Di dunia di mana kekuatan adalah segalanya, Liu Han hanyalah remaja 14 tahun yang dianggap aib keluarganya. Terlahir dengan bakat yang biasa-biasa saja, dia hidup dalam bayang-bayang kesuksesan para sepupunya di kediaman megah keluarga Liu. Tanpa ayah yang telah terbunuh dan ibu yang terbaring koma, Liu Han harus bertahan dari cacian dan hinaan setiap hari.
Namun takdir berkata lain ketika dia terjebak di dalam gua misterius. Di sana, sebuah buku emas kuno menjanjikan kekuatan yang bahkan melampaui para immortal—peninggalan dari kultivator legendaris yang telah menghilang ratusan ribu tahun lalu. Buku yang sama juga menyimpan rahasia tentang dunia yang jauh lebih luas dan berbahaya dari yang pernah dia bayangkan.
Terusir dari kediamannya sendiri, Liu Han memulai petualangannya. Di tengah perjalanannya menguasai seni bela diri dan kultivasi, dia akan bertemu dengan sahabat yang setia dan musuh yang kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Final
Setelah empat pemenang babak delapan besar diumumkan, arena utama dipenuhi oleh sorakan dan bisikan penonton yang antusias menantikan babak final. Liu Han, Li Cao, Ruolan, dan Xiao Wan berdiri berdampingan di tengah arena, dikelilingi oleh para tetua dan pengawas.
Salah satu tetua senior melangkah maju, membawa sebuah kotak kecil berisi gulungan kertas yang masing-masing bertuliskan nama peserta.
“Untuk menentukan siapa melawan siapa dalam babak ini, kami akan melakukan pengundian,” kata tetua itu dengan nada tegas.
Murid-murid menahan napas, suasana hening. Liu Han memandang kotak itu dengan tenang, meskipun ada sedikit antisipasi dalam matanya.
Tetua mulai menarik gulungan pertama dan membukanya. “Peserta pertama: Liu Han.”
Bisik-bisik terdengar di kerumunan, beberapa terdengar terkejut tetapi tidak heran.
Tetua itu kemudian menarik gulungan kedua. “Peserta kedua: Li Cao.”
Kerumunan langsung riuh, dengan banyak murid yang mulai membicarakan betapa menariknya pertandingan itu.
“Liu Han melawan Li Cao? Bukankah mereka sering terlihat bersama?”
“Ini pasti akan menjadi pertarungan yang luar biasa.”
Di arena, Li Cao menoleh ke Liu Han dengan senyum lebar. “Saudara Liu, akhirnya kita harus bertarung, ya?”
Liu Han balas tersenyum. “Sepertinya takdir memutuskan demikian. Aku sudah menantikan ini, Saudara Li.”
Tetua melanjutkan pengundian untuk pasangan berikutnya. “Peserta ketiga: Ruo Lan.”
“Dan lawannya adalah… Xiao Wan.”
Dengan pengundian selesai, tetua itu melangkah mundur dan mengumumkan, “Pertandingan pertama: Liu Han melawan Li Cao. Bersiaplah!”
Saat Liu Han dan Li Cao melangkah ke tengah arena, sorakan penonton semakin membesar. Keduanya berdiri berhadapan, saling menatap dengan senyum tipis di wajah mereka.
“Saudara Liu,” kata Li Cao sambil memutar tombaknya di tangan, “kau tahu aku tidak akan menahan diri, bukan?”
Liu Han tertawa kecil. “Aku juga tidak berharap kau melakukannya. Tapi bagaimana jika kita membuat kesepakatan?”
“Katakan.”
“Kita hanya menggunakan kekuatan fisik. Tanpa energi spiritual, Aku ingin melihat sejauh mana kekuatan fisikmu telah berkembang.”
Li Cao mengangkat alis, tetapi kemudian dia tersenyum. “Menarik. Aku setuju. Tapi jangan menyesal kalau kau kalah.”
Liu Han menggeleng. “Justru aku ingin melihat sejauh mana kau bisa melangkah, Saudara Li.”
Keduanya membuang senjata mereka ke tepi arena, meninggalkan hanya tubuh dan tekad mereka sebagai senjata. Penonton terkejut dengan keputusan itu, tetapi ini hanya menambah daya tarik pertarungan mereka.
Gong dibunyikan, menandakan dimulainya pertandingan.
Li Cao bergerak lebih dulu, meluncur dengan kecepatan tinggi ke arah Liu Han. Dia melancarkan pukulan cepat ke arah dada Liu Han, tetapi Liu Han dengan gesit menghindar dan membalas dengan tendangan rendah yang memaksa Li Cao mundur beberapa langkah.
“Kau menjadi lebih cepat,” komentar Liu Han sambil mengambil posisi bertahan.
“Kau juga,” balas Li Cao sambil tersenyum, menyerang lagi dengan kombinasi pukulan dan tendangan.
Pertarungan berlangsung dengan kecepatan tinggi. Keduanya saling bertukar serangan dengan presisi luar biasa, memanfaatkan refleks dan ketahanan fisik mereka untuk tetap berdiri.
Li Cao meluncurkan serangan lutut yang hampir mengenai dagu Liu Han, tetapi Liu Han berhasil memblokirnya dengan lengannya. Dia memanfaatkan celah itu untuk melancarkan pukulan ke arah bahu Li Cao, membuatnya sedikit terpental.
“Tidak buruk, Saudara Li,” kata Liu Han dengan napas teratur.
Li Cao tertawa kecil, meskipun dahinya sudah mulai berkeringat. “Aku belum selesai.”
Keduanya melanjutkan pertarungan, serangan demi serangan mendarat dengan kekuatan penuh. Penonton terpukau dengan intensitas pertandingan, terutama karena mereka tahu bahwa keduanya tidak menggunakan energi spiritual sama sekali.
Li Cao mencoba melakukan serangan melingkar dengan tendangan tinggi, tetapi Liu Han menangkap kakinya dan menjatuhkannya ke tanah. Namun, Li Cao dengan cepat berguling dan bangkit kembali, melancarkan pukulan mendadak yang hampir mengenai perut Liu Han.
Pertarungan itu berlangsung selama hampir sepuluh menit, jauh lebih lama dari kebanyakan pertandingan sebelumnya. Pada akhirnya, Liu Han berhasil menemukan celah dalam pertahanan Li Cao. Dengan gerakan cepat, dia mengunci lengan Li Cao dan menjatuhkannya dengan bantingan yang bersih.
Li Cao tergeletak di tanah, tetapi dia tertawa keras, mengangkat tangannya. “Aku menyerah. Kau menang, Saudara Liu.”
Tetua pengawas mengangkat tangan Liu Han. “Pemenang: Liu Han!”
Penonton bersorak, meskipun beberapa terlihat kagum dengan ketahanan dan semangat Li Cao.
Liu Han membantu Li Cao bangkit, menepuk bahunya dengan senyum hangat. “Kau benar-benar luar biasa, Saudara Li. Kau membuatku bekerja keras kali ini.”
Li Cao tertawa. “Aku harus lebih banyak berlatih. Tapi aku senang bisa bertarung denganmu seperti ini.”
Keduanya meninggalkan arena bersama, menerima sorakan dari penonton. Meski Liu Han memenangkan pertarungan itu, persahabatan mereka semakin erat.
Dengan Liu Han yang melangkah ke penentuan posisi pertama dan kedua, semua mata kini tertuju pada pertandingan berikutnya: Ruo Lan melawan Xiao Wan.
Bersambung...