**Prolog**
Di bawah langit yang kelabu, sebuah kerajaan berdiri megah dengan istana yang menjulang di tengahnya. Kilian, pangeran kedua yang lahir dengan kutukan di wajahnya, adalah sosok yang menjadi bisik-bisik di balik tirai-tirai istana. Wajahnya yang tertutup oleh topeng tidak hanya menyembunyikan luka fisik, tetapi juga perasaan yang terkunci di dalam hatinya—sebuah hati yang rapuh, terbungkus oleh dinginnya dinding kebencian dan kesepian.
Di sisi lain, ada Rosalin, seorang wanita yang tidak berasal dari dunia ini. Takdir membawanya ke kehidupan istana, menggantikan sosok Rosalin yang asli. Ia menikah dengan Kilian, seorang pria yang wajahnya mengingatkannya pada masa lalunya yang penuh luka dan pengkhianatan. Namun, di balik ketakutannya, Rosalin menemukan dirinya perlahan-lahan tertarik pada pangeran yang memikul beban dunia di pundaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
Hari ini Rosalin mendengar bahwa ayah mertuanya yaitu raja Arthur akan memberikan informasi mengenai pemilihan raja untuk memimpin kerajaan Narnia
Rosalin menjadi penasaran hal seperti apa yang akan di katakan oleh raja Arthur untuk memilih siapa yang lebih pantas dan berhak untuk menduduki singgasana nya
Apakah Wiliam yang selama ini di gadang-gadang akan menjadi penerus tahta kerajaan selanjutnya?
ataukah Kilian yang selama ini berusaha keras menunjukan bahwa dirinyalah yang pantas menjadi raja selanjutnya?
...***...
Ruang makan kerajaan dipenuhi suasana formal, namun lebih intim dibandingkan aula besar. Meja panjang dihiasi lilin-lilin mewah dan hidangan istimewa. Di ujung meja, Raja Arthur duduk dengan tenang, memancarkan wibawa yang tak terbantahkan. Di sebelah kanannya, Ratu Evelyne duduk dengan anggun, senyumnya terukir sempurna, tetapi ada sesuatu di matanya yang sulit diterjemahkan.
Di sisi kiri Raja Arthur, Pangeran Kilian duduk diam, mengenakan topengnya yang khas. Di sampingnya, Rosalin tampak anggun, mengenakan gaun sederhana yang tetap memancarkan kecantikannya. Tatapannya sesekali mengarah pada Kilian, yang sejak tadi tidak banyak bicara.
Pangeran William duduk di sisi lain meja bersama Elena. Wajah William memancarkan percaya diri, sementara Elena tersenyum lembut, tapi sesekali pandangannya menajam ke arah Rosalin, terutama saat Rosalin berbicara dengan Kilian.
"Semua sudah berkumpul. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan malam ini."
Semua perhatian terpusat pada sang raja. Raja Arthur meletakkan gelas anggurnya dengan perlahan, memastikan bahwa setiap kata yang akan diucapkannya diperhatikan.
"Kerajaan membutuhkan seorang penerus. Sebagai raja, tugasku memastikan pewaris takhta adalah seseorang yang benar-benar pantas memimpin. Untuk itu, aku memutuskan untuk mengadakan kompetisi."
Rosalin sedikit terkejut, tetapi dia tidak menunjukkan reaksinya terlalu jelas. Sebaliknya, William langsung mencondongkan tubuhnya ke depan.
Wiliam terlihat bersemangat setelah mendengar ucapan raja Arthur
"Kompetisi? Apa yang akan diuji, Ayah?"
"Keberanian, kecerdasan, strategi, dan hati yang murni. Kompetisi ini akan menguji segalanya. Ini bukan hanya pertarungan fisik."
Kilian mengangkat kepalanya sedikit, menatap Raja Arthur melalui topengnya.
"Aku mengerti. Jika itu keinginanmu, Ayah."
Rosalin melirik Kilian, dan tanpa sadar dia meletakkan tangannya di atas tangan Kilian di bawah meja. Kilian sempat terkejut, tapi tidak menarik tangannya. Sebaliknya, dia membiarkan Rosalin menggenggamnya, meski sikapnya tetap dingin di luar.
Rosalin semangat mengeratkan genggamannya pada tangan kilian, seolah mengucapkan bahwa Rosalin akan selalu mendukungnya
Kilian melirik Rosalin, dan untuk pertama kalinya malam itu, ada senyuman tipis yang hanya bisa dilihat Rosalin.
Sementara itu, Elena yang duduk di seberang mereka memperhatikan interaksi kecil itu dengan pandangan yang sulit disembunyikan. Senyumnya menipis, dan dia mengetuk-ketukkan jarinya di meja dengan pelan, seolah sedang menahan sesuatu.
sedangkan ratu Evelyn, seperti halnya dengan orang tua diluar sana dia terlihat memuji Wiliam, dan tanpa sadar membandingkannya dengan Kilian.
"Kompetisi seperti ini tentu akan memperlihatkan siapa yang benar-benar pantas. William sudah menunjukkan banyak pencapaian luar biasa. Bukankah begitu, Yang Mulia?"
Ratu Evelyne memandang Raja Arthur dengan senyum manis, tetapi pandangannya sekilas melirik Kilian, seolah sengaja mengesampingkannya.
"Kompetisi ini adil untuk semua. Aku tidak memihak siapa pun."
Nada Raja Arthur terdengar tegas, tetapi tatapannya sedikit lama tertuju pada Kilian, seolah ingin melihat reaksinya. Kilian tetap tenang, meskipun tangannya sedikit mengepal di bawah meja.
Mendengar dukungan dari Bunya tentu saja membuat kepercayaan diri Wiliam meningkat
"Kalau begitu, aku akan mempersiapkan diriku. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan siapa yang benar-benar pantas."
Elena menimpali ucapan Wiliam dengan antusias
"Kami yakin kamu akan melakukannya dengan baik, William."
Rosalin menoleh, menangkap nada suara Elena yang terlalu percaya diri. Tatapan Elena meliriknya sesaat, lalu kembali ke William dengan senyum sempurna, seolah-olah Rosalin bukanlah tandingannya
"Besok pagi, prajurit akan mengumumkan kompetisi ini kepada rakyat. Mulai sekarang, bersiaplah. Kompetisi ini akan menguji kalian hingga batas terakhir."
Saat makan malam selesai, suasana di ruang makan tetap terasa tegang. Rosalin berjalan berdampingan dengan Kilian ketika mereka meninggalkan ruangan.
Rosalin memulai percakapan di antara mereka
"Kilian..."
"Hm?"
"Apa kamu... khawatir tentang ini?"
Kilian berhenti sejenak, menatap Rosalin. Lalu, dengan suara rendah, dia berkata:
"Aku tidak khawatir tentang kompetisi. Yang membuatku khawatir adalah kamu."
Rosalin terdiam, terkejut mendengar kata-kata itu.
"kenapa aku?"
Rosalin mempertanyakan kenapa malah dirinya yang di khawatirkan?
"selama ini tidak banyak orang yang mengenalmu, tapi setelah berita ini di sampaikan kepada semua orang, kita akan menjadi pusat perhatian"
"lalu kenapa dengan hal itu?"
"hidupku tidak sesederhana bayangmu Rosalin, aku memiliki banyak musuh yang tersembunyi, setelah mengetahui keberadaanmu, akan lebih mudah bagi mereka untuk menjatuhkan ku"
Rosalin merenung sekejap mendengar ucapan Kilian, memang benar dia tidak mengetahui seperti apa kehidupan suaminya ini
"Tenang saja Kilian, jangan terlalu memikirkan ku, fokus saja kepada tujuan mu"
Di ujung koridor, Ratu Evelyne memperhatikan mereka dari kejauhan, senyum tipisnya kembali muncul, seperti seseorang yang menyimpan rencana rahasia.
...***...
Terimakasih karena telah menjadi pembaca setia cerita silhoute of love ❤️
Jangan lupa like komen dan vote❤️
---
Bagaimana, Dea? Apakah versi ini sesuai?
semoga ceritanya sering update