Perjodohan adalah takdir,semua akan berjalan seperti air mengalir.Demikian juga dengan tokoh yang namanya Yulia.
Yulia merupakan seorang gadis belia cantik nan rupawan,ia harus menderita di jodohkan oleh orang tuanya di masa masih ABG dengan seorang pria yang sudah berumur tua atau kakek kekek.
memiliki suami yang sudah tua banyak kendala dan penderitaan, apa lagi dia di nikahi dengan cara di madu.
Akhirnya rumah tangganya harus hancur gara gara hal yang sepele yang tak masuk akal.
Akhirnya mereka hidup masing masing walaupun berakhir dengan penderitaan bagi semuanya, namun ada titik kebahagiaan setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8. TRAGEDI DI PAGI HARI
hari berganti suasana pagi itu agak sedikit mendung awan hitam bergelantungan di angkasa menandakan sebentar lagi akan turun hujan matahari enggan menampakan wajahnya.
Yuli melangkah menyusuri jalanan menuju ke sekolah, pikirannya tak secerah mentari pagi. sekarang di mana dalam keadaan galau bercampur berbagai pikiran. langkahnya seperti tidak karuan . entah kenapa dia selalu teringat kepada seseorang yang Yuli pun tidak mengerti mengapa mesti teringat sama Mbah Salam yang sudah tua. jauh di lubuk hatinya merasa kasihan Dan iba kepada masalah, namun di sisi lain dia merasa benci kenapa harus mengenalnya. orang batin pun terjadi antara kenyataan lamunan dan perasaan. mereka saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
tiba-tiba sepatu Yuli tersandung pada sebuah batu, yang membuat Yuli melangkah tak karuan akhirnya dia pun terperosok ke dalam sebuah Solokan dan jatuh ke sebuah air kecomberan.. bajunya yang putih bersih ini penuh dengan air comberan yang bau dan hitam. kakinya terasa sakit dan tangannya juga agak sedikit terkilir. Yuli berteriak
"aduh sakit".
dia duduk di pinggir jalan. hanya tasnya yang tidak masuk ke dalam selokan.
tiba-tiba dari belakang ada suara yang memanggilnya,
"hei Yuli lu kenapa?, kok bisa sampai terjun ke Solokan jalan segitu gedenya emangnya ada gempa kali yah hahaha".
Yuli menoleh ke arahnya ternyata itu adalah suara Johan salah satu temannya.
"iya Jo ada gempa bumi tadi aku jatuh ke kali .tolongin dong Jo aku sakit nih".
"apa yul, nolongin kamu nggak ah gua juga buru-buru mau ke sekolah, ini kan udah siang mau hujan lagi hahaha rasain aja lo".
johan langsung melangkahkan kakinya tak peduli dengan Yuli, sedangkan Yuli menangis kesakitan Dia hanya bisa duduk .
Yuli hampir tidak percaya dengan apa yang dialaminya sekarang, namun itu adalah kenyataan yang terjadi dengan dirinya. dia pun mencoba bangkit berdiri, separuh badannya basah kuyup dengan air kecomberan yang bau dan hitam. setelah berdiri Yuli mencoba melangkahkan kakinya walaupun dengan rasa sakit. di betis kakinya ada yang luka lecet mungkin karena terbentur dengan ujung tembok yang agak sedikit tajam tangannya terasa sakit karena pergelangannya tadi terkilir menahan beban tubuh yang hampir masuk ke dalam parit. memang ukuran badan solokan itu lumayan tinggi, namanya juga solokan pinggir jalan di perkotaan. tiba-tiba hujan deras pun turun, Yuli pun kehujanan. dia melihat kanan kiri mencari tempat untuk berteduh, namun di daerah tersebut jarang sekali tempat untuk berteduh karena hampir semua bangunan permanen dan di depan halamannya hampir rata-rata sudah di pagar besi, dan tembok yang menjulang tinggi. jadi sangat sulit sekali untuk mencari tempat berteduh bagi pejalan kaki.
Yuli segera mengamankan handphonenya agar tidak kehujanan. kebetulan di depannya ada sebuah warung kecil dia pun langsung mampir dan membeli sesuatu sambil meminta plastik kecil untuk tempat HP agar tidak kehujanan. ibu warung pun bertanya,
"lu kenapa neng kok bajumu basah semua?".
"nggak apa-apa Bu, tadi saya jatuh masuk ke parit".
jawaban Yuli simple dia tidak mau berbicara lebih banyak dikarenakan merasa malu dengan apa yang dialaminya barusan.
"kok bisa sampai terjatuh neng, padahal jalan kan luas, oh iya neng kalau nggak salah neng ini putrinya pak Aep ya?.
"iya ibu kok tahu dari mana?"
"kan ibu pernah naik angkotnya pak Aep, ibu salah satu langganannya bapakmu sering cerita tentang dirimu".
"oh iya Bu terima kasih"
"sama-sama neng".
"Bu saya mau pulang dulu ah sudah tanggung kehujanan nih mana bau lagi".
"iya neng silakan hati-hati ya jangan sampai jatuh lagi".
"iya Bu terima kasih"
Yuli melangkah dengan hati-hati walaupun dengan rasa dingin akibat air hujan yang membasahi tubuhnya. rambutnya yang panjang sepinggang. terurai kena air hujan. wajahnya basah oleh butiran air yang menimpa dirinya.
tak lama kemudian yuli sampai di depan rumahnya. ibunya menatap dari dalam rumah dan langsung bertanya,
"neng kenapa kok kamu balik lagi?".
"saya terperosok ke dalam parit Bu"
"kok bisa sih, itu tanganmu kenapa?"
"ini terkilir Bu agak sedikit sakit nih".
"oh ya udah atuh , masuk ganti baju, jangan sampai masuk angin".
"iya Bu".
Yuli melangkahkan kakinya menuju pintu belakang. dia hendak menuju kamar mandi. setelah membersihkan diri dengan mandi barulah ia menutup tubuhnya dengan handuk yang sudah disiapkan ibunya. badannya terasa dingin akibat kehujanan.
sementara itu di tempat lain. Mbah Salam sedang melamun. ia memikirkan apa yang dialaminya kemarin. dia bertemu dengan seorang gadis di rumah pak Aep. wajah Yuli yang cantik selalu terbayang di benaknya, diselingi dengan ingatannya pada sebuah impian yang pernah dialaminya beberapa bulan yang lalu. Mbah Salam mempunyai pikiran yang agak kurang baik pada gadis itu. karena saking mumetnya, pikiran dia pun memutuskan akan berkunjung ke rumahnya hari ini.
namun Mbah Salam bingung dengan alasan apa yang akan disampaikannya untuk berkunjung ke rumah itu.
tiba-tiba lamunannya terganggu, dengan kedatangan istrinya yang membawa sebuah nampan berisi kopi dan makanan kecil. suasana di luar sedang dalam keadaan hujan.
"Mbah ini kopinya, ngopi dulu lah".
"yah".
istrinya merasa heran, tak biasanya sikap suaminya dingin dan tak menghiraukannya seperti itu.
"Mbah kenapa?, memangnya ada masalah apa?"
"nggak ada apa-apa, cuman agak sedikit pusing".
"pusing kenapa Mbah, pusing yang atas apa pusing yang bawah".
"pusing yang bawah".
tanpa ragu-ragu lagi, istrinya menarik Mbah Salam untuk masuk ke dalam kamar pribadinya. lalu dia mengunci pintunya.
Mbah salam dipaksa untuk tidur terlentang di atas kasur, istrinya sengaja melakukan itu agar Mbah Salam mendapatkan kenikmatan dunia. ia sengaja memberikan pemanasan, walaupun perasaan agak sedikit kurang enak dan risau memikirkan seorang gadis yang kemarin ia temui. dikarenakan Mbah Salam tidak ingin mengecewakan istrinya Ia pun terpaksa melayani hasratnya. tubuhnya yang sudah mulai keriput mulai melakukan aksi. ia mulai meremas pepaya gantung milik istrinya yang sudah kendor tak berisi. istrinya memulai aksinya dengan membuka seluruh pakaiannya sehingga tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.
demikian juga dengan Mbah Salam, dia membuka seluruh pakaiannya. kini terlihat dua orang insan yang berbeda jenis yang siap berpacu dalam kenikmatan duniawi.
kini terlihat senjata Mbah Salam yang sedikit mulai mengeras namun belum begitu kuat berdiri.istrinya duduk sambil memegang tongkat ajaib milik Mbah Salam, dia mengelus mengelusnya dengan perlahan dan penuh perasaan sedangkan posisi Mbah Salam dia berdiri sambil memegang rambut istrinya. tak lama kemudian si Joni pun mulai bangkit berdiri tegak akibat sentuhan lembut yang dilakukan oleh istrinya.
tidak lama kemudian istrinya menjilati ujung si Joni dengan lidahnya membuat Mbah Salam merasa geli tapi nikmat. sel-sel saraf dalam tubuhnya menjadi terbakar sehingga birahinya berjalan menembus ubun-ubun. kini berbalik Mbah Salam melakukan warming up kepada istrinya. Dia menyuruh istrinya tidur terlentang, sambil membuka kaki istrinya lebar-lebar. kini terlihat gundukan kecil yang ditutupi oleh rerumputan yang sudah mulai memutih. Mbah Salam menghisap pepaya gantung milik istrinya yang sudah terlihat peot tak berisi. tangan Mbah Salam mencoba menyusuri sebuah tempat atau area yang menuju ke dalam lubang hitam milik istrinya. dia menggerakkan jarinya mencoba meraih sebuah daging kecil yang terletak di ujung gua milik istrinya. istrinya menggeliat merasakan kenikmatan walaupun diiringi dengan nafas yang ngos-ngosan.
kini tibalah saat klimaksnya, istri Mbah Salim menuntun si Joni untuk memasuki garasinya. tanpa susah payah segera si Joni pun masuk. dengan gerakan maju mundur yang dilakukan Mbah Salam tak lama kemudian si Joni pun mengeluarkan isinya, dia menyemburkan cairan putih ke dalam garasi yang sudah terlihat dan tidak kencang lagi. setelah beberapa menit si Joni lemas tak ada daya dan tenaga. demikian juga dengan istrinya. mereka berkurang lemas dan berbaring bersamaan dalam satu kasur.
memang harus di akui bahwa meskipun Mbah Salam tubuhnya sudah tua, namun keinginan dan jiwanya masih muda. dipikiran Mbah Salam dia tidak merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya kepada kepada istrinya.
kini lamunannya bertambah lagi, dia membayangkan seorang gadis yang kemarin dia temui di rumah pak Aep. dengan adanya lamunan itu tiba-tiba si Joni pun bangkit kembali. istrinya yang lemah terkulai, kemudian dihajarnya kembali sampai berkali-kali saya nggak dia merasa puas. kini tenaga istrinya hampir terkuras Dia sangat lemah, sedangkan Mbah Salam merasa agak sedikit puas dengan apa yang telah dilakukannya.
setelah memakai pakaiannya kembali wassalam kemudian keluar dari kamarnya, sedangkan istrinya masih tertidur lemah di atas kasur dan ditutupi selimut. Mbah langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.