Bukan bacaan untuk bocil.
Blurb...
"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
ikuti kisah selengkapnya dengan membaca karya ini hingga selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjaga Rahasia
"Selain karna benturan atau cidera, faktor stress dan kecemasan berlebih juga bisa jadi salah satu pemenyebab impoten. Tapi mengingat hidupmu yang sangat bahagia seakan tanpa beban apapun, hal itu rasanya tidak mungkin terjadi"
Ujar dokter Jacob sembari menuliskan beberapa resep untuk Albian di atas secarik kertas.
"Kak, tolong jangan beritahukan hal ini pada siapapun ya. Terutama pada papa dan mamaku"
Mohon Albian dengan wajah memelas.
"Ish, kau ini! Apa di wajahku ini ada tampang-tampang tukang gosip hem" kesal Jacob.
Karna tanpa Albian mintapun, Jacob sudah terikat sumpah untuk menjaga kerahasiaan dari setiap pasien-pasiennya.
"Sedikit kak" Balas Albian pula, kini dengan wajah tengilnya.
"Sialan!" Umpat Jacob kesal.
"Sana pergilah! Sebelum kau membuatku kesal hingga aku menyebarkan tentang keadaanmu ini di grup wa keluarga kita!" Ancam Jacob.
"Jangan kak ku mohon, kasihanilah adikmu yang tampan ini"
Mohon Albian kembali memasang wajah sememelas mungkin.
Sebelum kesabarannya habis, dokter tampan itupun mendorong Albian keluar dari ruang prakteknya, setelah sebelumnya menyarankan pada Albian untuk kontrol secara rutin serta menjaga pola hidup sehatnya.
"Albian, apa yang sedang kau lakukan disini nak?"
Tanya uncle Edward saat mereka tak sengaja berpapasan di lorong rumah sakit medistra, tempat Uncle Edward dan Jacob bekerja.
"Tidak ada uncle, hanya mengunjungi kak Jacob saja"
Dustanya tersenyum kaku. Edward yang tengah sibuk karna ada jadwal operasi yang tengah menantinya percaya saja pada ucapan keponakannya itu.
"Ok, tapi lain kali jangan mengganggu kakakmu disaat jam kerja seperti ini ya. Kasian pasiennya jadi menunggu lama"
Pesan uncle Edward sebelum beranjak pergi.
"Aku juga pasiennya uncle" Batin Albian.
"Iya uncle maafkan aku" Ucap Albian.
Uncle Edward menepuk pundak Albian sekilas lalu berjalan tergesa-gesa menuju ruang operasi.
***
***
"Kandungan anda sudah memasuki usia 16 minggu nyonya, Janin anda sangat sehat dan berkembang dengan sangat baik"
Terang dokter Yasmin sembari memutar transducer di atas permukaan kulit perut buncit Khanza.
Khanza tersenyum dengan mata berbinarnya sembari terus menatap layar monitor di depannya, di monitor itu Khanza bisa melihat janinnya sudah hampir terbentuk dengan sempurna. Bahkan Khanza bisa melihat mimik muka si jabang bayi ketika sedang menguap.
Walaupun pada awalnya Khanza tak mengharapkan kehamilan ini, tapi pada akhirnya ia selalu menjaga kandungannya dengan baik.
Meminum susu khusus ibu hamil walaupun rasanya sangat membuat ia mual, serta rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan setiap bulannya.
"Terima kasih dokter"
Ucap Khanza ramah setelah semua proses pemeriksaannya selesai.
"Sama-sama nyonya, lain kali datanglah dengan suami anda. Beliau juga harus melihat bagaimana perkembangan kehamilan anda sekarang"
Ucap dokter Yasmin karna Khanza selalu datang sendirian saja saat memeriksakan kandungannya, tidak seperti pasiennya yang lain yang datang di dampingi suami, ibu atau bahkan mertuanya.
"Iya dokter"
Khanza mengangguk saja, tak tahu juga harus menjawab apa.
Saat keluar dari ruangan praktek dokter Yasmin, Khanza bisa melihat begitu banyak wanita hamil yang akan memeriksakan kandungannya juga di dampingi oleh suami atau keluarga yang lainnya.
Mata Khanza berembun, senyum pilu terukir di wajah cantik wanita yang tengah mengandung itu.
"Sabar ya nak, kita pasti bisa melalui semuanya walau berdua saja"
Tangannya mengelus perut buncit yang tertutupi oleh kemeja oversizenya, karna kehamilannya masih menjadi rahasia jadi Khanza selalu memakai pakaian kebesaran untuk menutupi kehamilannya.
Kemudian Khanza berjalan menuju instalasi farmasi untuk menebus resep obat yang juga masih berada di gedung rumah sakit tersebut.
"Khanza.."
Teriak Albian yang ternyata juga berada di instalasi farmasi tersebut, mengantri untuk menebus obat untuk dirinya sendiri.
Melihat ada Albian disana, Khanzapun mengurungkan niatnya untuk menebus obat tersebut dan memilih untuk pergi saja.
"Dunia ini sangat sempit, kenapa dia ada di manapun"
Umpat Khanza sembari berlari kecil untuk menghindar dari Albian. Karna tak mungkin terus berlari dalam kondisi seperti ini, Khanzapun memutuskan untuk bersembunyi saja.
"Khanza...Khanza..."
Teriakan Albian memanggil namanya bisa Khanza dengar dari tempatnya bersembunyi sekarang.
Dag dig dug
Jatungnya berdebar begitu cepat saat Albian berdiri tak jauh dari tempatnya bersembunyi, bahkan Khanza bisa mencium wangi aroma parfum mahal Albian dalam jarak sedekat itu.
Namun rasa cemas dan takut itu berubah menjadi kagum, saat Khanza merasakan ada sesuatu yang bergerak di dalam rahimnya. Janinnya itu menendang perut sang mama untuk pertama kalinya, saat papa kandungnya berada di dekat mereka.
#Dukung Khanza terus dengan cara like, komen, vote and hadiahnya ya. Selamat membaca^^#