6 tahun tidak bertemu banyak sekali hal yang berubah dalam pertemanan Adrian dan Ansara. Dulu mereka adalah sahabat baik namun kini berubah jadi seperti asing.
Dulu Ansara sangat mencintai Adrian, namun kini dia ingin menghapus semua rasa itu. Karena ternyata Adrian kembali dengan membawa seorang anak kecil.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYM Bab 17 - Tujuannya Berubah
Ansara dan Juan duduk bersama saat Adrian mulai maju ke depan untuk menyampaikan pidatonya. Duduk di kursi meja khusus perwakilan dari perusahaan Abrahan Kingdom.
Tiap tamu yang hadir pun duduk di kursi mereka masing-masing, tak ada yang bisa masuk ke dalam acara ini tanpa kartu undangan.
Ketika Adrian memulai pidatonya Ansara yang merasa berdebar, melihat Adrian di depan sana membuatnya seperti melihat sosok lain. Adrian telah benar-benar berubah, jadi lebih tampan dan berkharisma.
Tanpa sadar Ansara tersenyum ke arah depan sana, lega pula saat Adrian tak lupa untuk menyebutkan nama tuan Azzam Malik.
'Ya Tuhan, Adrian tampan sekali. Bagaimana bisa aku berpaling darinya,' batin Ansara jujur.
Jika dia tak punya malu rasanya ingin sekali mengungkapkan semua perasaannya ini. Tapi Ansara sangat pandai menyembunyikan perasaan. Dia pendam terus entah sampai kapan.
Namun senyum Ansara perlahan hilang saat ada seorang wanita yang menghampiri Adrian, di depan sana mereka terlibat pembicaraan tentang topik pembahasan dalam acara ini.
Interaksi keduanya terlihat sangat menyenangkan.
"Itu adalah Nona Aleia Carter," bisik Juan pada Ansara.
Ansara mengangguk kecil, perusahaan Carter Kingdom juga adalah satu yang menghadiri acara ini.
Ansara kemudian mengambil tabletnya dan mencari informasi tentang nona muda tersebut, Nona Aleia telah menikah dan memiliki anak, namun kecantikanya terap terpancar nyata.
Dan ketika seorang nona muda seperti nona Aleia dan tuan muda seperti Adrian bersanding nampak jelas kesetaraan diantara keduanya.
Pemandangan yang bagi orang lain mungkin biasa saja, tapi membuat Ansara kecil hati.
Mendadak kini menatap Adrian dengan tatapan yang entah, bibirnya tidak lagi tersenyum.
"Permisi, apa aku boleh duduk di sini?" tanya Steven yang tiba-tiba menghampiri meja Abraham Kingdom.
Ansara dan Juan kompak berdiri untuk memberi hormat.
"Tuan Steven, silahkan duduk." Juan yang menjawab, kebetulan masih ada pula kursi kosong di sana.
Steven kemudian pilih duduk di samping Ansara. "Kita bertemu lagi," sapanya dengan ramah.
"Iya, Tuan," jawab Ansara, lagi-lagi kepalanya menunduk untuk memberi hormat.
"Bagaimana bisa kamu jadi sekretaris pribadi Adrian? aku yakin Adrian tidak sembarangan saat memperkerjakan seseorang di sampingnya," kata Steven, memulai obrolan.
Juan juga mampu mendengarnya.
"Maaf Tuan, saya tidak tahu jawaban seperti apa yang anda harapkan. Tapi saya masuk sesuai standar penerimaan karyawan," jelas Ansara bohong, bahkan saat mengucapkannya dia melirik asisten Juan.
Namun Juan tidak merasa keberatan dengan jawaban tersebut, malah senang saat mendengarnya.
Sementara Ansara tak tahu apa maksud dari pertanyaan itu, malah curiga tuan Steven ingin merendahkannya. Sebab dengan tubuh semungil ini dia bisa mendampingi Adrian jadi sekretaris pribadi.
Kini Ansara memang lebih banyak berpikir negatif dulu daripada langsung berbaik sangka, dia belajar dari pertemuannya dengan sekretaris Jessi.
Bahwa berada di samping Adrian memang tak mudah, akan ada saja yang menatapnya sebelah mata.
Padahal sungguh, niat Steven tidak seburuk itu. Dia justru ingin Ansara bisa bekerja dengannya jika kontrak dengan Adrian telah habis.
Karena jujur saja Steven sudah merasa tertarik pada Ansara sejak pertama kali bertemu. Bukan perkara tubuhnya yang terlihat menggemaskan, namun dari cara Ansara bicara Steven bisa melihat kualitas gadis tersebut.
Bahkan sikap acuh Ansara sekarang membuat Steven semakin tertarik.
Tapi sayangnya, belum sempat kembali bicara Adrian sudah turun dan mendatangi meja.
"Steve," panggil Adrian, sampai menarik pandangan Steven pada Ansara jadi tertuju pada Adrian.
"Kamu sudah turun, pidatomu mengesankan sekali," balas Steven, dia berdiri dan memberi selamat atas keberhasilan Adrian.
"Terima kasih, tapi aku harus segera pergi."
"Kenapa buru-buru sekali? Bahkan acara belum selesai."
"Masih ada beberapa hal yang harus aku selesaikan."
Steven mengangguk. "Baiklah, sampai jumpa lain kali," jawabnya, jadi merasa ada yang hilang karena dengan begini Ansara juga akan pergi.
Sebelum benar-benar meninggalkan tempat acara, Adrian juga menemui orang-orang penting dalam acara ini. Berpamitan dengan layak.
"Tuan, kenapa kita pergi? Bukankah kita akan tetap berada di sini sampai acara selesai?" tanya Ansara bingung, karena Adrian memutuskan pergi lebih awal jadi Juan yang terpaksa tinggal sendirian di acara tersebut.
Kini Adrian hanya di dampingi Ansara.
Dan bukanya menjawab Adrian justru mengendurkan dasinya, terus melangkah menuju tangga darurat, Bukan lift.
"Adrian, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kita lewat sini?" tanya Ansara, dia benar-benar bingung dengan sikap sang Tuan, tapi tetap mengikuti kemanapun langkah pria ini pergi.
Saking cepatnya kedua kaki Adrian melangkah, Ansara sampai sedikit berlari agar bisa mengimbangi.
Ansara mana tahu jika Adrian tak suka melihat kedekatannya dengan Steven. Sebagai seorang pria Adrian sangat tahu bahwa rekan kerjanya itu menaruh perhatian lebih pada sang sekretaris.
Sementara inginnya Adrian, Ansara hanya menatap ke arahnya.
"Adrian," panggil Ansara, dia takut jatuh saat hendak menuruni anak tangga dengan terburu-buru.
Namun alangkah terkejutnya Ansara ketika Adrian tiba-tiba menghentikan langkah. Ansara yang berlari jadi menabrak tubuh pria tersebut.
Brug!
"Aduh!" keluh Ansara reflek, beberapa detik mereka nampak saling memeluk. Sebelum akhirnya Adrian yang lebih dulu melerai pelukan tersebut.
Ansara berdiri di anak tangga paling atas, sementara Adrian turun dua anak tangga agar tinggi mereka seimbang.
Agar Ansara tak perlu mendongak saat mereka bicara, agar Adrian tak perlu menundukkkan kepala dengan begitu dalam, agar kedua mata mereka bisa saling tatap seperti garis lurus.
"Sebenarnya ada apa? Apa ada sesuatu yang salah?" tanya Ansara.
"Apa kamu lupa ... Aku tidak suka melihatmu mengalihkan pandangan dariku."
Ansara melebarkan mata, tak paham kemana arah pembicaraan ini. Masih tentang pekerjaan atau yang lain. Sekarang jantungnya masih berdebar, entah karena berlari tadi atau karena ucapan Adrian barusan.
"Apa maksudmu?" tanya Ansara.
"Jangan bicara dengan orang lain saat aku masih berada di depan."
"Tuan Steven? Tapi aku tetap mendengarkanmu, aku bahkan merekam semua pembicaraan mu di depan tadi untuk bahan evaluasi. Aku berusaha bekerja semaksimal mungkin," jelas Ansara.
Dan membuat Adrian terdiam seribu bahasa, lantas bertanya-tanya pula kenapa dia mengambil tindakan sejauh ini.
Ada perasaan tak rela di dalam hati, perasaan yang tak pernah dia rencanakan akan ada.
Adrian lantas menatap Ansara dengan lebih intens, kedua matanya, hidungnya yang mungil dan bibirnya yang nampak seperti Cherry.
Adrian kira Ansara masih sama seperti saat SMA dulu, tapi ternyata tidak. Sekarang Ansara jadi lebih cantik, membuatnya semakin tak rela jika Ansara dimiliki oleh orang lain.
Adrian akhirnya mengakui diri bahwa dia menginginkan Ansara, bahwa dia mulai merasakan asmara.
Tiba-tiba tujuannya berubah, bukan hanya ingin menunjukkan kemampuan diri pada sang ayah.
Tapi juga memiliki Ansara.
"Kenapa malah diam saja?" tanya Ansara kikuk, dari marah-marah kini Adrian malah menatapnya lekat.
Area tangga darurat yang sepi ini makin membuat hati Ansara tak menentu, bingung dan gugup.
Di sini hanya ada mereka berdua.
makanya ans tanya ans tanya sama Adrian biar kamu ga menduga2 terus
ga mudah di tindas
dari kecil udah kenyang sama hal2 seperti ini
tenang ans itu tak ada sangkutanya sama hubungan mu.
lanjut