Mila Agatha telah menjalani 11 tahun pernikahan penuh dengan cinta dari suaminya, namun tidak ada rumah tangga tanpa ujian. Pernikahan yang ia jalani terasa hampa tanpa kehadiran seorang anak di antara mereka, berbagai macam cara sudah ia lakukan namun nihil.
Hingga suatu hari ia harus menerima suatu kenyataan pahit yang membuatnya begitu terluka.
Akankah Mila sanggup untuk melewati ujian pernikahan yang ia jalani?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Brakkk.. Brakk.. Brakkk..
Suara benda berjatuhan di ruangan CEO. Para pengawal yang berjaga di luar ruangan langsung berlari masuk ke dalam ruangan itu dengan raut wajah cemas nya.
"Tuan kecil jangan lakukan itu saya mohon, tuan muda pasti akan marah nanti." Mohon sang manager yang juga ikut masuk keruangan bosnya dan menangkap laptop yang di lemparkan oleh Kenzo.
Namun Kenzo tak mengindahkan peringatan yang di ucapkan oleh sang manager itu, ia terus membuang barang-barang yang berada di meja kerja daddy nya.
"Tuan kecil ayo turun lah kau bisa jatuh dan terluka nanti " mohon manager itu berusaha meluluhkan hati Kenzo.
Namun Kenzo tak mau mendengar nya. Ia bersedekap dada sambil mencebikan bibirnya menatap tajam ke arah sang manager.
"Iblis kecil ini memang sangat menggemaskan tapi juga menyebalkan!" gumam sang manager dalam hatinya.
"Ada apa ini?'' tanya seorang pria tampan dengan tubuh tegap nya datang memasuki ruangan yang kini terlihat sangat kacau dan berantakan. Lalu ia melihat ke arah putra kecilnya menatapnya dengan tatapan mata tajam membuat Kenzo menundukkan kepalanya.
Ini yang sudah kesekian kalinya Kenzo menghancurkan ruang kerja sang daddy. "Kenzo tatap mataku saat aku berbicara dengan ku!" tegas pria itu dengan nada dingin nya.
Pria itu menatap wajah Kenzo dengan tangannya yang di masukkan ke dalam kantong celananya. Dia adalah Ravindra Adyaksa seorang CEO muda tampan dengan satu anak yang ia besarkan sendirian.
Ravindra menghela nafas panjang menatap wajah putra semata wayangnya. "Bereskan semua kekacauan ini." Perintahnya pada Juna asisten pribadi nya.
"Baik tuan!" Juna pun langsung memerintahkan kepada anak buahnya untuk membereskan ruangan itu dan mengganti semua barang yang rusak dengan yang baru.
Sedangkan Kenzo masih dengan mode diam nya, ia masih sangat kesal pada sang daddy yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak pernah ada waktu untuk bermain dengannya.
"Kenzo ini adalah kesekian kalinya kau melakukan kesalahan. Dan ini adalah peringatan terakhir untuk mu jika kau melakukan hal semacam ini lagi maka aku tidak akan segan-segan untuk mengirim mu ke luar negeri." Ancam Ravindra pada putra kecilnya. Kenzo yang mendengar ancaman Ravin hanya diam dan mengeratkan giginya dan menatap Ravindra dengan penuh kemarahan.
"Juna kemana asisten baru itu apakah dia sama seperti yang sebelum-sebelumnya?" tanya Ravindra pada asisten pribadi nya.
"Sepertinya begitu tuan."
Sudah dua puluh enam pengasuh, sekaligus asisten pribadi untuk Kenzo yang sudah pergi begitu saja meninggalkan tempat kerjanya tanpa mengatakan hal apapun. Itulah yang membuat Ravindra Merasa sangat kesal dan frustasi dengan tindakan yang dilakukan oleh putra kecilnya.
"Kenzo sebenarnya apa mau mu?" tanya Ravin sambil terus meredam emosi nya.
"Mommy!" jawab kenzo dengan cepat.
"Sudah cukup Kenz, jangan bertingkah seperti anak kecil." Bentak Ravindra pada putranya. Membuat Kenzo langsung lari ketakutan.
"Mommy! mommy!" teriak Kenzo sambil terus berlari meninggalkan ruangan daddynya.
"Kenzo tunggu, mau kemana kau!" Ravindra langsung bergegas mengejar Kenzo di ikuti para pengawal yang ada di sana.
"Kenzo kembalilah." Ravin sedikit berteriak memanggil putranya.
*
*
Di tempat lain Mila baru membuka matanya setelah dua hari ia tak sadarkan diri. "Kak syukurlah kau sudah bangun." Ucap Mia sambil memeluk tubuh kakaknya dengan sangat erat.
"Memangnya aku kenapa?" tanya Mila sedikit terkekeh melihat ekspresi adiknya. Mila sedikit mengangkat tubuhnya agar ia bisa duduk bersandar namun perutnya terasa sangat sakit saat ia menggerakkan tubuhnya sendiri.
"Awhh.. Kenapa perut ku sakit sekali." Gumam Mila lirih.
"Kak apa kau baik-baik saja?" tanya Mia dengan raut wajah cemas nya.
Mila terseyum pada adiknya. "Kakak tidak apa-apa dek" Ucap Mila menyembunyikan rasa sakit itu dari adiknya, Mila tidak ingin jika adiknya khawatir dengan keadaan nya saat ini.
"Apa kau yakin kak?" tanya Mia meneliksik wajah kakaknya.
"Kamu nggak usah khawatir dek kakak baik-baik saja tolong ambilkan minum, tenggorokan kakak rasanya kering sekali.'' Mila pun mulai mengalihkan perhatian adiknya.
Dengan cepat Mia pun mengambilkan air mineral yang ada di atas nakas dan memberikan nya kepada Mila.
"Aku tahu kak perut mu pasti masih terasa sakit setelah keguguran itu. Tapi mungkin rasa sakit itu tidak seberapa jika di bandingkan rasa sakit di hatimu, setelah kau tahu kebenaran yang terjadi padamu saat ini." Batin Mia.
"Aku pasti akan memberi tahu mu saat waktunya nanti kak. Aku janji!''
"Dek kenapa melamun?" tanya Mila sambil melambai lambaikan tangan nya di depan wajah sang adik.
"Aku lapar kak, kau tunggu sebentar ya aku mau cari makanan dulu." Mia pun mulai beralasan pada kakaknya untuk pergi keluar dari ruangan itu, agar kakaknya tidak curiga saat ini dirinya tengah bersedih.
"Jangan lama-lama!" ucap Mila yang sedikit berteriak dan memegangi perutnya yang terasa sakit.
"Kenapa dengan perutku ini kenapa sakit sekali?" gumam Mila sambil meringis menahan rasa sakit yang menyiksa dirinya.
Dengan perlahan ia akan turun dari brankar pasien untuk pergi ke kamar mandi. Namun ia urungkan saat mendengar suara pintu yang terbuka, dan menampakkan pria yang membuatnya berakhir di rumah sakit saat ini.
Hendra datang bersama dengan wanita yang bergelayut manja di sampingnya. Mila hanya menatap wajah suaminya yang sudah menyisakan trauma mendalam di dalam dirinya.
Pria yang dulu begitu sangat mila cintai dan begitu ia banggakan. Kini telah menghancurkan cinta dan kepercayaan dalam hidup Mila dalam sekejap mata, sampai tak tersisa sedikit pun. hanya menyisakan rasa sakit yang begitu dalam di dalam hatinya kini.
"Ada apa kau datang kemari?" tanya Mila dengan nada dinginnya, tanpa menatap pada pria yang sudah sebelas tahun hidup bersama dengan nya.
Hendra terseyum sinis melihat istri pertama nya. Ia tak merasa kasihan ataupun merasa bersalah dengan apa yang sudah ia lakukan pada Mila beberapa hari yang lalu.
"Mungkin ibu ku benar. Kau adalah nasib buruk untuk ku maka dari itu mari kita bercerai." Hendra langsung menyodorkan sebuah kertas beserta pulpen ke hadapan Mila.
Mila menatap ke arah kertas yang kini berada di hadapannya perlahan ia mengambil dan membaca isi di dalamnya. Mila tersenyum sinis dan langsung membubuhkan tanda tangan di atas kertas tersebut lalu menyimpan kembali ke tempat saat ia mengambilnya.
Dengan cepat Hendra langsung mengambil kertas tersebut dan berlalu pergi meninggalkan mila tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi.
''Hanya sebatas itukah Cinta mu untuk ku mas? sebelas tahun kita hidup bersama melewati semua suka dan duka bersama, membangun rumah impian kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Namun nyatanya kau lah yang menduakan cinta kita, mengkhianati ku dan meninggalkan ku begitu saja bahkan kau mengatakan bahwa aku adalah nasib buruk untuk mu."
Air mata Mila pun luruh begitu saja setelah kepergian Hendra yang lebih memilih istri keduanya. Di bandingkan dengan Mila yang sudah menemani nya selama sebelas tahun lamanya.
Bersambung
aduhh/Facepalm//Grimace/