Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#27
Aga membangunkan Keyla dengan lembut, ia mengusap pipi Keyla yang semakin tirus. "Key aku sudah membeli sarapan untukmu. Nanti di makan ya. Setelah itu jangan lupa untuk meminum obatmu." Ucap Aga sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Keyla.
Keyla mengerjapkan matanya berulang- ulang. Ia benar- benar kesusahan untuk membuka kedua matanya yang membengkak karena menangis semalaman. Keyla memilih kembali memejamkan matanya saat Aga mengusap lembut keningnya. "Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi padamu sampai kamu seperti sekarang tapi percayalah apapun masalahmu kamu tidak sendirian. Ada aku disini." Ucap Aga lalu mengecup singkat kening Keyla sebelum pergi.
Keyla menghela nafasnya masih dengan mata yang menutup. Ia masih mencerna ucapan dan perlakuan Aga kepada dirinya. "Apa aku boleh egois dengan menahanmu untuk tetap berada di sisi gadis penyakitan sepertiku." Ucap Keyla lirih sambil menitikan air matanya.
.
.
Sepulang sekolah ketiga sahabatnya kembali datang. Mereka sudah mencoba untuk mengajak Keyla berbicara tapi hanya tatapan datar saja yang mereka bertiga dapatkan.
Feli menghela nafasnya. "Key sebenarnya ada apa denganmu?" Tanya Feli sambil meraih tangan Keyla namun di tepis. Feli menatap Keyla dengan tatapan sendu, ia tahu sahabatnya ini sedang tidak baik- baik saja. "Apa kami ada salah denganmu?"
Keyla hanya terdiam lalu mengalihkan pandangannya.
"Jika kamu tidak berbicara bagaimana kami bisa tahu apa yang kamu rasakan saat ini? Bagaimana kami bisa tahu kesalahan apa yang sudah kami lakukan sampai kamu mendiamkanku seperti ini. " Kali ini Nico yang berbicara dengan nada yang sedikit kesal.
Keyla merebahkan dirinya lalu menarik selimut sampai batas dadanya. "Key.. " Panggil Aga saat melihat Keyla memejamkan matanya.
"Aku lelah. Tolong tutup kembali pintunya saat kalian keluar." Ucap Keyla dan mengabaikan tatapan kesal yang di tunjukkan oleh ketiga sahabatnya.
"Key tidak bisa kah kita berbicara dulu.. "
"Aku lelah Ga." Potong Keyla.
"Kamu pikir kamu saja yang lelah. Kita juga lelah Key.. " Saut Nico yang sudah tidak tahan dengan sikap Keyla.
Keyla mendudukkan dirinya lalu tersenyum miris. "Lelah. Akhirnya aku mendengar kata- kata itu." Ucap Keyla lirih.
Feli menggelengkan kepalanya. "Nico tidak bermaksud berkata seperti itu Key."
"Lalu apa maksudnya?" Tanya Keyla sambil menatap Feli. " Jika lelah maka pulang ke rumah kalian, aku tidak pernah menyuruh kalian untuk kesini. Bukankah dari kemarin aku sudah menyuruh kalian untuk tidak kesini." Ucap Keyla.
"Key. Bukan begitu, kita hanya peduli dengan kamu." Bela Aga.
"Maka jangan peduli. Jangan pernah peduli lagi kepadaku." Ucap Keyla meninggikan suaranya. Akhirnya hal yang ia takutkan benar- benar terjadi. Satu persatu orang yang ia sayangi pergi meninggalkannya. "Tinggalkan aku. Aku ingin sendiri."
"Key maaf. Aku benar- benar tidak bermaksud berkata begitu. " Kata Nico sambil menatap sendu Keyla. Ia menyesali perkataannya barusan. Sungguh ia tidak ingin berkata seperti itu.
Keyla menatap Nico. Ia benci tatapan itu. "Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak ingin di kasihani."
"Kami tidak mengasihanimu Key." Feli berusaha meraih tangan Keyla tapi kembali di tepis.
"Lalu apa?" Tanya Keyla. Ia menatap satu persatu wajah sahabatnya. "Keluar kalian dari sini. Aku ingin sendiri." Ucap Keyla sambil terisak. "Aku mohon tinggalkan aku sendiri. Aku tidak butuh kalian. Aku tidak ingin belas kasihan dari kalian."
"Key." Kali ini Aga yang memanggil. Ia mendekat lalu memeluk tubuh Keyla. Keyla berusaha melepaskan pelukkan Aga.
Masih berusaha untuk melepaskan pelukkan Aga." Aku mohon pergi dari sini. Tinggalkan aku sendiri."
"Tidak. Aku tidak akan meninggalkan kamu sendirian dengan kondisi kamu yang seperti ini." Tolak Aga semakin mengeratkan pelukkannya.
"Seperti apa maksud kamu? Apa seperti orang yang penyakitan?" Tanya Keyla setelah berhasil melepaskan pelukkan Aga. "Kamu sama saja dengan mereka. sekarang aku mohon kalian keluar dari sini. Aku tidak ingin melihat kalian lagi." Ucap Keyla sinis.
"Tidak.."
"Baik jika kalian bertiga tidak mau pergi maka aku yang akan pergi dari sini." Ancam Keyla sambil menyibak selimutnya.
"Oke." Putus Aga. "Kami bertiga yang akan pergi."
Setelah kepergian ketiga sahabatnya Keyla kembali menangis sampai ia terlelap.
.
.
Keyla menghilang sudah hampir satu minggu dan tak ada satupun orang yang tahu di mana keberadaannya sekarang.
Aga dan mahen benar- benar terlihat kacau. Mereka sudah mencari Keyla di beberapa tempat yang kemungkinan Keyla kunjungi bahkan sampai di beberapa rumah sakit tetapi nihil.
"Sebenarnya kamu kemana Key." Ucap Mahen lirih.
Mahen sendiri baru mengetahui berita tentang hilangnya Keyla. Ingin menyalahkan ketiga sahabat adiknya itu juga tidak mungkin. Ia hanya bisa menghela nafasnya putus asa. Mahen bingung harus mencari keberadaan aduknya kemana lagi.
.
.
FLASH BACK ON
Keesokkan harinya Keyla memutuskan untuk pergi ke sekolah mengurus izinnya untuk mengikuti kelas online selama kondisinya masih seperti ini. Setelah sampai di sekolah Keyla langsung berjalan menuju ke ruangan kepala sekolah. Saat dalam perjalanan ia melihat feli dan Nico tapi Keyla memilih abai dan berpura- pura tidak melihat mereka berdua.
Setelah mendapatkan izin Keyla bergegas untuk pulang untuk mengemasi barang- barangnya.
Untuk sementara ia memutuskan menerima tawaran dari suster Tasya untuk tinggal bersamanya. "Maaf membuat kamu menunggu. tadi ada sedikit masalah di rumah sakit." Ucap Suster Tasya. "
Keyla tersenyum." Tidak apa- apa bu. Lagi pula Keyla juga belum lama menunggun." Jawab Keyla.
"Biar ibu saja." Ucap suster Tasya sambil mengambil alih koper dari tangan Keyla lalu memasukkannya ke dalam bagasi. "Kita berangkat sekarang ?" Tanya suster Tasya yang langsung di jawab anggukkan kepala oleh Keyla.
FLASH BACK OFF
Keyla mendudukkan dirinya di kursi yang berada di teras rumahnya. Rumah sederhana yang baru di ia beli beberapa hari yang lalu di bantu oleh suster Tasya. Ya, Dengan sedikit pertimbangan ia memutuskan untuk menggunakan uang yang selalu ia terima setiap bulan entah dari siapa.
Keyla mendongakkan kepalanya menatap langit pagi ini yang terlihat begitu cerah.
"Kelas online mu sudah selesai sayang." Tanya suster Tasya.
Keyla menggelengkan kepalanya. "Belum bu. Ini masih jam istirahat." Jawab Keyla. Ia mengalihkan tatapannya ke arah laptop saat mendengar suara Aga dan Feli yang sedang bercakap- cakap dengan gurunya.
"Kamu baik- baik saja sayang?" Tanya suster Tasya yang melihat Keyla menangis.
Keyla menghapus air matanya kasar. "Keyla baik- baik saja bu. Keyla hanya rindu dengan mereka." Jawabnya.
"Apa kamu tidak ingin memperbaiki semuanya?" Tanya suster Tasya lembut.
"Memperbaiki semuanya." Keyla mengulang ucapan suster Tasya lalu menggelengkan kepalanya. "Keyla rasa tidak ada yang perlu di perbaiki lagi bu. Keyla melakukan semua ini karena memang ini yang paling terbaik. Keyla menyayangi mereka bu. Keyla tidak ingin melihat mereka bersedih. Lebih baik Keyla yang tersakiti dari pada mereka yang tersakiti karena kepergian Keyla nanti."