Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4. Persetujuan ku. TMPP
“Ma, kenapa bisa seperti ini?” tanya ku memegang tangan mama.
“Mama juga tidak tau sayang. bangun tidur, papa langsung ke toilet, keluar-keluar muntah d*rah.” Jawab mama.
Kedua mataku membulat mendengar hal itu.. Yang aku tau, papa selama ini sangat sehat. Dia olahraga dengan sangat teratur, rutin minum suplemen, makanan nya juga bergizi, walaupun papa vegetarian tapi semua kebutuhan tubuhnya tercukupi.
“Nyonya, keadaan Tuan saat ini jujur saja tidak terlalu baik. Ada sedikit komplikasi pada paru-parunya. Itu yang menyebabkan keluarnya d*rah. Untuk menyembuhkannya sebenarnya cukup mudah namun beliau harus rutin memeriksa diri ke rumah sakit dan saya rasa ini membutuhkan waktu yang lama. Saran saya saat ini, lebih baik Tuan jangan di kejutkan dengan hal yang membuat nya terguncang. Itu mungkin bisa membuat Tuan kambuh lagi. Saya akan tulis resep obat sementara. Untuk saat ini dan beberapa hari kedepan, Tuan lebih baik istirahat full sampai dia merasa lebih baik.” Jelas dokter Martin pada Mama.
“Dok, memang nya papa sudah separah itu? Papa punya gaya hidup yang sangat sehat dok? Maaf, bukannya tak percaya diagnosa dokter, tapi agak aneh saja penyakit itu muncul di tubuh yang sesehat itu.” Ucap ku makin penasaran.
“Nona, penyakit tidak muncul secara tiba—tiba, sebelum parah pastinya yang terjangkit sudah merasakan gejala nya. Sesehat apapun tubuh, tapi kalau pikiran dan hati tidak sehat juga percuma bukan? Semua bisa saja terjadi.”
Setelah pembicaraan itu, dokter memberikan secarik kertas resep obat pada mama lalu dia pun pergi dari rumah ini. Aku mendekati papa yang masih belum sadar. Ku genggam tangannya, entah kenapa ku merasa bersalah padahal aku sama sekali tidak melakukan apapun.
“Jimmy, tolong ya tebus obat papa.” Ucap mama pada adikku.
“Ya ma,” Jawab adikku dengan cepat dia langsung keluar dari sini.
“Rachel, tenang saja. papa nggak akan begini lagi. Mama tau kamu pasti syok melihat ini bukan? Mama juga tadi, kita tidak tau apa yang sebenarnya papa rasakan sebelum ini. Kamu tenang saja, kita percaya pada dokter juga ya?”
“Ma, apa papa begini karena Rachel? Papa sangat antusias kemarin, apa papa tau kalau aku akan menolak lamaran itu?”
“Sayang, mama tidak tau pastinya.”
“Pasti karena itu kan ma? Papa begini.”
Siang hari nya. di hari ini, aku sudah menghubungi salah satu teman ku agar dia bisa menggantikan ku mengajar. Ku tak tenang jika pergi di saat seperti ini. apalagi papa belum sadar sedari pagi. Aku menunggu di kamar papa sembari membaca buku ku. namun tiba-tiba, ku dengar suara rintihan papa.
“Papa? Papa…” Ku menghampiri papa yang sedang memegangi dadanya.
“Emmmh, Rachel? Dada papa kenapa sakit?”
“Iya pa, Rachel tau. Pa, minum dulu.” Aku membantu papa untuk duduk bersandar pada bantal lalu membantunya untuk minum.
Setelah meminum air, papa berkata. “Jam berapa ini sayang? Mana mana?”
“Jam 11 pa, mama sedang keluar sebentar pa.”
“Apa? papa kenapa? kenapa papa bisa tidur sangat lama?”
“Hemm, tidak apa-apa pa, papa katanya Cuma kecapean. Tapi papa harus rutin minum obat dan periksa ke dokter ya pa."
Papa terlihat tak percaya namun sepertinya dia masih terasa kesakitan, jadi dia tak jadi bertanya lagi.
15 menit kemudian, ku masih duduk di sebelah papa yang masih terlihat lemas. Namun tiba-tiba saja papa melihat ku dan memegang tangan ku.
“Rachel, bagaimana? Apa kamu setuju dengan lamaran dari keluarga Ayres?” Ucap papa dengan tatapan yang lemah padaku.
Ku diam sejenak dan menunduk, ku lihat papa lagi dan aku mengangguk memutuskan sesuatu terbesar dalam hidupku. Aku mengangguk dan menyetujui dan menerima lamaran itu. Sebagai anak yang berbakti, aku tak ingin kedua orang tua ku terbebani dengan prinsip ku. Anggap saja, ini sebagai bakti ku sebagai anak.
Mendengar jawaban ku, tiba-tiba papa kegirangan. Dia bereaksi dengan semangat seolah-olah tenaga nya kembali.
“Benarkah? Akhirnya.. Putri ku menikah juga...” Dia berselebrasi seolah-olah sedang menonton pertandingan sepakbola.
“Pa pa.. “ panggilku keheranan.
“Emmm? Ehh aaa sakittt awww..” tiba-tiba papa lemas lagi.
Ku tak merasa keanehan apapun karena ku sadar kalau hal itulah yang membuat papa bahagia. Setelah itu, mama kembali dan papa pun berselebrasi lagi dengan semangat. Aku senang melihat mereka senang.
Setelah mereka cukup berselebrasi, papa yang terus tersenyum menyuruh mama untuk mengambil telpon. Mama pun menurutinya.
Ku tersenyum melihat papa yang sangat bersemangat menekan nomer pada telpon yang dia pegang. Mama mendekati ku dan mengelus rambutku.
“Terimakasih sayang, berkat kamu papa jadi punya semangat lagi. mama juga sangat gembira akhirnya putri mama akan menikah juga.”
Mama memelukku, aku senang melihatnya juga tersenyum lebar dan menangis haru. Namun ku penasaran akan pria itu. Apa yang di bilang oleh mama dan papa memang benar? Entah kenapa ku tak mempercayai hal itu.
“Ma, bantu papa bersih-bersih ma. Mari kita ke rumah keluarga Asher langsung saja.” Ucap papa dengan membuang telpon yang dia pegang.
“Loh kenapa langsung pa? Papa kan lagi sakit. Bagaimana kalau kita kirim orang saja ke sana pa?”
“Tidak, tidak. Kalau untuk menikah kan putri papa, semua penyakit akan papa lawan ma. Ayo, kita ke sana.”
“Pa, Rachel tau papa bersemangat. Tapi kata dokter, papa harus full istirahat hari ini.” Sambung ku khawatir.
“Rachel, tidak. Papa sudah agak mendingan. Kamu tenang saja. Sayang, sekarang kamu kembali ke kamar kamu dan lakukan aktivitas kamu seperti biasa. Papa akan memberitahu kamu kabar nya lagi setelah papa dari sana. Oke?” Papa turun dari ranjang nya dan mendekati ku.
Karena papa yang keras kepala, aku tak tau harus berbuat apa lagi. seperti katanya, ku keluar dari kamar itu dan kembali ke kamar ku.
“Rachel..” Sapa Adikku dengan membawa sekantong sesuatu yang sepertinya adalah obat.
“Hmm? Apa?” Jawab ku membalas
“Papa memang sudah siuman?”
“Sudah, lagi mandi tuh.” Jawab ku singkat.
“Aish, sudah ku duga. Papa itu hanya berpura-pura, aish.. papa ini..” gerutu nya.
“Pura-pura? Jangan ngarang kamu. Kalau pura-pura, dokter tak akan meresepkan obat untuk papa.”
“Kamu nggak percaya? Ya sudah, terserah. Kelihatan sekali dari gelagat nya dan cara tidur nya tadi. Aish.. kenapa kakak ku polos sekali, pantas saja..” Ucapnya lalu menutup mulutnya.
“Aaaaa…” Teriak nya setelah ku putar dan kunci kedua tangannya.
“Berani lanjutkan? Ku patahkan tangan mu. Jangan di kira karena kamu adikku, aku bakal tak tega ya!” Ucap ku.
“Aaaa iya iya, lepas lepasin aaa.. sakitt…” rintih adikku dengan berlebihan.
Bersambung ..