Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan
" Tuan...tolong, tolong jangan jatuhkan hukuman seberat itu pada ayah saya...saya mohon..." seorang gadis cantik dengan wajah ayunya tengah memohon di hadapan seorang pria muda,berlutut di depan gerbang sebuah rumah mewah,di bawah derasnya hujan.
Sepasang mata menatapnya tajam,bak elang yang siap memangsanya,pria muda di depannya menatap wanita menyedihkan itu,dress panjang berwarna hijau botol yang ia pakai menutupi seluruh tubuhnya, kepalanya terbungkus hijab lebar berwarna senada,namun tak membuat pria dingin itu merasa kasihan.
Yang ada dalam hatinya hanya kebencian dan kebencian,atas kecelakaan yang menimpa Pria yang ia panggil papa hingga harus kritis dan di nyatakan koma sampai waktu yang tidak dapat di tentukan.
" Tuan..nona ini putri dari tersangka sabotase mobil tuan besar, ayahnya bekerja di servis langganan tuan besar sebagai montir senior, ibunya pernah bekerja sebagai art di mansion utama, karena sakit sudah berhenti sejak satu tahun terakhir" bisik seorang pria berusia sekitar 30 tahunan pada pria ber jas hitam di samping nya.
Setelah mendengar penjelasan asisten nya,pria itu menatap intens wanita yang masih berlutut di hadapan nya, derasnya hujan mengguyur tubuh gadis itu,masker yang menutupi sebagian wajahnya tak menutupi bahwa wanita itu cantik,bahkan hanya dengan melihat matanya saja, membuat pria tampan dengan tubuh tegap itu tersenyum smirk.
Wanita di depannya, memiliki kulit seputih susu, terlihat dari jari jemarinya, pipinya terlihat begitu halus dan chuby, tubuhnya tinggi standard gadis Asia, matanya bulat dengan bulu mata lentik, alisnya tebal tersusun rapi,dialah gadis bernama Adiba Khanza...
" Apa yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi hukuman ayah mu? Hem?" tanya pria itu sinis, tatapan nya penuh dengan permusuhan.
" Apapun...saya akan melakukan apapun yang anda inginkan tuan" Gadis bernama Adiba menjawab dengan yakin.
" Kamu yakin akan melakukan apapun yang saya inginkan? " tanya pria yang berdiri di depan nya dengan memegang payung itu.
Adiba mengangguk dengan yakin, tubuhnya terasa sangat dingin,hingga bergetar.
" APAPUN?" ulang pria itu dengan nada menekan setiap huruf dari kalimat nya.
" Ya apapun itu" jawab Adiba yakin.
Mendengar jawaban wanita di depannya,pria itu berjongkok,melipat kedua lututnya mensejahterakan dirinya dengan wanita yang masih bersimpuh di hadapan nya itu.
Pria itu menyentuh dagu Adiba dan mengangkatnya agar mereka saling menatap,menarik masker yang menutupi sebagian wajah Adiba,sentuhan telunjuk pria itu membuat Adiba refleks menghindar,membuat pria itu tersenyum smirk' Menarik ' batin nya,matanya menatap intens bibir bervolume berwarna pink alami itu, yang terlihat mulai memucat dan membiru karena terlalu lama kehujanan.
" Jadilah partner ranjang ku,tidak hanya hukuman ayah mu yang aku ringankan,tapi aku juga akan membayar mu" ucap pria itu tenang,namun terdengar begitu arogan dan menjijikan di telinga Adiba.
Adiba menatap tak percaya pria di depannya,pria dewasa dengan wajah tampan, hidungnya mancung khas pria Turkey, bibirnya berwarna merah bervolume, matanya tajam dengan bola mata berwarna biru khas keturunan eropa, dengan alis yang tebal dan tersusun rapi,rambutnya berwarna hitam kecokelatan, tubuhnya terlihat begitu atletis, gambaran pria idaman para wanita...dialah pria bernama Abizar Albern Foster, menunjukkan darimana asal keturunan keluarga nya.
Adiba masih menatap pria yang katanya adalah putra tunggal keluarga konglomerat itu,ini pertama kali ia melihat keturunan dari keluarga Foster itu, keluarga yang sangat terkenal dengan kekayaan dan kejayaan nya, bahkan hingga ke Eropa, keluarga yang merajai beberapa bisnis,di antaranya perusahaan rokok ternama,dan juga bekerja sama dengan perusahaan penerbangan asia,dan beberapa rumah sakit yang sudah beroperasi puluhan tahun dan dikenal sebagai salah satu rumah sakit terbaik di setiap daerah nya, dengan fasilitas memadai dan mewah.
Adiba menggeleng setelah mendengar permintaan pria di depannya,pria yang masih menatap nya menunggu jawaban,apakah ia tak salah mendengar.
Sedangkan Abizar tersenyum tipis saat melihat Adiba menggelengkan kepalanya,wanita di depannya ini adalah wanita pertama yang berani menolaknya,apakah ini trik tarik ulur yang di buat oleh wanita ini.
Abizar berdiri,dia adalah Abizar Albern Foster, seorang pebisnis kelas kakap di negara Eropa dan sangat di segani karena kejeniusan dan kekejaman nya,ia tak akan melakukan tawar menawar,dan hal itu juga berlaku untuk wanita di depannya itu.
Abizar membalikkan badannya akan meninggalkan gerbang,hujan semakin deras,ia tak ingin berlama-lama di luar,namun suara lembut Adiba kembali menghentikan langkahnya.
" Tuan..." panggil Adiba .
" Saya mohon, berikan syarat lainnya,saya bahkan bersedia menjadi pelayan di rumah anda,asal jangan melakukan perbuatan haram itu,saya takut Allah melaknat kita" ucap Adiba setengah berteriak, karena derasnya hujan.
Abizar membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Adiba yang terlihat sudah berdiri,semakin jelas postur tubuh wanita itu,masker di wajahnya juga sudah terlepas membuat Adiba menundukkan wajahnya.
" Saya bukan pedagang kaki lima yang memiliki kesabaran dengan transaksi tawar menawar,bahkan kau tak pantas sekedar untuk menjadi pelayan di mansion ku" ucap Abizar tegas.
Abizar kembali membalikkan tubuhnya dan melanjutkan niatnya untuk meninggalkan Adiba,namun suara lembut Adiba kembali menghentikan langkahnya.
" Baiklah...saya setuju dengan syarat dari anda,tapi saya juga punya syarat" ucap Adiba dengan penuh keterpaksaan.
Abizar tersenyum smirk sebelum kembali membalikkan tubuhnya menghadap Adiba, mangsanya masuk perangkap.
" Apakah kamu berhak memberikan syarat?" tanya Abizar dingin.
" Hanya satu... selebihnya terserah anda " jawab Adiba yakin.
Abizar diam sejenak" katakan " perintah nya, asistennya masih setia mendampinginya dengan memegang payung berukuran jumbo.
" Nikahi saya,maka saya akan menjadi partner anda sampai waktu yang anda tentukan" ucap Adiba sendu, hatinya begitu sakit saat mengatakan hal itu,ia merasa seperti wanita murahan yang menjual tubuhnya.
Abizar tersenyum mengejek,ia menatap benci wanita di depannya, dimatanya Adiba tak lebih dari wanita munafik yang menutupi kelicikan dan kebusukan nya di balik pakaian nya.
" Menikahi mu? " tanya Abizar meyakinkan pendengaran nya.
Dengan cepat Adiba mengangguk, membuat Abizar tersenyum smirk, tangannya meraih dagu Adiba dan menatap nya tajam.
" Kau pikir kau siapa Hem ingin menyandang gelar nyonya muda Foster Hem? Kau dan keluarga mu hanya lah sampah, yang bermimpi menjadi hebat, bahkan untuk pelayan pun aku tak Sudi membiarkan wanita murahan seperti mu,paham" hina Abizar seraya mencengkram kuat dagu Adiba dan menghempaskan nya dengan kasar.
Adiba terdiam,air matanya luruh begitu saja saat mendengar hinaan dari pria di depannya,begitu hina kah orang miskin sepertinya di mata orang-orang seperti mereka.
" Saya tidak meminta menyandang gelar nyonya muda di keluarga anda tuan, pernikahan siri,hanya pernikahan siri yang saya minta,agar tidak menjadi dosa besar jika anda menginginkan tubuh saya" Adiba menjelaskan alasan nya minta di nikahi.
Abizar tampak berfikir sejenak, setelah nya ia mengangguk,malam ini temui saya di alamat yang akan di berikan asisten saya" ucap Al menyetujui persyaratan dari Adiba,Abizar merasa itu tidak sulit, karena mereka tidak memiliki ikatan legal.
Adiba mengangguk setuju,ia melihat punggung Abizar yang langsung meninggalkan nya setelah mendapatkan jawaban anggukan dari nya, sedangkan pria yang sejak tadi mendampingi Abizar mengulurkan selembar kertas bertuliskan sebuah alamat pada Adiba.
Adiba melihat alamat yang tertulis pada kertas di tangan nya" Terimakasih tuan" ucap Adiba sopan pada pria yang ia yakini adalah asisten kepercayaan pria kejam itu.
Pria itu hanya mengangguk,pria yang memiliki wajah tak jauh berbeda dengan bos nya,tampan dan juga dingin,irit bicara,namun masih memiliki belas kasih.
Adiba menatap kepergian semuanya, menghilang di balik gerbang megah yang secara otomatis tertutup setelah semua orang masuk.
Adiba menjatuhkan tubuhnya di aspal jalanan yang masih berada di depan gerbang rumah megah itu,ia menangis sejadi-jadinya, hingga tubuhnya bergetar,ia ingin menumpahkan semua tangisnya dalam derasnya hujan,agar tak akan ada yang mendengar dan melihat ia menangis.
Puas menangis,Adiba bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan area perumahan mewah itu,Adiba menghentikan sebuah taksi saat sudah berada di depan gerbang perumahan, lumayan cukup jauh ia berjalan kaki untuk tiba di gerbang itu.
" Pak tolong antarkan saya ke jalan xx,tapi maaf pakaian saya basah" Adiba berbicara lembut pada supir taksi.
" Tidak apa non, terkadang orang dewasa juga butuh menyegarkan pikiran,dengan bermain hujan seperti ini juga salah satu solusinya" Jawab Supir taksi tersebut.
Adiba tersenyum mendengar jawaban si supir taksi,ia memeriksa isi tas sandang nya apakah basah semua atau tidak, untungnya tidak banyak bareng yang berada dalam tas itu,hanya ponsel,dompet dan beberapa jenis obat,Adiba meminta taksinya berhenti sebentar saat melihat sebuah kios pinggir jalan,ia membeli satu botol air mineral dan langsung meminum beberapa butir obat.
" Sudah sampai non" ucap supir taksi itu menyadarkan Adiba dari lamunannya.
Adiba turun dari taksi setelah menyerahkan satu lembar uang berwarna merah dan mengucapkan terimakasih kepada sang supir taksi.
" Non ini kembaliannya" ucap pria paruh baya itu.
" Ambil untuk bapak saja pak,sekali lagi maaf sudah membuat taksi bapak basah" ucap Adiba .
Supir taksi itu tersenyum ramah" ga apa apa non,bapak juga sudah berencana akan pulang, hujannya terlalu deras dan juga sudah hampir Maghrib, terimakasih banyak ya non,semoga Allah permudah segala urusannya,di lancarkan semua rencananya dan di berikan kesabaran yang berlipat ganda, diberikan kesehatan jasmani dan rohani " doa tulus sang supir taksi segera di amin kan oleh Adiba, dadanya terasa sedikit lega,masih ada yang begitu baik memberikan nya doa terbaik dan tulus.
" Amin... allahumma amin.. terimakasih doa nya pak" ucap Adiba tulus.
" Dan satu lagi non,semoga di pertemuan dengan jodoh yang baik,non pasti masih gadis kan? Masih muda juga,carilah pria terbaik yang menyayangi dan menghargai perempuan " tambah supir taksi itu.
Mendengar doa selanjutnya dari sang supir taksi itu wajah Adiba berubah sendu,hatinya tercubit mengingat ia baru saja membuat perjanjian luar biasa dengan seorang pria.
Namun dengan Adiba merubah ekspresi wajah nya dengan memaksakan senyuman di hadapan supir itu,baru setelah supir itu meninggalkan nya Adiba kembali meneteskan air matanya dan dengan segera ia mengusap nya, ibunya tidak boleh melihat air matanya.
Hidup yg sdh jelas tp dibuat samar. .
Atas bawah mumet...
wkwkwk