Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 09
BENAR-BENAR GILA!
Langkah Almo berjalan cepat menuju seorang pria berkaos hitam yang tengah menunggu kedatangannya di dekat mobil yang dia gunakan.
Almo menatap dengan tajam dan tergesa-gesa. “Che cosa? (Apa)?" tanya nya langsung ke inti.
“Nyonya Lorella ingin Anda datang ke pesta pertunangan Tuan Sergio.” Ucap pria itu penuh hormat.
“Thanks.” Darr!!! Almo langsung menembakkan peluru tepat ke wajah pria malang tadi hingga darah muncrat akibat jarak dekat yang Almo lakukan.
Pria itu langsung bergegas pergi meninggalkan anak buah Lorella begitu saja. Dia sama sekali tidak peduli dengan nyawa seseorang, dan tidak peduli bagaimana keluarga mereka akan menangisi kepergian orang-orang yang sudah Almo bunuh tanpa belas kasih.
“Tuan Almo, apa Anda akan datang ke Milan?” tanya Enzo sekedar ingin tahu karena dia juga harus menyampaikan pesan jelasnya kepada Lorella. Jika tidak, maka akan terjadi bentrokan.
“Tentu saja tidak.” Jawab pria itu masih tak peduli.
Enzo berhenti sejenak, lalu kembali mengikuti langkah bosnya yang seolah-olah tengah mencari keberadaan seseorang. Sambil berkerut alis, Almo benar-benar mencari keberadaan Luna dan bayi yang dia gendong.
“Sialan.... Di mana dia?" gumam pria itu menahan kekesalannya.
Almo tak menyadari bahwa pesawat yang baru saja terbang, itulah kepergian Luna saat ini. Syukurlah wanita tak berpapasan dengan Almo— jika tidak, maka pria itu mungkin akan mengambil anak yang dia gendong dan membunuhnya.
“Zo!!" panggil Almo.
“Cari tahu seluruh penumpang disetiap penerbangan hari ini. Cepat!!!" pintanya sedikit emosi.
“Baik Tuan." Enzo bergerak cepat memakai kepandaiannya untuk melacak hingga menyogok keamanan di sana. Jika tidak bisa disogok, maka dia terpaksa harus mengancam mereka sampai memberikan izin untuk memperlihatkan daftar keseluruhan penumpang.
Dan tentunya Almo menyuruhnya mencari satu nama saja. Luna Diaz!
...***...
Beberapa jam berlalu. Almo terduduk di jet pribadinya, menopang pipi dengan tangan kirinya.
Setelah beberapa jam menunggu nama pencarian. Akhirnya Enzo menghampirinya dengan membawa hasil yang tepat. “Tuan Almo!”
Pria dengan tatapan tegas dan kesetiaan itu menunjukkan hasil yang dia temukan. “Luna Diaz! Dia pergi ke Sisilia bersama beberapa anak-anak di panti." Jelas Enzo yang didengar oleh Almo.
“Tepat sekali!" gumam pria itu menyeringai licik.
Dia benar-benar akan merebut haknya sebagai seorang ayah jika memang benar anak yang digendong oleh Luna adalah anaknya.
Melihat diamnya Almo, Enzo pun mulai mempertanyakan hal lain. “Maaf Tuan Almo! Saya belum sempat mencarikan wanita— ”
“Tidak perlu. Aku sudah menemukan yang tepat dan aku akan merebutnya.” Ucap Almo benar-benar akan membunuh ibu dari anaknya??? Yang benar saja.
...***...
Milan — Italy
Terlihat Sergio baru saja tiba dan melihat ibunya selesai berbincang serius dengan salah satu anak buahnya.
“Ada apa?" tanya Sergio berkerut alis dan berdiri menatap sang ibu yang nampak menahan amarah.
“Da Costa sialan itu membuatku pusing saja. Jika saja aku tidak ingin merebut warisan Morrone, aku tidak akan meminta ataupun berbincang dengannya.” Jelas Lorella si wanita paruh baya berambut pirang cerah sebahu.
Sergio menatap malas jika harus mendengar soal Almo. “Panggil saja dia Almo! Da Costa juga akan menjadi milik kita.” Tegur Sergio sehingga Lorella pasrah.
“Lupakan saja. Dia tidak akan pernah tahu ada tempat lain yang Morrone sembunyikan.” Ujar Lorella menyeringai licik. Mendengar hal itu, Sergio sendiri berkerut alis tanda bahwa dia sendiri juga tak tahu masalah tempat yang ibunya maksud tadi.
“Tempat apa?”
“Kau tidak perlu tahu. Ciao!" Lorella pun pergi dengan jalan bak model dan pakaian elegan.
.
.
.
“Ahhh.... Ssshhh~ yes, fuck me please!!!” Racau tak karuan Rebecca yang saat ini berada di atas pangkuan Sergio sambil bertelanjang dada.
Tentu, sebelum pertunangan di mulai, mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu! Suara desahan serta geraman dari dua insan yang kini tengah berhubungan intim membuat ruangan di sana seperti panah karena gairah.
“Oohhhh~ Haaaa~ ” terlihat wajah Rebecca yang nampak lega saat dia dan Sergio berhasil mencapai puncak permainan mereka.
Cup! Pria itu mencium dan sedikit mengigit pundak polos Rebecca.
“Apa saudaramu itu tidak akan datang?" tanya Rebecca sambil ngos-ngosan.
“Aku tidak tahu, kenapa kau bertanya?”
“Hanya sekedar ingin tahu. Dia cukup menarik!" ucap Rebecca terus terang hingga Sergio langsung mencengkram lehernya dengan kuat.
“Tapi sayangnya kau harus menikah denganku bukan dengannya!" ucap Sergio mengingatkan kembali akan kenyataan yang ada.
Rebecca melepaskan tanah Sergio dari lehernya, lalu bangkit dari pangkuan pria itu dan berdiri di atas lantai. “Jika bukan karena bisnis Nyonya Lorella, mungkin aku akan mendekatinya!" ucap si Rebecca si jalang keturunan konglomerat.
Sergio menyeringai tak habis pikir. “Itu jika dia mau denganmu!” sindir Sergio. Entahlah, bagaimana hubungan keduanya itu, tapi yang pasti mereka masih terbebas jika ingin bersetubuh dengan yang lain. Dasar gila!
...***...
Sisilia
“Baiklah!!! Karena kita menempuh cukup jauh, jadi kita akan melanjutkan tour nya besok. Oke!!!” ucap Luna kepada anak-anak yang hanya menjawabnya pelan karena mereka begitu mengantuk.
Tentu, pendaratan pesawat baru saja sampai pukul 10 malam, jadi tak salah jika anak-anak itu kelelahan.
Tak membutuhkan waktu lama bagi Luna memesankan kamar penginapan di sana agar anak-anak beristirahat terlebih dahulu. Dan untungnya, Luna mendapatkan tempat yang cukup bagus untuk melihat pemandangan. Meski penginapan tersebut harus menaikkan beberapa tangga dengan penampilan gaya bebatuan berwarna keramik alami dengan lampu kuning yang cukup cocok.
Sreeeekkk!!! Sebuah gorden baru saja Luna buka sehingga memperlihatkan pemandangan yang cukup luas dan memperlihatkan sebuah jet pribadi milik Almo yang melintas tepat di depannya dengan jarak yang cukup jauh.
Tapi Luna masih bisa melihatnya. Wanita itu tersenyum tipis dan merasa lega karena perjalanan mereka sangat mulus.
“Saatnya menyegarkan tubuh lalu tidur untuk aktivitas besok!” gumamnya yang sengaja membiarkan gorden terbuka.
...***...
“Mari Tuan Almo!” ucap Enzo yang selalu setia menemani bosnya kemanapun dia pergi.
Tak lupa Almo melepas kacamata hitamnya dan berjalan menuju mobil hitam seusai dia turun dari jet pribadi nya.
“Pastikan tidak ada yang mengikuti." Pinta Almo kepada anak buahnya yang lain sebelum dia benar-benar pergi menaiki mobilnya menuju ke Mansion pribadi milik sendiri.
“Baik Tuan, kami akan memeriksanya." Balas pria berkaos hitam tadi dengan tegas.
Tak lama, mobil Almo bergerak pergi dengan penjagaan yang tak begitu ketat tapi sudah dipastikan bahwa itu akan aman.
Selama di perjalanan, Almo terus saja mengingat Luna yang saat itu menggendong seorang anak, bahkan wanita itu tersenyum lebar saat bersamanya. -‘Apa benar dia anakku? Jika benar, aku tidak perlu repot-repot mencari wanita lain. Aku bisa membunuhnya dan merebut anakku. Tapi— ’
Almo terdiam saat dia kembali mengingat kejadian intim bersama Luna di malam itu.
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung