Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15 : Tiba di Kota Hanzhong
"Perhatian, para penumpang pesawat XXX dengan nomor penerbangan XA645 tujuan Kota Hanzhong dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12."
Mo Lian dan Mo Fefei beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri pintu masuk A12 sesuai dengan pengumuman keberangkatan.
Mereka memasuki pintu khusus pemegang tiket Businnes Class. Karena penerbangan ke Kota Hanzhong hanya memakan waktu singkat, di pesawat hanya ada dua kelas. Economy Class dan Businnes Class.
Saat mereka berdua memasuki kabin pesawat, di dalam Business Class sangat sepi sekali. Hanya terlihat satu wanita muda memakai atasan blouse berwarna putih, dengan blazer berwarna hitam, memakai celana panjang hitam dan high heels hitam, dan memakai kacamata berwarna hitam. Untuk kecantikannya, ia memiliki wajah cantik seperti Qin Nian, namun ia lebih cantik.
Wanita itu tidak sendiri, ia ditemani dengan beberapa pria kekar dengan setelan hitam yang tampaknya pengawal dari wanita itu.
Wanita itu menurunkan kacamatanya saat melihat Mo Lian dan Mo Fefei memasuki kabin Businnes Class. Wanita itu menolehkan kepalanya melihat pengawalnya. "Bukankah seluruh kabin Businnes Class telah kita sewa, mengapa ada orang lain?"
Pengawal itu menundukkan kepalanya. "Maaf Nona. Kami juga tidak tahu mengapa, apakah perlu saya suruh dia pergi ke kelas ekonomi?"
"Tidak perlu." Wanita itu melambaikan tangannya, kemudian kembali memasangkan kacamatanya.
Mo Lian dan Mo Fefei terus berjalan mencari bangku yang tertera di tiket. Saat Mo Lian melewati wanita itu, ia tidak menolehkan kepalanya. Berbeda halnya dengan Mo Fefei, ia menatap wanita itu tanpa berkedip sedikitpun, bahkan terlihat bintang-bintang di matanya saat melihat wanita itu.
"Ap- Apakah kau Dewi Yun Ning?" Mo Lian berhenti tepat di depan wanita yang dipanggil Yun Ning itu.
Yun Ning merupakan bintang terkenal di Kota Chengdu, ia adalah artis papan atas yang membintangi beberapa film serta selalu muncul di layar iklan. Yun Ning telah menorehkan prestasi besar dalan film, ia selalu masuk nominasi dan memenangkannya beberapa kali.
Kepopulerannya juga tidak hanya di Kota Chengdu, ia terkenal di beberapa kota lainnya. Bahkan tidak jarang berita tentangnya diberitakan di luar negeri sana.
Yun Ning juga merupakan anak langsung dari Kepala Keluarga Yun saat ini. Keluarga Yun berasal dari Provinsi Shaanxi, lebih tepatnya berada di Kota Xi'an.
Pengawal yang berdiri di samping Yun Ning mengarahkan tangannya meraih keras baju Mo Fefei. Namun saat tangan besarnya hendak mengenai keras baju Mo Fefei, secara tiba-tiba tangannya tak dapat digerakkan seberapapun ia mencobanya.
"Apa yang ingin kau lakukan pada Adikku?" Mo Lian menatap tajam pengawal itu.
Pengawal itu tersentak mundur, namun tidak dapat bergerak karena tangannya dicengkeram Mo Lian. Beberapa pengawal yang lain juga terdiam, mereka menolehkan kepalanya beberapa kali melihat Mo Lian dan tempat Mo Lian berdiri sebelumnya.
Yun Ning berdiri dari tempat duduknya. "Tuan. Mohon maaf atas kelancangan pengawal saya," ucapnya sedikit menundukkan kepalanya.
Yun Ning tahu betul apa yang terjadi barusan. Meski ia tidak mengetahuinya secara pasti, tapi menurut kakeknya di dunia ini ada orang yang sangat kuat, orang-orang itu dapat bergerak bagaikan kilat, dan menahan tembakan peluru.
Mo Lian terdiam sejenak, ia menolehkan kepalanya menatap wajah Mo Fefei. Saat Mo Fefei menganggukkan kepalanya, barulah ia melepaskan cengkeraman tangannya pada pengawal itu, dan kemudian membawa Mo Fefei berjalan ke tempat duduknya.
Pengawal yang cengkeraman tangannya telah dilepaskan mulai mengusap pelan tangannya, ia merasakan rasa sakit yang amat menyakitkan. Tangan besarnya yang berwarna kecokelatan juga telah berubah berwarna merah dengan sedikit bengkak.
Mo Lian memejamkan matanya bersandar di kursi pesawat. Sedangkan Mo Fefei masih seperti sebelumnya, ia memandang Yun Ning dengan pandangan kagum. Bagaimanapun ini adalah kesempatan yang langka untuk dapat bertemu dengan Yun Ning, artis yang diidolakannya.
Yun Ning berbalik melihat Mo Fefei, ia tersenyum lembut dan menghampirinya. "Ada yang bisa saya bantu?"
Seketika Mo Fefei salah tingkah saat melihat idolanya menghampirinya. Dengan terbata-bata ia pun menjawabnya, "A- A- Aku. I- Itu, foto. Ya foto."
"Tentu." Yun Ning menjawab singkat dengan senyuman lembut.
Mo Fefei tersenyum lebar saat mendapat balasan itu, ia mengeluarkan handphone miliknya dan mengambil gambar bersama.
"Ibu-ibu dan Bapak-bapak, selamat datang di Penerbangan AX645 dengan pelayanan dari Kota Chengdu ke Kota Hanzhong. Kita sedang berada dalam antrian ke tiga untuk take-off, dan diharapkan untuk mengudara dalam waktu kira-kira sepuluh menit. Kami meminta anda untuk memasang sabuk pengaman anda saat ini, dan simpan semua koper di bawah kursi atau di kompartemen atas. Kami juga meminta agar kursi dan meja anda berada dalam posisi tegak untuk take-off. Tolong matikan seluruh alat elektronik yang anda bawa, termasuk telepon genggam dan laptop. Merokok di larang selama penerbangan di seluruh bagian pesawat, termasuk di kamar mandi. Terima kasih sudah memilih XXX Airlines. Nikmati perjalanan Anda."
Saat pengumuman itu terdengar, Yun Ning kembali duduk di tempatnya, dan Mo Fefei pun mematikan telepon genggamnya kemudian menyimpannya.
Masih dengan mata terpejam, Mo Lian mengedarkan kesadarannya ke seluruh bagian pesawat, ia mencari tahu apakah ada hal-hal yang membahayakan. Saat mengetahui bahwa pesawat yang ditumpanginya aman, ia menghela napas lega dan kemudian tertidur sungguhan.
Sepuluh menit kemudian, pesawat mulai terbang meninggalkan landasan.
Puluhan menit terlewat begitu saja, pesawat telah memasuki kawasan Kota Hanzhong, dan beberapa menit kemudian pesawat mendarat di Bandara Hanzhong Xiguan dengan mulus tanpa kendala.
Tepat saat pesawat telah mendarat. Mo Lian membuka matanya perlahan, ia mengambil semua bawaannya dan kemudian keluar begitu saja tanpa menghiraukan Yun Ning yang sepertinya ingin berkenalan dengannya.
Melihat ini, Yun Ning tersenyum masam, namun ia tidak merasakan adanya perasaan marah, melainkan perasaan ketertarikan. Pasalnya ini adalah kali pertama baginya ada seorang pria yang tidak tertarik pada kecantikannya, biasanya pria-pria mau berbuat apapun hanya untuk dapat berbicara dengannya.
"Pria yang menarik." Yun Ning tersenyum kecil dan kemudian keluar dari pesawat mengikuti Mo Lian.
***
Mo Lian dan Mo Fefei berjalan menuju tempat di mana taxi terparkir.
Yun Ning yang masih mengikuti Mo Lian tersenyum lembut, ia berjalan menghampirinya dan berhenti tepat di samping keduanya. "Apakah kau butuh tumpangan?"
"Tidak!" Mo Lian menjawabnya langsung tanpa menunggu lama.
"Kakak!" Mo Fefei berteriak sembari mencubit kecil pinggang Mo Lian. Ia menolehkan kepalanya melihat Yun Ning. "Maafkan atas perilaku Kakakku, biasanya dia tidak seperti ini," ucapnya menundukkan kepalanya.
Yun Ning tersenyum canggung, ia menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak apa-apa," jawabnya seraya melambaikan tangannya.
Yun Ning terdiam sejenak, kemudian melanjutkan perkataannya, "Jadi. Apakah kalian ingin pergi bersama?"
Mo Fefei terdiam sejenak, dengan wajah malunya ia menganggukkan kepalanya kecil sebagai balasan.
Yun Ning tersenyum lembut, ia mengajak Mo Fefei untuk mengikutinya memasuki mobil mewah berwarna hitam yang telah disiapkan untuk menjemputnya. Mo Lian yang melihat ini hanya dapat mengehela napas pasrah yang mengikuti langkah Adiknya.
Senyum kemenangan terlihat menghiasi wajah Yun Ning saat ia berhasil membawa Mo Lian bersamanya dengan satu mobil. Entah mengapa Yun Ning merasakan perasaan ingin memiliki Mo Lian meski ini adalah kali pertama mereka bertemu.
"Di mana kalian berhenti?" tanya Yun Ning yang duduk berhadapan dengan Mo Lian di dalam mobil.
"Distrik A," jawab Mo Lian singkat dengan mata terpejam.
"Aku pasti akan mendapatkan mu," gumam Yun Ning dengan tangan terkepal.
Mobil melaju dengan kecepatan stabil ke tempat yang disebutkan oleh Mo Lian. Dua jam terlewati begitu saja, kini mobil telah sampai di Distrik A dan terus berjalan mengikuti setiap arahan dari Mo Lian hingga sampai di rumah ibunya.
Mo Lian tidak mempermasalahkan jika Yun Ning mengetahui rumahnya di Kota Hanzhong. Bagaimanapun mereka semua akan pindah ke Kota Chengdu untuk meningkatkan kekuatan, kemudian pergi ke Kota Xianyang untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milik ibunya.
Setelah sampai di tempat tujuan, Mo Lian langsung keluar dan mengambil semua barang bawaannya, diikuti oleh Mo Fefei setelah berterimakasih pada Yun Ning.
Beberapa langkah dari mobil. Mo Lian menghentikan langkah kakinya, ia memandangi rumah kecil yang bahannya didominasi oleh kayu, ia melihat wanita paruh baya dengan kerutan di wajah sedang memetik sayur mayur di halaman depan.
Melihat ini, Mo Lian tidak dapat menahan rasa tangisnya. Dari kedua matanya keluar air yang sangat deras dan mulai membasahi wajahnya, dengan cepat Mo Lian berlari menghampiri wanita itu. "Ibu!"
Ibu Mo Lian, Su Jingmei mendongakkan kepalanya saat mendengar suara teriakan yang sangat familiar, dan secara tiba-tiba tubuhnya telah dipeluk oleh Mo Lian.
"Ibu ..." Mo Lian memeluk erat Su Jingmei, air matanya kembali keluar lebih deras dari sebelumnya.
Su Jingmei dan Mo Fefei yang melihat ini terdiam tak mengerti, mereka berdua tidak tahu mengapa Mo Lian menjadi seperti ini. Meski yang mereka tahu Mo Lian sangat mencintai ibunya, tapi tak pernah menangis seperti anak kecil, bahkan saat terusir dari Keluarga Mo dan ayahnya menghilang. Mo Lian tidak pernah menangis meski hanya setetes air mata.
"Lian'er. Ada apa?" Su Jingmei mengusap belakang kepala Mo Lian dengan lemah lembut.
Mo Lian hanya diam tak menjawab, meski ia menjawab pun pasti Ibunya tak akan mengerti. Bagaimanapun ia sudah pernah merasakan kehilangan keluarganya untuk ketiga kalinya, pertama ayahnya, kedua Adik kecilnya, dan terakhir Ibunya.
Setelah cukup lama memeluk Ibunya, Mo Lian melepaskan pelukannya dan mengusap wajahnya yang telah basah karena air mata.
"Ibu. Aku membawakan Ibu oleh-oleh." Mo Lian membuka kopernya dan mengeluarkan baju bagus serta beberapa makanan khas dari Kota Chengdu.
Su Jingmei tersentak saat melihat pakaian yang berada di tangan Mo Lian. "Lian'er. Baju ini sangat mahal. Dari mana kau mendapatkan uang untuk membelinya? Tidak, untuk saat ini kita masuk dulu. Kalian berdua pasti kelelahan," ucapnya mengubah topik.
"Apakah itu pacarmu? Bagaimana kalau Anda ikut makan bersama kami." Su Jingmei melanjutkan perkataannya saat melihat Yun Ning.
Wajah Mo Lian mengeras saat mendengar perkataan Ibunya. Tapi ia hanya dapat menghela napas panjang dan masuk ke dalam rumah.
Yun Ning terdiam sejenak, meski baru bertemu Mo Lian untuk beberapa jam. Tapi ia memiliki keyakinan jika dapat memiliki Mo Lian, maka keberuntungan akan menantinya didepan. "Terimakasih, Ibu mertua," balasnya tersenyum lembut.
"Uhuk, uhuk!" Mo Fefei tersedak saat mendengar jawaban dari Yun Ning. Ia menolehkan kepala memandang Kakaknya dan Yun Ning secara bergantian. "Kakak! Tunggu aku!" ucapnya sedikit berteriak dan kemudian mengejar Mo Lian.
...
***
*Bersambung...
rehat dulu author