Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 : RENCANA RICHARD
Melihat ketakutan dari sorot mata Velyn, bahkan sampai menitikkan air mata membuat Richard menghela napas panjang. Tatapan permohonan itu menusuk hingga jantungnya.
Richard geram, mengembuskan napas kasar lalu menegakkan tubuhnya. Jemari Velyn semakin menarik kuat, menggelengkan kepala sembari menatapnya. Richard melepas tangan Velyn dengan paksa, lalu memutar tubuh menghadap mertuanya. Velyn beralih menggenggam lengan Richard yang mengeras, karena mengepal dengan kuat.
“Diam semuanya!” berang Richard menggelegar di ruangan itu.
Tubuhnya menegang, sepasang matanya melotot dengan tajam. Menatap satu per satu yang berdiri di hadapannya.
“Kurang ajar kamu, berani membentak kami?” sentak Rendra menunjuk menantunya.
Senyum miring tercetak jelas di bibir Richard, lalu tertawa terbahak-bahak hingga membuat orang-orang itu saling menatap kebingungan.
“Tuan Narendra yang terhormat! Lihat putri Anda baik-baik! Orang yang selama ini Anda paksa sebagai pencetak uang!” Raut wajah Richard terlihat dingin.
Rendra hendak menyela, tapi Richard buru-buru mengangkat tangannya yang dicengkeram oleh Velyn. "Hei, buka mata Anda! Dia seorang perempuan! Lihatlah tubuhnya yang kurus seperti ini, karena siapa? Anda! Ayahnya sendiri!” teriak Richard beralih menggenggam jemari istrinya yang melemah.
Velyn menunduk dalam, air matanya mengalir semakin deras. Menjadi anak pertama, ia dididik dengan keras. Di pundaknya diberi beban yang sangat berat meskipun seorang perempuan. Dipaksa keadaan agar kuat dan bekerja keras.
“Lihat dia yang lemah ini, pucat seperti mayat hidup. Karena siapa? Anda, Tuan Narendra! Anda bisanya hanya terus menekan dan menyalahkan Velyn tanpa tahu dia pontang-panting seorang diri, ke sana ke mari memperjuangkan perusahaan Anda!” berang Richard meluapkan emosinya.
Ia sudah terbiasa mendapat teriakan, bentakan, tidak dihargai. Sama sekali tidak pernah memasukkan ke dalam hati. Baginya tidak penting dan hanya mengotori hatinya saja.
Tetapi, Richard tidak terima jika Velyn mendapatkannya. Bahkan di tengah kerja kerasnya yang sama sekali tidak dihargai. Ia melihat sendiri bagaimana Velyn berjuang mati-matian.
Diam, tidak ada yang berani bersuara. Semua mata tertuju pada Velyn yang menangis tersedu. Melepas semua sakit dan lelah yang selama ini menjeratnya. Tangannya masih mencengkeram lengan Richard.
“Apa arti keluarga bagi kalian, hah? Di saat ada masalah kalian justru angkat tangan. Membiarkan wanita kecil ini mati-matian seorang diri di luar sana dan justru menyalahkannya!” Richard mendecih, senyum remeh tercetak jelas di wajahnya. Ekor matanya memicing dengan tajam.
“Velyn tidak cerita, mana mungkin kami tahu,” sahut Sabrina hendak mendekat, tapi Richard menghadangnya.
Pria itu berdiri tegap, menatapnya tajam. Menunjukkan sisi lain di dirinya, yang selama ini terpendam. “Tidak bilang? Setelah bilang ternyata hanya ditekan, dimarahi, dipojokkan dan disalahkan! Siapa pun tidak akan mau cerita! Dan Anda, Ayah Mertua.” Richard beralih menunjuk Rendra.
“Ayah macam apa, Anda? Sudah tahu anaknya terbelit masalah, bukannya dirangkul, diajak bicara dan diberi solusi, Anda justru menekannya sampai hancur! Karena itulah Velyn stress berat! Asam lambungnya naik hingga membuatnya pingsan. Dan jika ini masih berlanjut, Velyn bisa menderita gerd. Anda tahu, hal ini bisa mengakibatkan kematian!” tegas Richard memaparkan hasil diagnosanya sewaktu memijat Velyn tadi.
Rendra mencebikkan bibirnya, memutar bola matanya malas dengan tangan terkepal. Semua terpatahkan oleh ucapan Richard, sehingga ia hanya bisa merapatkan bibirnya saja.
“Yasudah, lupakan dulu masalah perusahaan. Sekarang kesehatan Kakak. Ayo ke rumah sakit, Kak!” Debora menimpali dengan suara lirih, setelah sejak tadi hanya diam dan cukup terkejut akan sikap Richard.
Velyn menggelengkan kepalanya, meski pusing masih mendera. "Jangan, aku enggak mau. Please, Richard. Aku mau di rumah aja.” Lagi-lagi wanita itu merengek.
Richard melihat ketakutan dari netra sendu itu. Ia membelai puncak kepala Velyn sembari mengangguk.
“Biar aku saja yang merawat Velyn. Kalian semua keluarlah!” usir Richard tanpa menoleh.
“Mana bisa kamu dipercaya? Bagaimana kalau penyakitnya tambah parah?” sela Rendra.
“Anda tidak ingat waktu Anda sakit? Kalau bukan karena saya, Anda masih terbaring di atas ranjang!” Suara Richard terdengar dingin. Kembali merebahkan Velyn dan merapikan selimutnya. “Keluarlah, Velyn butuh ketenangan. Aku suaminya, tidak mungkin menyakitinya. Velyn tanggung jawabku!” lanjut Richard dengan tegas tanpa menoleh.
Manik Velyn tak berkedip, menatap Richard yang berada tak jauh darinya dan terlihat sibuk merawatnya. Ia tidak menyangka, dibela mati-matian oleh suaminya. Pria yang selama ini tidak pernah ia anggap, ia hina dan rendahkan. Nyatanya, kini justru bak malaikat tak bersayap.
Sabrina menarik suami dan putri bungsunya keluar dari kamar Velyn. Memberikan ruang dan waktu untuk putrinya itu, agar bisa menenangkan diri. Jujur, ia terkejut dan gelisah mendengar kondisi Velyn. Putri yang selama ini selalu terlihat kuat, nyatanya memendam semuanya sendiri.
Pintu tertutup dengan rapat, Richard meliriknya lalu beralih pada Velyn. “Kenapa tidak mau ke rumah sakit?” tanya lelaki itu basa basi.
Velyn menghela napas berat, matanya nanar menatap langit-langit, mengingat masa kelamnya di rumah sakit. “Aku pernah dirawat waktu masih sekolah, mungkin SMP. Suster kesulitan mencari pembuluh venaku, berkali-kali percobaan gagal. Dan kamu tahu, saat aku kesakitan seperti itu, tidak ada seorang pun yang menemaniku. Mereka sibuk sendiri, papa kerja, mama arisan sama temen-temen sosialitanya. Aku sendirian, butuh apa-apa nggak bisa.”
Richard menyeka air mata Velyn yang mengalir di kedua sudut matanya. Mendengarkan dengan saksama, curhatan sang istri.
“Sejak saat itu, aku selalu takut ke rumah sakit. Aku takut disuntik, sakitnya bukan main. Apalagi kalau obatnya dimasukin lewat infus, mau mati rasanya!” keluh wanita itu.
Sekarang ia mengerti, ternyata sejak dulu Velyn selalu diabaikan. Miris sekali, Richard merasa lebih beruntung dari Velyn. Karena ada kakek yang selalu memarahinya kalau dia salah.
Bahkan tak segan memberi hukuman seperti apa yang ia jalani selama ini. Ya, itu semua adalah wujud kasih sayang sang kakek, pengganti orang tuanya. Sayangnya, dulu ia tak menyadari. Justru menganggap kakeknya jahat dan tidak berperasaan. ‘Maafin Icad, Kek,’ batin Richard dalam hati.
“Jahat banget, senyum-senyum di atas penderitaan aku. Puas kamu ya?” gumam Velyn menarik tisu di samping lalu menyeka ingusnya.
“Dih! Pede banget senyumin kamu! Tunggu sebentar. Aku buatin bubur. Jangan makan sembarangan dulu,” balas Richard beranjak berdiri lalu segera bergegas keluar.
\=\=\=\=000\=\=\=\=\=
Satu jam kemudian, Richard kembali dengan satu mangkuk bubur, masih terlihat jelas asap yang mengepul dari mangkuk tersebut.
“Nunggu dingin ya. Masih panas,” ujar Richard meletakkannya di atas nakas.
Velyn menautkan alisnya bingung ketika melihat Richard yang kini membereskan beberapa helai pakaian miliknya ke koper. “Ada apa? Kenapa pakaianku kamu masukkan ke koper?” tanya Velyn tak beranjak. Kepalanya berdentum dengan kuat.
“Setelah makan, isi tenaga, aku ajak kamu liburan. Lupakan masalah perusahaan, lupakan masalah di rumah. Kamu harus happy, pikiran tenang, ini salah satu terapi agar cepet sembuh,” papar Richard tanpa menghentikan aktivitasnya.
“Kita? Berdua maksudmu?” tanya Velyn.
“Ya! Kalau ajak keluargamu yang ada tambah ribut!” ketus lelaki itu menyindir. Meski memang benar adanya.
Selesai memasukkan semua keperluan Velyn, Richard memesan taksi online dari ponselnya. Ia tidak ingin diganggu jika menggunakan mobil milik Keluarga Narendra.
“Ke mana?”
“Rahasia. Nanti juga tahu!” ucap Richard terlihat sibuk dengan ponselnya. Tak lama, ia kembali duduk di tepi ranjang. “Ayo makan, sebelum taksinya datang.” Richard membantunya duduk, lalu menyuapi sedikit demi sedikit.
\=\=\=\=0000\=\=\=\=
“Saya izin mengajak Velyn berlibur. Demi mempercepat proses penyembuhannya. Diizinkan atau tidak, saya tetap akan membawanya. Karena saya tidak ingin terjadi hal yang buruk pada Velyn. Saya akan membawanya kembali setelah kondisinya stabil. Permisi,” pamit Richard pada keluarga istrinya yang kini duduk di ruang tengah.
Setelah mengatakannya, Richard berbalik tanpa menunggu reaksi mereka. Ia membuka pintu dan meminta bantuan pada sopir taksi untuk membawakan koper yang sudah dia turunkan tadi. Kemudian berlari ke kamar untuk menjemput istrinya.
“Pelan-pelan aja,” ucapnya memapah tubuh lemah Velyn. Karena tak sabar, lelaki itu menggendong istrinya. Sempat terkejut, namun Velyn segera melingkarkan lengannya pada bahu kokoh sang suami. Matanya tak berkedip, melihat Richard dari jarak sedekat itu.
\=\=\=\=\=OooO\=\=\=\=\=
Perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Velyn yang masih lemah pun terlelap. Kepalanya berada di pangkuan Richard. Ia pasrah saja mau dibawa ke mana.
Diam-diam Richard menghubungi Delon untuk membantu Perusahaan Narendra, Delon tercengang karena sang bos meminta agar memberikan suntikan dana yang cukup besar. Kemudian meminta Delon merekomendasikan pada koleganya di luar negeri agar bekerja sama dengan Perusahaan Narendra.
Richard terkejut ketika Velyn terperanjat dari tidurnya. "Hei, kenapa?" tanya pria itu menyingkirkan ponsel.
"Cad!" Velyn mencengkeram kemeja Richard dengan kuat. Matanya membeliak lebar sembari menutup mulut rapat-rapat, saat sesuatu mendesak keluar dari mulutnya, "Mmmpph!"
"Kamu mu...."
Belum sempat tuntas kalimatnya, Velyn memuntahkan segala isi perutnya tepat di dada Richard.
Bersambung~
Thor jangan lama" up nya .. ini baca sambil ingat" sama alur ceritanya 😇