NovelToon NovelToon
DOSEN PILIHAN OMA

DOSEN PILIHAN OMA

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa
Popularitas:898.6k
Nilai: 4.6
Nama Author: UQies

Calon suaminya direbut oleh sang kakak kandung. Ayahnya berselingkuh hingga menyebabkan ibunya lumpuh. Kejadian menyakitkan itu membuat Zara tidak lagi percaya pada cinta. Semua pria adalah brengsek di mata gadis itu.

Zara bertekad tidak ingin menjalin hubungan dengan pria mana pun, tetapi sang oma malah meminta gadis itu untuk menikah dengan dosen killernya di kampus.

Awalnya, Zara berpikir cinta tak akan hadir dalam rumah tangga tersebut. Ia seakan membuat pembatas antara dirinya dan sang suami yang mencintainya, bahkan sejak ia remaja. Namun, ketika Alif pergi jauh, barulah Zara sadar bahwa dia tidak sanggup hidup tanpa cinta pria itu.

Akan tetapi, cinta yang baru mekar tersebut kembali dihempas oleh bayang-bayang ketakutan. Ya, ketakutan akan sebuah pengkhianatan ketika sang kakak kembali hadir di tengah rumah tangganya.

Di antara cinta dan trauma, kesetiaan dan perselingkuhan, Zara berjuang untuk bahagia. Bisakah ia menemui akhir cerita seperti harapannya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UQies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE #14

"Ingat! Selama melakukan kegiatan di daerah orang, tolong jaga diri, jaga kesehatan, dan yang terakhir, jaga nama baik kampus kita! Selamat ber-KKP, semoga semua urusan kita berjalan dengan lancar."

.

.

Suara nyanyian para mahasiswa terdengar begitu kompak mengiringi perjalanan bus menuju ke sebuah desa pagi itu. Bak sebuah liburan, wajah para mahasiswa tampak begitu bahagia dan ceria, termasuk Zara.

"Jaga kesehatanmu di sana, Nak. Oma sangat merindukanmu. Setelah dari sana, insya Allah kami akan mengunjungimu."

Mata Zara berkaca-kaca mendengar suara wanita yang sangat ia rindukan dari sambungan telepon. Ia kemudian mengangguk sambil berkata, "insya Allah habis dari sini Zara akan mengunjungi Oma dan Ibu."

"Bukan kamu yang ke sini, Nak, tapi kami yang ke situ," balas Oma Ratna meluruskan.

"Bagaimana bisa, Oma? Ibu, 'kan, sakit."

"Memang, Nak, tapi suamimu itu sangat baik. Dia mendatangkan dua suster untuk mengurus ibumu, ditambah seorang asisten rumah tangga untuk membantu Oma beres-beres rumah dan memasak."

Zara terdiam sejenak dengan alis berkerut mendengar perkataan sang nenek.

"Zara? Kamu masih di sana, 'kan, Sayang?"

"Eh, iya. Oma, sebenarnya pekerjaan Pak Alif itu apa? Bagaimana bisa dosen yang katanya baru masuk di kampus selama dua tahun bisa memiliki rumah mewah, membayar suster dan pelayan yang tidak sedikit? Apa Pak Alif ada pekerjaan lain?"

"Zara sayang, kamu masih panggil suamimu Bapak? Kamu bahkan belum tahu pekerjaan suamimu? Apa jangan-jangan kamu juga belum seranjang dengan suamimu?" tebak Oma Ratna dengan rentetan pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh Zara.

"Be-belum, Oma," jawab Zara pelan.

"Astaghfirullah, Nak. Apa sampai sekarang kamu belum bisa keluar dari rasa takutmu atau memang kamu yang tidak ingin keluar dari rasa takut itu?"

Zara terdiam tak mampu menjawab pertanyaan sederhana dari sang nenek. Dalam hati menyadari jika selama ini dirinyalah yang sengaja tak ingin keluar dari rasa takut itu. Bahkan, ia dengan sengaja memasang tembok penghalang di antara dirinya dan sang suami.

"Itu ... anu, Oma. Zara ...." Rasanya Zara benar-benar bingung harus menjawab bagaimana pertanyaan dari Oma Ratna. Ia tahu jawabannya, tetapi untuk menjawab ia merasa kesulitan.

"Sudahlah, Nak. Sekarang oma tanya, apa suamimu ikut dalam KKP kamu ini?"

"Tidak, Oma. Pak Alif membimbing kelompok lain."

Hening sejenak. Terdengar helaan napas kasar dari seberang telepon. "Baiklah kalau begitu, Nak. Oma cuma mau ingatkan, kamu sekarang sudah jadi istri. Bahkan sudah satu bulan kamu memiliki status itu, belajarlah membuka hatimu dan tunaikan kewajibanmu." Oma Ratna menghentikan perkataannya sejenak.

"Tadi kamu bilang suamimu membimbing kelompok lain. Berjanjilah pada oma, jika misalnya suamimu datang di tempatmu, belajarlah berubah. Itu artinya dia sangat peduli padamu."

Panggilan pun berakhir. Zara tertunduk menatap layar ponselnya yang kini sudah berwarna hitam. Begitu banyak yang ia pikirkan. Antara kewajiban dan ketakutan, bagaimana ia menghadapi keduanya?

Kurang lebih beberapa jam berlalu, bus yang membawa mahasiswa KKP kelompok A tiba di sebuah desa yang cukup jauh dari kota. Fasilitas kesehatan yanga ada di desa itu hanya puskesmas.

Beberapa tokoh masyarakat menyambut kedatangan para mahasiswa sekaligus pembimbingnya dengan suka cita di desa itu. Namun, dari dua pembimbing yang ada, hanya satu yang datang sore itu, yaitu Naufal Wijaya.

"Kak Zara, Ibu Maya tidak datang untuk penerimaan besok, yah?" tanya Fina-seorang mahasiswi yang juga merupakan junior Zara di kampus.

"Tidak, Fin. Mungkin besok atau lusa. Toh, udah ada Pak Naufal yang mewakili. Dosen pembimbing juga tidak diwajibkan datang tiap hari di sini," jawab Zara.

Setelah berjuang mengejar ketertinggalannya dalam nilai hingga berderai air mata, kini Zara berhasil mencapai titik saat ini walaupun tidak bisa bersama kedua sahabatnya karena terpisah kelompok. Meski begitu, ia tetap sangat antusias menjalaninya.

.

.

Pagi telah tiba. Kicauan burung merdu mengiringi langkah kaki para mahasiswa menuju puskesmas di desa itu. Pakaian rapi dan lengkap dengan almamater membuat mereka terlihat begitu berwibawa .

Hari ini akan dilakukan penerimaan mahasiswa KKP oleh kepala puskesmas. Naufal yang sudah ada sejak malam pun tampak begitu tampan dengan pakaiannya yang sangat rapi. Tentu saja penampilan dosen baru itu berhasil membuat para mahasiswi terpesona dalam diam.

Sayangnya, hal itu tidak berlaku pada Zara. Ia hanya fokus berjalan sambil sesekali mengamati ponselnya. "Tak ada apa-apa. Memangnya aku menunggu apaan?" Wanita itu membuang napas lesu, lalu menyimpan ponselnya.

"Kenapa dengan hapenya? Lagi nunggu pesan dari seseorang, yah?" tanya Naufal pelan sambil menyelaraskan langkah lebarnya dengan langkah Zara yang lebih pendek.

"Nggak, Pak. Hanya lihat jam, kok," jawab Zara sedikit gelagapan karena ternyata ada yang mendengar gerutuan kecilnya

"Oh, kirain," ucap Naufal sambil tersenyum.

Percakapan mereka hanya berlangsung singkat karena telah tiba di puskesmas Uluhati. Pandangan Zara tak sengaja menangkap sebuah mobil yang sangat ia kenali terparkir tidak jauh dari tempatnya saat ini. Alis wanita itu berkerut, sebuah dugaan muncul dalam benaknya.

"Apa itu mobil Pak Alif?" Gegas ia melangkah mendekati mobil itu untuk memastikan plat mobilnya, dan benar saja, mobil itu adalah mobil sang suami. Tetapi bagaimana bisa? Setahu Zara, Alif membimbing kelompok B.

"Ada apa? Apa tak melihat saya semalam saja sudah membuat kamu rindu?" Zara membolakan mata mendengar suara pria dari belakang.

Zara jelas tahu siapa pemilik suara itu, tetapi entah kenapa, tiba-tiba rasa gugup hinggap di hatinya. Ingin berbalik pun rasanya malu.

Berjanjilah pada oma, jika misalnya suamimu datang di tempatmu, belajarlah berubah. Itu artinya dia sangat peduli padamu.

Zara menelan salivanya dengan susah payah. Perkataan sang nenek tiba-tiba kembali terngiang di kepalanya. Apa benar dia peduli? Jika memang begitu, mengapa dia selalu dingin dan tak pernah senyum? Rentetan pertanyaan yang ia tak tahu jawabannya kini merayap perlahan mengganggu pikiran wanita itu.

"Ekhem, tidak apa-apa, Pak. Permisi." Tanpa ingin melihat wajah sang suami, Zara langsung berbalik dan lari meninggalkan pria yang kini diam-diam tersenyum tipis.

.

.

Kegiatan di puskesmas berakhir pada sore hari. Semua mahasiswa yang tadinya bertugas di beberapa tempat di puskesmas kini pulang bersama. Sementara dosen pembimbing yaitu Naufal dan Alif telah pulang ke rumah kepala desa lebih dulu usai kegiatan penerimaan berakhir.

"Guys, sebelum pulang ke rumah kepala desa, ayo lihat air terjun di sana? Katanya di sana indah banget, loh!"

"Boleh, boleh, aku tak pernah lihat air terjun secara langsung."

Semua mahasiswa itu pun kompak memutuskan untuk berbelok ke jalan menuju tempat air terjun yang di arahkan oleh salah satu pemuda di desa itu.

Jalanan setapak yang sedikit licin dan becek karena baru saja diguyur hujan membuat perjalanan mereka sedikit sulit dan butuh tenaga ekstra. Namun, setelah beberapa meter berjalan, rasa lelah mereka terbayarkan ketika mendapati air terjun yang sangat indah. Beberapa kali mereka mengambil gambar di sekitar air terjun itu. Ekspresi takjub tak pernah lepas dari wajah mereka, termasuk Zara.

"Pulang, yuk! Udah mau maghrib, nih!" ujar Zara mengingatkan sambil berjalan hendak menjauhi air terjun itu. Namun, akibat kurang hati-hati, ia terpeleset dan jatuh ke dalam sungai tersebut.

Ingatan Zara seketika kembali pada kejadian dua tahun lalu. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Seketika usahanya untuk berusaha menyelamatkan diri hilang. Pikiran dan tubuhnya tak sinkron. Ia ingin selamat, tetapi tubuhnya seolah benar-benar pasrah dengan keadaan.

Dalam keputusasaan, lagi-lagi sebuah harapan muncul. Bagai de javu, pria dengan bekas luka di tangan kembali datang menolongnya bagai malaikat pelindung. Bedanya, kali ini Zara masih sadar sehingga bisa melihat dengan jelas wajah si empunya tangan dari dalam air

"Dia ...."

.

.

#bersambung#

.

Terima kasih sudah membaca cerita ini, mohon dukungannya selalu, yah kakak-kakak dengan cara like, komen, vote, dan giftnya 🥰

1
Angel Santos
Luar biasa karyamu kak
UQies (IG: bulqies_uqies): Alhamdulillah, terima kasih kak 🥰
total 1 replies
Ina Karlina
terus berkarya ya author dan tetap semangat 👍👍🥰
Ina Karlina
ah ter nyata mereka berdua sama2 saling mencintai 😁
Ina Karlina
terima dengan bahagia tentu nya🌹🥰
Ina Karlina
sepertinya yang di calonkan dengan iba itu pk Yusuf
Ina Karlina
kalau jodoh takkan ke mana
Ina Karlina
ahir nya hadir juga calon Alif junior..tapi sayang suami nya jauh.. bagaimana kalau ngidam nanti
Ina Karlina
hadeh si oelakir mulai ber aksi rupanya .dasar emang ya ga tau diri tuh s lita 🤦🤦🤦
Ina Karlina
air mata buaya udah biarkan saja biar tau rasa atas segala sikap sombong nya itu 😡
Ina Karlina
ooh ternyata s Fina mata mata nya s lita.
Ina Karlina
ya udah tinggal keluar aja ya pak Alif jadi dosen juga karena zarra ini
Ina Karlina
memaaf lantai tidak untuk mengajak tinggal bersama ..cukup bersikap biasa saja itu lebih baik..
Ina Karlina
wah dasar perempuan ular.. jangan mau zarra..enak aja bisa bisa nanti s Alip di rebut juga sama dia karena tau suami mu sgt kaya😡
Ina Karlina
lah pa kades ganggu orang yang lagi mojok ...
Ina Karlina
ha ha ha malu pasti tuh zarra
Ina Karlina
seperti nya Zara salah faham deh yang menyelamatkan dia bukan Naufal tapi alif
Ina Karlina
dapat bonus he he😁😁😁
Ina Karlina
treng treng pas ketemu ternyata dia s SBK 😁😁
Ina Karlina
ha ha di tembak langsung oleh SBK..apa ga syok tuh Zahra..🤭
Ina Karlina
bencanamu bertambah Zara sepertinya calon jodoh mu orang yang kamu benci si SBK 😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!