Rasa bersalah yang menjerumuskan Evelin, atlet renang kecil untuk mengakhiri hidupnya sendiri, karena sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa seluruh keluarganya. Kesepian, kosong dan buntu. Dia tidak mengerti kenapa hanya dia yang di selamatkan oleh tuhan saat kecelakaan itu.
Namun, sebuah cahaya kehidupan kembali terlihat, saat sosok pria dewasa meraih kerah bajunya dan menyadarkan dia bahwa mengakhiri hidup bukanlah jalan untuk sebuah masalah.
"Kau harus memperlihatkan pada keluargamu, bahwa kau bisa sukses dengan usahamu sendiri. Dengan begitu, mereka tidak akan menyesal menyelamatkanmu dari kematian." Reinhard Gunner.
Semenjak munculnya Gunner, Evelin terus menggali jati dirinya sebagai seorang perenang. Dia tidak pernah putus asa untuk mencari Gunner, sampai dirinya tumbuh dewasa dan mereka kembali di pertemukan. Namun, apa pertemuan itu mengharukan seperti sebuah reuni, atau sangat mengejutkan karena kebenaran bahwa Gunner ternyata tidak sebaik itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lomba musim semi
...***...
Keesokan harinya, semua anggota klub renang dikumpulkan oleh Ketua mereka, Glenn Fredly untuk persiapan lomba yang akan digelar satu minggu lagi. Evelin, yang masih terpuruk karena masalah pribadi, ikut berpartisipasi dalam pembicaraan tersebut. Dia tampak lelah dan tidak bersemangat.
Ketua club itu mendekatinya dan bertanya dengan prihatin, "Evelin, apa yang terjadi padamu? Kamu tampak berbeda beberapa hari ini."
Evelin tersadar dan mengangkat kepalanya. "Maaf, Ketua. Aku hanya melamun."
Glenn Fredly merengut dan menaikkan volume suaranya, "Lomba akan dimulai sebentar lagi. Seriuslah, Evelin. Kamu adalah perenang terbaik di sini. Pertahankan posisimu!"
Evelin mengangguk, mencoba membangkitkan semangatnya. "Baik, Ketua."
Glenn melangkah ke arah perenang pria di sudut lain, menyampaikan pesan yang sama dengan semangat tinggi. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka mendapat pelatihan bersamaan dengan metode yang sama. Jadwal terpisah yang biasanya berlaku tidak berlaku lagi karena lomba mendekat.
"Semuanya! Kalian harus lebih bersemangat dan cetak rekor baru!" Glenn Fredly, ketua dan pengurus klub renang itu mulai memotivasi timnya dengan nada keras. "Ingat, tidak ada kekalahan di kampus ini! Kita harus menunjukkan kekuatan dan keunggulan kita."
Tim renang bersorak bersamaan, "Baik, Ketua!" Semangat dan motivasi memancar dari wajah mereka, siap menghadapi lomba dengan kekuatan penuh.
Satu persatu, anggota klub renang melompat ke dalam air, meninggalkan jejak cipratan yang mempesona. Manager mereka, Edward Edison dengan teliti memberikan penilaian dan saran perbaikan, mencari kekurangan terkecil pada teknik mereka. Sementara itu, sang ketua, Glenn Fredly mengawasi dari jauh. Mata tajamnya mencari kelemahan yang bisa mempengaruhi hasil lomba.
Setelah beberapa perenang terjun, kini Giliran Evelin tiba. Dia tersadar dari lamunannya dan bergegas naik ke papan renang. Detak jantungnya menjadi sangat cepat. Setelah memakai kacamata, dia mengambil posisi, dan siap melompat.
"Evelin, fokus!" Glenn berseru, menyadari Evelin sedang terganggu oleh pikirannya.
Peluit Edward berbunyi, tapi Evelin terlambat melompat. Ini tidak biasanya terjadi, karena Evelin adalah perenang terbaik dari semua anggota wanita, yang selalu menunjukkan keunggulan dan kekuatan.
"Evelin, lompatanmu lambat! Jangan menekan kaki terlalu dalam. Ayunkan tanganmu dengan benar!" Edward memberi arahan, suaranya penuh keinginan untuk melihat Evelin kembali bersinar.
Namun, Evelin semakin memburuk dan skor waktunya melambat. Glenn dan Edward saling menatap, khawatir dengan penurunan performa Evelin. Apa yang sebenarnya terjadi dengan perenang andalan mereka?
*
*
Setelah latihan usai, Glenn membawa Evelin ke belakang bangunan, tempat yang sunyi dan jauh dari keramaian. Dia menatap Evelin dengan mata tajam, menekan kedua pundaknya.
"Evelin, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Glenn bertanya dengan tegas. "Apa kau tidak ingin menjadi juara di Kejuaraan Nasional? Apa kau tidak ingin meraih impian Olimpiade?!"
Suara Glenn penuh kekecewaan dan keinginan. "Kau memiliki bakat luar biasa, Evelin. Jangan sia-siakan kesempatan ini! Fokus dan berjuanglah!"
Evelin terdiam, menunduk dan mendengarkan ucapan Glenn tanpa membantah. Dia menyadari kesalahannya dan merasa tidak berdaya.
Glenn menghela nafas dalam, mencari kata-kata yang tepat untuk membangkitkan semangat Evelin. "Evelin, pikirkanlah orang tuamu yang selalu mendukungmu. Mereka bangga dengan setiap prestasimu. Bayangkan saat kau memenangkan medali emas Olimpiade dan pulang sebagai pahlawan. Mereka akan memelukmu dengan bangga, mata mereka berbinar dengan kebahagiaan."
Glenn berhenti sejenak, memandang Evelin dengan harapan. "Aku percaya padamu, Evelin. Kamu memiliki bakat dan potensi untuk menjadi yang terbaik. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Bangkitlah dan perjuangkan impianmu!"
Mendengar kata-kata Glenn, Evelin terkejut dan teringat pada ucapan Gunner lima tahun lalu. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, semangat barunya memancar namun masih penuh dengan keraguan.
"Maafkan aku, Ketua." Evelin berkata dengan tekad. "Hari ini aku kurang enak badan, tapi aku akan memperbaiki diri dan menunjukan kemampuan terbaikku di lomba nanti."
Glenn menepuk kepalanya dengan lembut lalu berbalik untuk pergi. Dia melambai tanpa menoleh, dan berkata. "Bagus. Itulah Evelin yang aku kenal!"
*
*
*
Seminggu kemudian, lomba musim semi akhirnya dimulai. Ini adalah Kejuaraan Nasional Renang Jerman yang akan digelar di Olympiapark, Berlin. Evelin, dengan semangat baru, siap memperjuangkan posisi terbaik dan membuktikan kemampuannya.
Semua peserta renang berkumpul kembali di Hotel Grand Berlin, yang elegan dan nyaman dan berdekatan dengan Olympiapark. Evelin berbagi kamar dengan Fanny, seperti biasa. Malam itu, Evelin memutuskan untuk mencari udara segar dengan berlari di sekitar hotel, menghilangkan stres dan kecemasan sebelum kompetisi.
Saat berhenti di depan Olympiapark, hatinya berdegup cepat. Prestasi ini adalah hasil kerja kerasnya selama ini. Dia merenungkan perjalanan panjangnya, dari awal hingga menjadi salah satu perenang terbaik di Jerman.
Saat menatap pemandangan yang indah, suara derak kaki terdengar dari belakang. Evelin menoleh dan terkejut melihat Andrew berdiri di sana.
"Andrew? Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku kebetulan lewat," kata Andrew dengan senyum misterius yang memicu rasa penasaran Evelin. Dia tidak percaya. "Kamu tinggal di Hamburg, apa urusanmu di sini?" tanyanya dengan nada skeptis.
"Aku tahu kamu berbohong!" Evelin menginjak sepatu Andrew dengan kesal, membuatnya mundur sambil mengaduh kesakitan.
"Oww... Haha, baiklah, aku jujur." Andrew mengaku dengan senyum lebar, matanya berbinar. "Aku kemari untuk memberimu semangat, Evelin. Kamu butuh dukungan sebelum kompetisi besar ini."
Evelin tersenyum haru, hatinya terasa hangat. Dia kembali menatap ke arah Olympiapark, cahaya lampu stadion memantulkan kebanggaan dan harapan. Andrew berdiri di sampingnya, bersama menikmati keindahan malam Berlin.
"Kamu akan memenangkan medali emas!"
Evelin menoleh, senyumnya membesar. "Aku akan mencobanya."