Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Pagi harinya ...
Di Bandung saat ini Zidan tengah bersama dengan Elfian, mereka membahas tentang William yang katanya tengah diterpa rugi besar karena banyak yang membatalkan kerjasama dan dari masalah itu perusahaan Ibnu Abbas mendapatkan kerja sama dengan beberapa pengusaha yang membatalkan kerjasama dengan William.
Perusahaan Ibnu Abbas beruntung tapi mereka hanya memilih beberapa orang dari perusahaan saja karena Ibnu Abbas tidak mau membuat William bermasalah dengannya.
Elfian mengambil beberapa dokumen yang isinya adalah rencana pembangunan yang akan Zidan dan William lakukan nantinya.
"Aku sudah membaca dengan detail semuanya dan menurut aku bagus," ucap Elfian.
"Baiklah, maka itu saja yang akan aku berikan pada tuan William," ujar Zidan.
"Aku merasa kasihan pada tuan William tapi mau bagaimana lagi, aku turut bahagia karena tuan William punya seorang anak." Elfian mengambil ponselnya sambil membaca kembali berita yang tersebar itu.
Zidan hanya terdiam sambil memikirkan Claudya yang belum pulang dari Jakarta, sungguh Zidan sangat takut kalau Claudya berubah pikiran dan mau menikah dengan William. Mengingat hubungan antara William dan Karisa memang kurang baik.
Zidan menatap ponselnya karena sejak semalam dia mengirimkan pesan pada Claudya tapi tidak mendapatkan jawaban dari Claudya.
"Kemana Claudya? Apa jangan-jangan dia sedang senang-senang disana bersama dengan tuan William, astaga kenapa aku menjadi berpikir begini? Harusnya aku senang karena Ayah Agni sudah ditemukan." Zidan melamun karena merasa sakit hati dengan kenyataan ini.
"Woy." Elfian mengagetkan Zidan yang sedang melamun, membuat Zidan replek saja langsung memukul tangan Elfian.
"Kenapa lu? Hati-hati ya nanti kesambet setan jatuh cinta," ujar Elfian.
"Huh, mana ada setan jatuh cinta," gerutu Zidan.
"By the way, Zidan. Bagaimana hubungan lu dengan Claudya?" tanya Elfian.
Zidan menatap pada Elfian, tapi tangannya langsung mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Zidan memakai jaket yang menggantung di dinding ruangan itu.
"Doakan saja, kalau gak sekarang pasti nanti." Zidan pergi dari sana.
"Nanti kapan? Lama-lama Claudya diambil orang, awas Zidan. Lu nyesel nanti," teriak Elfian menggoda Zidan.
Zidan naik kedalam mobil dan akan pergi dari sana menuju ke arah cafe tempat Rian bekerja, walaupun hubungan mereka kurang baik tapi mereka memiliki rasa solidaritas yang tinggi, apa lagi mereka dekat karena ingin merencanakan kebahagiaan untuk Claudya.
Sesampainya di cafe itu, Zidan langsung masuk dan duduk di sana bersama dengan Rian yang sebelumnya sudah Zidan beri kabar.
"Sepi tidak ada Claudya dan Agnia," ucap Rian membuka obrolan.
Zidan menganggukan kepalanya, padahal baru saja Claudya pergi kemarin tapi mereka sudah merasa kesepian. Bagaimana nantinya kalau Claudya menikah dengan pilihannya dan pergi dari kampung itu, mungkin mereka akan sangat kesepian apa lagi Rian yang sudah sangat sayang sekali pada Claudya.
"Katanya hari ini pulang," ucap Zidan.
Rian menatap pada Zidan tidak percaya.
"Kata siapa?" tanya Rian yang ragu pada Zidan, bukan karena tidak percaya tapi Rian tau kalau Claudya tidak membalas pesan darinya. Bahkan Claudya juga sepertinya tidak memegang ponsel sama sekali.
"Kata Claudya sebelum pergi, dia sempat mengirim pesan padaku." Zidan berucap sambil melamun.
Rian mulai takut pada William karena pria itu sangat terkenal di Jakarta, Rian takut kalau Claudya diancam untuk menikah dengan William. Bagi orang kaya, istri banyak itu bukan masalah dan yang saat ini Rian takutkan adalah Claudya dijadikan istri kedua oleh William.
"Bagaimana kalau Claudya menikah dengan William?" tanya Rian menatap serius pada Zidan.
Zidan menggelengkan kepalanya membantah hal itu.
"Gak mungkin, aku gak akan setuju." Zidan menolak mentah-mentah pertanyaan Rian.
"Aku, apa lagi. Tapi kamu tau'kan kalau William itu cukup berpengaruh, bagaimana kalau orang tuanya menginginkan Claudya? Atau yang lebih parahnya lagi Claudya diancam untuk menikah dengan William kalau tidak mereka akan mencelakai Agnia." Rian semakin jauh memikirkan tentang Claudya, rasa takut itu seolah muncul begitu saja di pikiran Rian.
Zidan mendengus kesal karena Rian semakin membuatnya takut kehilangan Claudya.
"Sudahlah, aku akan pergi saja dari pada disini bersama dengan kamu yang selalu memikirkan hal aneh." Zidan pergi dari sana meninggalkan Rian.
"Ini semua karena kamu Zidan!" teriak Rian sontak saja membuat semua pelanggan di sana menatap padanya.
**
Semuanya berkumpul diruang tamu karena pagi ini keluarga Rasman kedatangan keluarga Lasmana yang sudah pasti mendengar kejadian semalam dari Karisa, memang kehidupan keluarga William sekarang tidak akan tenang karena masalah ini.
"Drama lagi," batin Rasman.
Mereka tidak akan memulai pagi dengan sarapan tapi justru mereka akan memulai dengan masalah karena bukan hanya orang tua Karisa yang datang justru pengacara Karisa juga datang ke sana.
Anjani turun bersamaan dengan Claudya dan Agnia, pertama kali bertemu dengan Claudya membuat Anjani sayang pada Claudya bahkan sekarang Anjani mulai membela Claudya walaupun kejadiannya yang salah adalah Claudya dan William.
"Tuan Rasman, saya sebagai pengacara Nona Karisa. Saya akan mengakhiri permasalahan diantara kalian, jadi tolong tenang supaya kita bisa memecahkan masalah ini," ujar pengacara Karisa memulai percakapan diantara mereka.
Hanya anggukan saja yang Rasman lakukan sebagai balasan, sungguh dia sangat muak dengan Karisa dan keluarganya. Kalau saja Rasman dahulu tidak dibantu oleh Lasmana mungkin Rasman tidak akan merasa berhutang budi pada keluarga Karisa.
"Dari masalah ini yang salah itu adalah Claudya dan tuan William," seru pengacara mengatakan hal demikian tanpa tau kenyataannya.
"Jaga ucapan anda. Pak, Claudya tidak salah kalau kamu mau menyalahkan maka salahkan saja William dan Karisa." Anjani menyela ucapan pengacara karena dia rasa kalau semuanya berawal dari hubungan antara William dan Karisa.
"Tolong Bu, anda tenang. Baiklah saya lanjutkan, kejadian ini terjadi sebelum Tuan William dan Nona Karisa menikah, tapi yang salah adalah mereka melakukan perbuatan ini tanpa adanya status perkawinan. Dan dimana yang sudah kita ketahui bersama kalau seorang anak lahir dari hubungan tanpa ikatan pernikahan maka nasab anaknya diberikan pada Ibunya, Tuan William tidak berhak memberikan nafkah pada anak itu, bahkan kalau sampai Tuan William mati pun maka anaknya itu tidak berhak mendapatkan warisan," jelas pengacaranya itu.
Karisa diam-diam tersenyum senang karena dia akan menang sekarang, tapi tidak akan semudah itu karena orang tuanya William sangat bahagia mempunyai cucu, mereka pasti akan bertanggung jawab pada kehidupan Claudya dan Agnia kedepannya.
"Untuk sekarang alangkah baiknya Tuan William menjauhi Claudya dan anaknya karena anda sudah punya istri," ujar pengacara itu.
"Aku sudah menalaknya semalam, sekarang kita bukan siapa-siapa lagi." William mendengus kesal.
"Tidak!" bantah Karisa yang langsung meminta pada pengacara agar bisa meyakinkan William agar tidak menalak Karisa.
"Tuan William, anda tidak bisa seperti itu karena pernikahan kalian sah secara hukum maupun agama,"
"Bapak tau? Sebelum menikah Karisa selingkuh dibelakang aku, Bapak tau seberapa besar rasa cinta saya padanya? Besar pak, tapi dia selingkuh dan membuat saya kecewa. Hingga akhirnya saya melakukan ini bersama dengan Claudya," jelas William membuat semua orang terkejut dengan kebenaran itu.
"Ya, dahulu kamu selalu mengekang aku dan tidak membiarkan aku bebas!" ujar Karisa.
"Itu semua aku langsung karena aku cinta, laki-laki mana yang akan tahan melihat kekasihnya bersama dengan laki-laki lain? Tapi dahulu kamu memilih selingkuh jadi jangan salahkan aku kalau aku juga melakukan hal itu bersama dengan Claudya," geram William.
"Tapi aku cinta sama kamu makannya aku melakukan itu karena aku mau kamu berubah." Karisa semakin terbawa emosi hingga perdebatan itu tidak bisa dihentikan.
"Cinta? Apa yang kamu sebut cinta itu dengan mengkhianati aku?" tanya William.
Karisa mendekat pada William.
"Sekarang sudah jelas'kan kalau aku melakukan ini karena aku sayang padamu," sahut Karisa.
"Tapi aku sudah tidak perduli padamu, sekarang kita jalani saja kehidupan masing-masing," putus William.
Karisa kesal dia langsung mendekat pada Claudya.
"Ini semua karena kamu, pasti kamu sengaja tidak mengunci pintu kamar agar William bisa masuk kedalam 'kan? Dasar kamu wanita ular!" Karisa menarik tangan Claudya guna mengusir Claudya.
Tapi sayangnya Anjani menghentikan aksi Karisa, membuat Karisa kesal karena mertuanya selalu ikut campur pada urusannya.
"Aku tidak tau karena pintu itu tidak ada kuncinya!" ujar Claudya.
"Bohong!" bentak Karisa.
"Dia benar, Karisa. Karena Ibu lupa memberi kunci pada Claudya," bela Anjani.
Claudya mulai merasa tidak nyaman berada di sana, mulai saat ini dia ingin pergi dari kediaman Rasman untuk menghindari pertengkaran itu.
"Nyonya, Tuan, saya lebih baik pulang sekarang saja karena saya tidak sanggup untuk menerima ini semua, untuk sekarang lebih baik lupakan aku dan Agnia." Claudya memutuskan untuk pergi karena dengan keberadaannya disana malah membuat keluarga itu tidak tenang.
"Aku akan antar kamu pulang," ujar William.
"Tidak, karena masalah kita ini belum selesai!" geram Karisa.
Claudya mengambil tas yang ada di kamar tamu yang semalam dia tempati, Claudya menyalami tangan Rasman dan Anjani karena untuk menyalami tangan orang tua Karisa, Claudya tidak berani.
Tapi saat Claudya akan pergi, saat ini Karisa langsung mengambil tas Claudya dan mendobrak-abrik tas Claudya.
"Kamu mau maling?" tanya Karisa menyentak Claudya.