Kalila Maizah, seorang gadis yang bercita-cita ingin menikah dengan seorang bule. Saat bermain Instagram, diberanda nya lewat unggahan seorang pengusaha bersama rekannya. Maizah yang pada dasarnya pecinta cowok ganteng langsung gercep mencari Instagram si bule ganteng yang ada di dalam unggahan itu.
Maizah tidak nyangka bahwa dia diikuti balik oleh bule itu! Bahkan dia minta untuk ditampar oleh temannya saking tidak percayanya.
Bagaimanakah kisah Maizah selanjutnya? Bagaimana dia bisa mendapatkan cita bule itu? Mampukah dia mewujudkan impian untuk menikah dengan bule?
Saksikan kisah nya dengan membaca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mawar Jk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 33
Keesokan harinya Maizah mengikuti Melati yang pergi membeli di tukang sayur keliling. Kepengen makan kerupuk yang di jual di sana. Kerupuk yang berbahan dasar ubi kayu yang diberi lelehan gula merah hingga mengeras.
"Satu, berapa pak?" Tanya Maizah pada penjual sayur tersebut, jari-jarinya menyentuh kerupuk yang bergantungan di sana.
"Lima ribu," Jawab penjual sayur tersebut, panggil saja dia Pak Udin.
Hanya ada tujuh potong kerupuk yang tersisa. Ia memutuskan untuk membelinya semua. Aroma manis itu terlalu menggoda untuk dilewatkan. Maizah kembali melihat-lihat apa yang dia inginkan.
"Halo, Maizah," sapa Bu Dinda, tetangga yang juga datang ikut berbelanja. Senyum hangat terukir di wajahnya.
"Iya, Bu," balas Maizah, membalas sapaan Bu Dinda dengan senyum yang sama hangatnya.
"Ramai sekali ya, hari ini," ujar Romlah, datang bergabung dengan mereka.
"Saya sayur kangkung nya dua ikut pak Udin," Ujar Daia.
"Lima ribu bu," Sahut pak Udin. Ia dengan cekatan memasukkan kangkung itu dalam plastik.
"Belum isi zah?" Tanya Romlah melihat-lihat sayuran tanpa menatap Maizah.
Maizah tersenyum kaku. "Belum," jawabnya singkat berusaha menyembunyikan rasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu.
"Loh, kok belum udah satu bulan loh. Kamu nunda ya?" Tanya Romlah.
"Baru juga satu bulan, lagian mereka itu masih mau berduan. Kalau sudah ada anak mana bisa berduan terus. Lagian ya, mereka itu masih termasuk pengantin baru." Kata Daia membela Maizah.
Aku padamu Bu Daia
"Iya nih, masih pengantin baru mereka." Ujar Bu Dinda yang ikut membela.
Keheningan sesaat, pak Udin diam tidak ingin ikut campur, lalu Melati yang sedari tadi diam mengamati, angkat bicara.
"Gimana sama Melani? Anakku kau tanya kapan ada pacar, langsung dapat pacar bule, di nikahin pula. Sekarang sudah nikah kau tanya kapan ngisi? Sekarang aku tanya kapan Melani nikah? Dia dan Maizah hanya beda beberapa bulan saja loh." Ujar Melati yang dari tadi menahan diri.
"Tunggu aja, Gak lama lagi Melani akan di lamar sa Rizal." Kata Romlah.
"Yaudah aku tunggu!" Balas Melati tak mau kalah.
Maizah, yang merasa suasana semakin tegang, segera memegang tangan Melati. "Ma, sudah selesai belanja?" tanyanya, berusaha meredakan suasana.
"Udah," Jawab melirik tajam Romlah lalu beralih menatap pak Udin. "Ini berapa pak semuanya." Kata Melati menujukkan apa yang ia ambil.
"Sama kerupuknya juga gak?" Tanya pak Udin.
"Iya, pak." Jawab Melati.
"Totalnya 89 ribu,"
Maizah memberikan uang merah pada pak Udin, setelah menerima uang kembalian dia segera pergi bersama Melati.
"Lain kali gak usah di ladenin ma," Ujar Maizah, keduanya berjalan memasuki rumah.
"Gak di ladenin malah ngelunjak zah,"
Melati meletakkan belanjaan di atas meja, sementara Maizah membuka kerupuk ubi kayunya. Aroma manis langsung memenuhi ruangan.
"Cobai deh by," Kata membawa kerupuk itu di depan Arvid yang duduk di ruang keluarga menonton televisi.
"Duh, enak banget kerupuknya. Gak pernah gagal emang kerupuk ini." kata Maizah, mengambil satu potong dan memakannya dengan lahap.
Maizah menyuapi Arvid, menatap bule itu dengan penuh harap, menunggu reaksinya. Mata cokelat Maizah berbinar-binar, penuh antusiasme. "Enak kan?" Tanya dengan antusias.
"Enak honey," Jawabnya dengan senyuman manis. Sedikit aneh di lidahnya tapi apapun itu jika istrinya yang berikan akan dia makan meskipun dia tidak menyukainya.
Maizah tersenyum manis, puas dengan jawaban Arvid. Ia kembali memakan kerupuk dengan lahap, sesekali melirik suaminya yang sedang berusaha menikmati camilan tersebut. Arvid meminum air putih yang tadi dibawakan Maizah, berusaha menghilangkan rasa sedikit aneh di lidahnya.
Namun, Maizah kembali menyuapi suaminya, dua gigitan kerupuk itu masuk ke mulut Arvid. Ia pasrah, mengunyah kerupuk itu dengan sabar, lalu kembali meneguk air putih. Ia memperhatikan istrinya dengan penuh perhatian.
Arvid tersenyum, melihat senyum bahagia istrinya. Makanan sederhana itu, kerupuk yang mungkin bagi sebagian orang dianggap biasa saja, mampu membuat Maizah begitu bahagia. Sebagai suami, tentu saja ia juga ikut merasakan kebahagiaan itu.
***
Di dalam kamarnya Melani tampak asik menonton drama dari laptop nya. Sudah beberapa jam perempuan itu habiskan menonton drama tersebut.
Huek
Saat melihat adegan pembunuhan dalam drama tersebut Melani seketika mual melihat darah dari dalam drama itu. Melani menutup mulutnya menahan mual.
"Baru kali ini aku mual liat kayak gini, hoek."
Tak Tahan Lagi Melani segera berlari keluar kamar menuju toilet. Romlah yang kebetulan ada di dapur melihat Melani muntah-muntah seperti itu segera menyusul.
"Ada apa Melani?" Tanya Romlah khawatir melihat putrinya muntah-muntah seperti itu. Memijat tengkuk Melani dengan pelan guna mengurangi rasa mual itu.
Tak ada yang keluar kecuali cairan bening. Melani membalas mulutnya dengan air mengalir di keran.
"Udah baikan?"
Melani menganggukkan kepalanya dengan lemah. Keduanya berjalan keluar dari toileg. Romlah segera mengambilkan air minum.
"Ini, minum dulu."
Setelah meminum air Melani berjalan menuju kamarnya di ikuti Romlah di belakang. Romlah menaikkan selimut saat Melani berbaring di kasur. Mengambil minyak wangi lalu mengucapkannya di kening putrinya itu.
"Usah di perut kamu nih, siapa tau kamu masuk angin karena pulang malam-malam kemarin, malah hujan lagi."
Dengan lemas Melani mengambil minyak itu lalu negoleskannya ke perut. Romlah keluar membuatkan teh hangat. Tak butuh waktu lama karena ada air di termos Romlah membawakan teh itu ke dalam kamar.
"Di minum ya, istirahat saja sana. Mama mau masak untuk makan siang."
Setelah meminum teh dan Romlah pergi ke dapur, Melani meraih ponselnya. Tanggal 29 terpampang di layar. Wajahnya pucat pasi. Ia teringat sesuatu, dan jantungnya berdebar kencang.
"Tiga pekan... hampir sebulan aku telat," gumamnya, suara hampir tak terdengar. Tangannya gemetar hebat hingga ponselnya terjatuh.
Dengan susah payah, ia menelan ludah. Ia mengetik pesan kepada Rizal, kekasihnya:
Melani: Sayang sepertinya aku hamil
Send.
Melani menggigit bibir, berbagai pikiran negatif bermunculan di dalam benaknya.
Ting!
Rizal: Beneran? Kamu enggak becanda kan?"
Segera melani mengetik, balasan dari Rizal membuatnya frustrasi.
Melani: Iya, mana mungkin aku becanda. Aku udah telah tiga pekan lebih, hampir satu bulan loh. Gimana ini yank? Aku takut banget, pokoknya kamu harus tanggung jawab!
Rizal: Kamu tenang dulu ya, nanti kita ketemu dan membicarakannya. Sekarang aku lagi kerja.
"Bagaimana bisa tenang?" Melani menggaruk kepalanya dengan kasar.
"Kalau Mama sampai tau bisa mati aku, bagaimana ini?"
"Aku butuh teskep, iya! Aku butuh itu untuk memastikannya. Semoga aku enggak isi. Tapi siapa yang beliin? Orang-orang di apotek pasti udah ngenalin kau, bisa bahaya kalau mereka tau."
Melani terus bergulat dengan pikirannya.
Rizal!
Kenapa dia enggak suru Rizal bawakan dia tespek saat menjemputnya nanti?
Melani: Sayang, nanti singgah di apotek beliin aku tespek ya
Tbc.
...Jangan lupa like dan komen agar author semakin semangat mengetiknya🤗...
...See ...
^^^Mawar Jk^^^
tpi thoo ini versi masih slow2nya y belom masuk perkonflikan tetangga resek si arvid Udh ketendang kmna thoor gk nongol Lgi ...🤔
1. Namanya realistis sesuai usia di tahun ini
2. Makananya tidak muluk-muluk
I love it!