Ana, istri yang ditinggal merantau oleh suaminya. Namun, baru beberapa bulan ditinggal, Ana mendapatkan kabar jika suaminya hilang tanpa jejak.
Hingga hampir delapan belas tahun, Ana tidak sengaja bertemu kembali suaminya.
Bagaimana reaksi suaminya dan juga Ana?
Yuk, ikuti kisahnya dalam novel berjudul AKU YANG DITINGGALKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Kinan
Rasa bersalah kembali menyusup di hati Sahil kala mengetahui jika Ana menolak warisan yang ibunya berikan. Padahal, sudah jelas jika Fatimah memberikan pada Ana untuk dia jadikan modal.
Kinan malah sebaliknya, apalagi saat tahu, jika harga emas jaman sekarang sudah naik dari sebelum-sebelumnya.
Dan dia sudah ada beberapa rencana. Selain untuk berobat Nara, dia akan menggunakan uang tersebut untuk menyewa kedai kecil di jalan depan sana.
Karena jika di depan rumah, terasa percuma. Sebab selain rumahnya berada di ujung. Gangnya pun, termasuk gang yang sedikit sepi.
Rahmi dan Rini masih berada di rumah mereka. Karena sebelumnya Ana menyakinkan, jika abang-abangnya mendapatkan hukuman paling lama dua puluh tahun, ataupun seumur hidup.
Jadi, Ana tetap mengusulkan iparnya untuk menempati rumah itu.
Semula mereka memang menolak, namun mati-matian Ana menyakinkan mereka. Jika rumah tersebut adakah hak dari anak-anak Firman dan Jefri.
Akhirnya mereka pun mematuhi Ana, karena jika pergi dari sana pun, mereka tidak tahu harus kemana.
Walaupun, kenangan pahit itu terus menghantui. Mereka pun mencoba untuk bersabar dan melupakan semua itu.
"Jadi, emas ibu bisa kita ambil untuk buka usaha kan, bang?" tanya Kinan saat mereka hendak tidur.
"Tidak, itu hak anak-anak." balas Sahil.
"Berarti, bisa untuk berobat Nara dong." seru Kinan bahagia.
"Kinan, dengar ... Warisan itu ibu serahkan pada Ana. Dia yang berhak. Karena apa? Karena sepengetahuan ibu, aku ini telah tiada. Jadi biarkan itu untuk Ana dan anak-anaknya. Karena aku pun sudah tidak pernah lagi menafkahinya." nasihat Sahil.
"Tapi, Nara kan juga anakmu. Dia juga berhak. Lagipula, Ana mendapatkan itu, karena pernah menikah denganmu." sanggah Kinan.
"Kamu terlalu banyak berubah bang, aku mau kamu seperti dulu. Sama sebelum kembalinya ingatanmu." lanjut Kinan membalikkan badannya.
Sahil langsung memaksa Kinan untuk berbalik ke arahnya. "Jadi, kamu mau aku terus-terusan berdosa dengan tidak pernah menafkahi mereka? Kenapa kamu berubah begini Kinan? Ingat janji mu? Kamu mau menerima Ana. Kamu mau mengalah ... Mana janjimu itu? Mana?" teriak Sahil di depan wajah Kinan.
Otomatis tubuh Kinan bergetar. Dia tidak menyangka Sahil bisa semarah ini.
"Ya sudah, kembali saja sama Ana. Jangan pedulikan aku dan Nara. Biarkan kami disini mati bersama." balas Kinan ikut meneriaki Sahil.
Sahil terdiam, dia sadar jika ia telah salah. Namun, bukankah Kinan yang ikut memancingnya?
Dia enggan minta maaf, dan lagi-lagi dia keluar seraya membawa bantal serta selimut. Bisa di pastikan jika Sahil memilih tidur di luar.
Nara yang mendengar pertengkaran orang tuanya, hanya bisa meringkuk seraya menangis. Nara memang masih tidur satu kamar bersama orang tuanya. Namun, dia berbeda kasur dengan orang tuanya.
Itupun, karena Sahil dan Kinan takut jika Nara tidur sendiri. Mengingat fisiknya yang memang sedikit lemah.
Kinan melempari bantal, kala pintu kamar tertutup sempurna. Dia seakan lupa jika Nara juga berada di ruang yang sama.
Kemudian dia menangis nasibnya yang sangat menyedihkan itu.
...🍁🍁🍁...
Beberapa bulan telah berlalu. Bukannya berubah Sahil malah semakin sering datang mengunjungi Ana. Padahal sudah berulang kali Ana menolak dan meminta cerai. Namun, Sahil selalu mengatakan jika ia adalah korban.
"Ayah ... Aku bukan menolak kedatanganmu. Tapi, lihat lah Kayla. Dia tidak bisa menerima. Dan kasihan ibu ..." ujar Arkan saat melihat lagi-lagi ayahnya bertamu ke rumahnya.
Karena semalam, Ana mengeluh pada Arkan. Jika ia tidak nyaman dengan kedatangan Sahil.
Dan hari ini, Ana membawa segala berkas untuk pergi ke pengadilan.
"Tapi, aku hanya ingin menembus waktu yang telah banyak hilang bersama kalian, Arkan." sanggah Sahil.
"Maaf Ayah, tapi sekarang mereka adalah tanggung jawabku. Dan ibu juga ingin mundur dari pernikahan ini."
"Mana ibumu? Biar aku bicara berdua dengan ibumu."
"Ibu udah keluar bersama Kayla. Dan ibu juga gak mau lagi bicara dengan ayah. Makanya, ibu mengutus ku untuk menggantinya." ucap Arkan.
Sahil mengepal tangannya.
"Ayah, memang perpisahan kalian gara-gara uwak. Tapi, bukankah, mereka sudah mendapatkan hukumannya? Jadi, lepaskan ibu. Biarkan ibu bahagia." pinta Arkan.
"Dan sekarang kamu tega membiarkan ayah menderita?" balas Sahil.
"Setidaknya, ayah masih ada obat yang setia di rumah. Aku lihat, istrimu yang sekarang juga cukup baik." ujar Arkan.
"Tapi dia bukan ibumu Arkan."
"Dan kalian pun, lebih lama bersama dibandingkan ibuku. Jadi, tidak mungkin tidak ada cinta dihatimu kan, Ayah?" balas Arkan.
Sahil pun mengalah, dia kalah telah beradu argumen dengan Arkan. Dan dia pun memilih pamit undur diri.
Arkan menatap kepergian ayahnya dengan rasa kasihan. Namun, rasa sayangnya pada ibunya lebih dominan. Dia telah berjanji pada dirinya sendiri, tidak ada satupun orang yang boleh membuat ibunya terluka lagi.
Sepeninggalan Sahil. Kinan mendatangi rumah Rima. Namun, sayang Rima-nya tidak ada. Namun, dia malah lebih bahagia kala melihat Dian yang menyambut kedatangannya.
Langsung Kinan mengadu pada Dian. Karena menurut pantauannya saat dimana semua keluarga berkumpul. Terlihat jelas jika Dian kurang menyukai Ana. Dan dia akan menggunakan Dian untuk melancarkan aksinya.
"Kenapa?" cetus Dian.
"Mbak, ada hal yang ingin aku bicarakan. Mungkin kita bisa bicara di tempat lain?" tanya Kinan. Dia juga membawa Nara ikut serta.
Namun, sebelumnya Kinan sudah mengancam Nara agar tidak mengadu apapun pada Ayahnya.
"Tentang?" tanya Dian.
"Ana ..."
Dian setuju. Dan dia mengajak Kinan untuk ke taman depan musala yang tidak jauh dari rumahnya. Kebetulan disana tempatnya adem.
"Tolong, tolong bujuk bang Sahil untuk tidak kembali pada Ana." mohon Kinan.
"Apa yang aku dapatkan? Aku tidak mau melakukan sesuatu hal yabg sia-sia." kata Dian.
"Bukankah, bang Sahil mendapatkan jatah warisan dari almarhum ibu? Kita bisa membaginya dua bagian." ujar Kinan.
"Tapi bukannya kata mbak Rima, Sahil menolaknya? Dan dia malah menghibahkan ke Ana?" ujar Dian.
"Dan aku akan menggunakan Nara agar dia menarik perkataannya itu." sinis Kinan menatap anaknya yang sedang bermain pasir.
"Kamu mau mengorbankannya?" tanya Dian terkejut.
"Apapun itu, asalkan bang Sahil menjadi milikku seorang."
ana yg tersakiti,Kinan yg menikmati
dan si Jefri dan firman perlu di ruqyah 😁😁