemudian, dosen itu beralih darinya.
Maura menghela nafas,
Gadis itu sedikit meregangkan tubuhnya. Cukup tegang memang materi hari ini.
Apalagi saat dirinya sempat menjadi sumber perhatian dosen itu.
" hei....kau mahasiswa baru ?! " tanya seseorang yang tiba tiba telah ada di sebelah Maura.
Maura menoleh.
Seraut wajah tampan dan manis tersaji di sana. wajah itu tidak putih...juga tidak kuning.
Namun wajah itu terkesan bersih dan segar.
Seolah menggambarkan jika pemilik wajah itu adalah anak gendongan.
Maura sedikit menelisik wajah itu.
Keningnya sedikit berkerut dan matanya menyipit.
Wajah itu kenapa terasa tidak asing bagi Maura,
Tapi...
Ia lupa di mana pernah melihatnya.
" kenalkan....aku Lana, Maulana " pemuda itu mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya kepada Maura.
Maura menatap sejenak tangan yang terulur itu sebelum akhirnya ia menerima uluran tangan pemuda itu.
" Maura... " kata Maura menyebut namanya.
" nama yang bagus sekali, tapi terkesan kesepian " bisik pemuda itu sambil meringis.
" cihh....sok tahu " jawab Maura sinis sembari menarik tangannya dan menjauhkan tubuhnya dari pemuda itu kemudian melempar pandangannya ke tempat lain.
Bukannya marah,
pemuda yang bernama Maulana itu malah terkikik mendengar Maura mencela pendapatnya.
" mau kemana ?! " tanya Maulana ketika ia melihat Maura bangkit dari duduknya dengan wajah kesal setelah memasukkan buku bukunya ke dalam tas dan membawanya.
Maura menoleh menatap Luna dengan kening berkerut.
Ia merasa sedikit aneh dengan pemuda itu,
mereka tak saling mengenal.
Tapi kenapa pemuda itu bersikap seolah oleh keduanya telah lama mengenal.
" ke kantin, aku lapar " jawab Maura singkat.
" sama, aku juga lapar....ayo,
Kita ke kantin bersama " jawab Maulana sambil bangkit dari duduknya.
Menyampirkan tasnya pada pundaknya dan meraih jemari Maura.
Maura menghentak tangan pemuda itu.
Maulana sontak menoleh kepadanya.
" ada apa ?! " tanya pemuda itu dengan wajah polos.
" jangan menyentuhku, aku bisa jalan sendiri " sentak Maura sambil melangkah mendahului pemuda itu.
Maulana tersenyum tipis kemudian terkekeh.
" galak bener bukk....lagi pms ya ?! " goda Lana.
" bodo...." sembur Maura sambil terus melangkah.
Sementara Maulana semakin melebarkan senyumnya.
" kau masih tetap sama seperti dulu Maura, tidak berubah....
ketus dan angkuh,
Maura..." kata pemuda itu lirih.
Kemudian ia melangkah lebar dan mensejajari langkah Maura menuju kantin.
Ia tak perduli meski Maura seolah acuh dan seolah mengabaikan keberadaannya.
Sampai di kantin,
Tiba tiba Maulana melangkah mendahului Maura kemudian mencari sebuah tempat duduk untuk gadis itu.
" Maura kemari...di sini " Panggil Maulana kepadanya sembari menunjuk sebuah meja kosong.
Maura meoleh ke sana kemari lebih dulu, ia tak ingin menurut begitu saja kepada Maualan.
Tapi ternyata,
Tempat itu memang telah penuh....
Akhirnya ia pun memutuskan menerima panggilan Lana.
" kau mau makan apa ?! Biar aku pesankan untukmu " kata Lana.
" tidak aku bisa pesan makananku sendiri " jawab Maura sambil bersiap hendak melangkah
" aku tahu kau bisa memesan sendiri pesananmu...
tapi tetaplah di sini karena kalau tidak bisa bisa kita makan sambil berdiri...karena akan di tempati orang lain nanti tempat ini " jelas Maulana.
Maura menghela nafas.
Benar juga kata pemuda itu, jika tidak ada yang menduduki.
Bisa bisa tempat ini di kira kosong.
" ok...nasi goreng saja " kata Maura kemudian.
" tunggu sebentar, minumnya ? "
" terserah...."
" ok cantik, jangan kemana mana....makananmu segera datang " kata Lana sebelum ia melesat pergi
menuju angkringan makanan.
Sepeninggal Maulana,
Maura duduk diam di tempatnya dengan sibuk mengutak atik ponselnya.
Tanpa ia sadari,
beberapa pasang mata yang menatap intens interaksi antara dirinya dengan Maulana tadi.
Bahkan sejak ia baru memasuki kantin tadi.
Tatapan mata dari salah satu di antara mereka bahkan terkesan menajam ketika ia menatap sosok pemuda yang sedang bersama Maura itu.
Jantungnya tiba tiba berdetak kencang ketika hatinya berbisik menyebut sebuah nama.
" Lana..." desis seseorang itu.
Dan ketika ia masih menatap punggung lana yang membelakanginya karena sedang memesan makanan,
Tiba tiba ia di kejutkan dengan tatapan pemuda itu kepadanya.
Sejenak keduanya saling menatap.
Hingga akhirnya Maulana memutus lebih dulu tautan mata keduanya dengan raut wajah yang sulit untuk di artikan.
Dengan membawa nampan berisi makanan pesanannya dan pesanan Maura, Lana melewati begitu saja meja Clara dan teman temannya.
Ya...
Orang orang yang memperhatikan interaksi Maura dan Lana adalah Clara dan teman temannya.
" dia Maulana anak bisnis dan manajemen kan ?! Kenapa bisa bersama dengan gadis liar itu " kata Oliv kepada Clara.
Tapi Clara tak menjawab,
Gadis cantik berpakaian modis itu hanya mengedikkan bahunya.
Sementara di sebelahnya, seseorang juga nampak terus sedang memperhatikan interaksi Maura dan Lana dengan wajah datar dan dingin.
Entah kenapa,
Ada rasa tak suka melihat keakraban dua orang di sana itu.
Senyum tipis yang tersungging di bibir Maura untuk pemuda itu membuat hatinya panas.
Ia heran pada dirinya sendiri, ia bahkan tak begitu mengenal gadis itu.
Jikapun ia memperhatikan gadis itu selama ini, itu hanya karena gadis itu yang seolah selalu bersinggungan dengan Clara.
Namun...
Kenapa ia memiliki persaan seperti ini.
" kau mau ganti minumanmu Thar...?! " tanya Kean kepada Akhtar yang nampak sibuk mengutak atik minumannya sendiri dengan sedotan sembari matanya tak lepas menatap kepada sosok Maura di sana.
" tidak usah, aku sudah selesai...." jawab pemuda berwajah tampan itu kemudian.
" sayang....kau mau kemana ?! " tanya Clara ketika ia melihat Akhtar bangkit dari duduknya.
Akhtar adalah calon tunangannya.
Keduanya di jodohkan oleh kedua orang tua mereka masing masing.
Ayah Clara adalah rekanan bisnis ayah Akhtar.
" aku sudah selesai,
aku keluar dulu...gantian dengan yang lain, kita sama sama lapar dan mau makan " jawab Akhtar kemudian melangkah pergi dengan di ikuti Kean dan devan.
Dua sahabat Akhtar juga Clara.
" ckk...." Clara berdecak kesal.
Ia selalu di buat gemas dengan tingkah dan sikap Akhtar yang seakan acuh kepadanya.
Jika bukan karena permintaan kedua orang tuanya, rasanya malas Clara terus mengekori pemuda songong itu.
Tapi akhirnya ia bangkit juga dari duduknya dan meninggalkan tempat itu sama seperti Akhtar. Tapi sebelumnya...
Clara menoleh sejenak lebih dulu kepada Lana di sana yang masih nampak bercengkrama dengan Maura.
Clara meremas kuat tasnya di dada.
Jujur....
Hatinya panas melihat itu.
Clara melangkah berlalu meninggalkan tempat itu sama seperti ketiga temannya yang lain.
Tapi bedanya,
jika Akhtar juga Devan Dan Kean nampak melangkah kearah perpustakaan kampus, Clara justru terlihat menuju kelasnya bersama Oliv.
Kepala Clara sedang di penuhi bayang bayang Lana dan Maura tadi.
Dan rasanya sekarang kepalanya itu mau pecah.
Selama ini ia sudah mengabaikan keberadaan pemuda itu di sekitarnya karena ia terobsesi dengan Akhtar.
Tapi....
melihat pemuda itu bersama Maura, hatinya menjerit tak terima.
" Ra...kamu mau kemana ?! " tanya Oliv ketika ia melihat Clara melewati begitu saja kelas mereka.
" kau masuklah lebih dulu ke kelas Liv, aku ada sedikit keperluan " jawab Clara sembari terus melangkah dan meninggalkan Oliv yang masih melongo diam menatapnya.
" kau tidak sedang akan membuat masalah lagi dengan gadis liar itu kan Ra....?! " teriak Oliv kemudian kepada Clara.
Oliv merasa khawatir,
Ia ingat pesan ketua bem kemaren yang sempat memergoki Clara dan Maura yang sempat cekcok.
Bukan...
Tapi Clara yang terus berusaha menyulut emosi dengan selalu membuat masalah dengan Maura.
Clara diam tak menjawab, ia terus melangkahkan kakinya.
Sampai di sebuah belakang gedung, Clara duduk di sebuah bangku kosong yang ada di tempat itu.
Gadis itu nampak sibuk mengetikkan sesuatu pada ponselnya.
Tak lama,
Clara nampak tersenyum miring ketika sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.
" aku di belakang gedung fakultasmu...temui aku sekarang " terdengar suara Clara lirih.
Klik...
Kemudian gadis itu memutuskan panggilannya.
Cukup lama Clara duduk diam sendirian sambil menatap hamparan rumput yang membentang di hadapannya.
Saat ini, ia memang tengah berada di samping lapangan voli yang letaknya berada di belakang gedung fakultas bisnis dan manajemen.
Hingga seseorang nampak melangkah lebar dengan wajah merah padam menuju kearahnya.
" apa maksudmu mengirimkan video ini padaku ? Dan kenapa kau masih menyimpannya ?! Bukankah waktu itu kau bilang kau sudah membuangnya ?! " sentak seseorang itu yang tidak lain adalah Maulana.
Clara tersenyum lebar dan bangkit dari duduknya.
" agar kau tahu di mana seharusnya kau memposisikan dirimu....Maulana " jawab Clara tersenyum puas.
Sementara Maulana menatap tajam kepada Clara.
" apa sebenarnya maumu ?! Kejadian itu sudah lama berlalu " kata Maulana kemudian.
" tidak ada yang berlalu Lana,
Aku tetap membencinya....dan kaupun tetap tidak boleh berada di pihaknya " jawab Clara egois.
" kita sudah tak ada hubungan apa apa Clara, kau bahkan sudah akan bertuangan dengan Akhtar bukan.... ?!
Jangan lagi mengatur atur hidupku " jawab Maulan masih dengan wajah marah.
Clara menatap wajah Lana lekat lekat, wajah yang sejujurnya masih sangat ia rindukan.
Tapi apa boleh buat, perintah kedua orang tuanya tak berani ia langgar.
" aku tidak peduli Lana, aku tetap tidak ingin melihat kau bersamanya "
" Clara...kau itu egois,
Kau tak bisa bersamaku. Tapi kau juga tak mau melepasku.
Sudahlah....terima kenyataan,
mari kita jalani hidup kita masing masing.
Lupakan semua permusuhan di antara kamu dan dia..." kata Maulana terdengar bijak.
" jangan sok alim Lana, bagaimana jika dia tahu kaulah laki laki yang hampir memperkosanya waktu itu " kata Clara lagi.
" kau tak akan mengatakan itu kepadanya Clara..."
" kenapa tidak...jika itu yang bisa membuatmu menjauh darinya "
" aku hanya ingin berteman dengannya Clara...aku juga hanya ingin menebus kesalahanku padanya waktu itu karena mu " kata Maulana lagi dengan raut wajah dingin
" kau pikir aku bodoh ?! " sentak Clara.
Sekali lagi, Maulana menatap Clara jengkel.
" terserah....!! " jawab Maulana kemudian sambil melangkah meninggalkan Clara setelah ia memutar tubuhnya terlebih dulu.
Meninggalkan Clara yang masih menatapnya penuh amarah dan rasa tidak terima.
" aku masih mencintaimu Lana...." jerit Clara di dalam hatinya sambil menatap punggung Maulana.
Gadis itu mengepalkan tangannya erat sebelum akhirnya ia turut meninggalkan tempat itu dari sisi yang lain.
Sementara Maulana,
Pemuda itu tiba tiba menghentikan langkahnya ketika ia melihat seseorang berdiri di tikungan di balik dinding yang tak jauh darinya tadi berbincang dengan Clara.
Wajah Maulana nampak pias dan sontak memucat.
" Kau.....
serrraaaangngng....🔫🔫🗡️🗡️💣💣
btw, majikanmu masih hidup jadi perjuangin... kalau perlu minta tolong sama kakek nenek Maura. mereka kayaknya udah mulai sayang sama Maura.
biar Ricky nyesel udah nyia-nyiain anak kandung sendiri demi anak orang.
anak yang kata-katain anak pelacur malah anak gadis baik-baik. justru yang dianggap istri yang baik malah seorang wanita murhn