Bianca, adalah wanita berusia dua puluh empat tahun yang terpaksa menerima calon adik iparnya sebagai mempelai pria di pernikahannya demi menyelamatkan harga diri dan bayi dalam kandungannya.
Meski berasal dari keluarga kaya dan terpandang, rupanya tidak membuat Bianca beruntung dalam hal percintaan. Ia dihianati oleh kekasih dan sahabatnya.
Menikah dengan bocah laki-laki yang masih berusia sembilan belas tahun adalah hal yang cukup membuat hati Bianca ketar-ketir. Akankah pernikahan mereka berjalan dengan mulus? Atau Bianca memilih untuk melepas suami bocahnya demi masa depan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seolah Kuat
Dengan perasaan hancur, mobil Bianca mengendarai mobilnya ke sebuah rumah dengan konsep villa yang berada di pinggir kota. Rumah ini menjadi hadiah pernikahan mereka yang diberikan oleh kedua orang tua Bianca.
Sebagai anak dari pengusaha kaya, Bianca adalah anak semata wayang yang selalu dimanja. Ia bisa mendapatkan segalanya hanya dengan mengucapkannya satu kata. Namun, rupanya nasib percintaan dan status keluarga tidak mampu membuatnya mendapatkan laki-laki yang baik.
Dering ponsel Bianca tidak berhenti, wanita itu menatap layar dan melihat siapa penelepon itu.
"Mama," lirih Bianca.
Pesta pernikahan yang akan digelar dua hari lagi, mengharuskan seluruh anggota keluarga datang. Begitu pula kedua orang tuanya yang tengah menjalankan bisnis di luar negeri.
Bianca sudah memesan tiket pesawat serta reservasi hotel mewah untuk semua sanak saudara serta teman-temannya yang datang dari luar kota.
Undangan telah disebar, tidak hanya pada orang-orang biasa, melainkan pada partner bisnis serta kolega keluarganya.
Bianca tidak menjawab ponsel yang terus berdering. Ia mematikan daya ponselnya saat sampai di rumah. Bianca mengeluarkan sebuah koper dari dalam lemari. Ia menuju sebuah kamar yang akan menjadi kamar pengantinnya bersama Darren.
Wanita itu dengan kesal mengambil semua pakain milik Darren yang sudah lebih dulu ada di rumah ini. Tidak satupun barang-barang Darren yang tertinggal, Wanita itu mengemas semua ke dalam koper besar.
Tidak seorang pun boleh menginjak harga dirinya, apalagi keluarganya. Bianca tidak membayangkan betapa kecewa dan malunya kedua orang tuanya jika mengetahui hal ini. Anak kesayangan mereka dicampakkan seperti sampah oleh laki-laki yang sudah mereka percaya.
"Aku tidak akan membiarkan diriku diperlakukan seperti sampah!" batin Bianca.
Wanita itu menyeret koper besar dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Setelah mengunci pintu rumah, ia memacu mobilnya menuju rumah keluarga Darren berada.
***
"Kak Bianca, kenapa datang malam-malam begini?" gumam seorang bocah laki-laki berusia sembilan belas tahun. Ia adalah Daniel Evano, adik dari Darren.
Daniel melihat mobil Bianca memasuki halaman rumahnya, sementara ia baru saja pulang dari rumah sahabatnya.
Daniel memarkirkan motor sportnya di belakang mobil Bianca, ia melihat calon kakak iparnya keluar dari mobil dengan raut wajah berantakan. Masih terlihat jelas air mata yang mengering di pipi Bianca, juga mata sembab serta tubuh yang gemetar.
"Kak, ada apa?" tanya Danial menghampiri calon kakak iparnya.
Bianca tidak menjawab, ia membuka bagasi mobilnya dan mengeluarkan koper besar yang sudah ia siapkan.
"Biar aku bantu," tawar Daniel saat melihat Bianca kesulitan mengangkat koper yang terlihat berat. Namun belum sempat bocah itu menyentuh koper di tangan Bianca, wanita itu menepisnya.
Daniel tidak mengerti, ia juga tidak punya keberanian untuk bertanya. Melihat sikap tidak biasa Bianca, Daniel hanya tahu bahwa ada hal serius yang telah terjadi.
Dengan kekuatan penuh, Bianca menyeret koper dan berniat membawanya masuk ke dalam rumah Darren. Sementara Daniel hanya berjalan di belakangnya.
Saat Bianca berada di depan pintu, sebuah pemandangan mengejutkan membuat Bianca semakin teriris sakit.
Darren, laki-laki yang ia cintai, laki-laki yang dua hari lagi resmi menjadi suaminya, kini duduk bersama wanita lain yang sangat ia kenali di ruang tamu.
Darren yang tiba-tiba melihat kedatangan Bianca, segera berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri wanita itu. Darren mencengkram lengan Bianca dengan mata membulat lebar.
"Beri aku kesempatan untuk menjelaskan semua ini pada orang tuaku, kau tidak perlu ikut campur. Pergilah!" ucap Darren.
Bianca menatap laki-laki itu penuh kebencian, ia menepis kasar tangan yang mencengkram lengannya.
"Bagaimana bisa aku tidak ikut campur saat kau adalah laki-laki yang menghancurkan hidupku?"
Bianca membanting koper yang ia seret, lalu mendorong tubuh Darren agar menyingkir dari hadapannya.
"Tidak, kau harus pergi!" Darren menarik Bianca dengan kasar dan hampir membuat wanita itu jatuh.
"Kak, apa yang kau lakukan? Ada apa denganmu!" seru Daniel. Bocah itu mendorong Darren karena tidak suka melihatnya bersikap kasar pada Bianca.
"Jangan ikut campur!" Darren melotot sambil menunjuk tepat di depan wajah adiknya.
***