Sarah seorang wanita yang dibenci dan di pandang buruk oleh semua orang, karena berhasil menikahi seorang pria kaya raya dengan cara yang licik.
Semua orang membencinya dan menghinanya, hingga suatu hari ia bertemu dengan orang yang sangat membencinya tapi akhirnya orang itu malah terobsesi kepadanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OSP : Bab 14
Sarah kembali mengunjungi ayahnya yang berada di rumah sakit, ia melihat Damini duduk termenung di lorong rumah sakit. Dengan perlahan, Sarah berjalan menghampiri ibu tirinya itu.
"Ada apa?" Tanya Sarah, ia melihat ekspresi Damini yang nampak sangat sedih. Sarah mulai berpikir jika terjadi sesuatu hal yang buruk.
"Duduklah.." Pinta Damini dengan nada lesu.
Sarah menuruti keinginan Damini, ia duduk di samping wanita itu. Matanya menatap wajah Damini yang hanya diam dengan tatapan sendu.
"Dokter Rayhan kemarin mengajak ku untuk berbicara terkait kondisi ayahmu." Ucap Damini seraya menghela nafas panjang.
"Lalu?" Sarah merasa penasaran, tapi hatinya merasakan sesuatu yang terasa tidak nyaman di hatinya.
"Kondisi ayahmu sudah di kuat lagi, tubuhnya sudah tidak bisa lagi menjalankan setiap rangkaian pengobatan." Sambung Damini seraya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Sarah terdiam dengan seribu bahasa, ia seakan menjawab wanita bisu yang tidak bisa berkata-kata.
"Dia meminta ku untuk membawa pulang ayahmu, dan kita cukup menemaninya dan memberi kenangan-kenangan indah untuknya sebelum..." Damini berhenti bicara, mulutnya tidak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya.
Sarah kembali diam, ia hanya bisa menahan rasa tangis. Tapi mau bagaimana pun dia berusaha, kedua matanya tetap basah dan air mata mulai mengalir secara perlahan.
Kini Sarah berada di ruangan Dokter Rayhan, ia ingin meminta penjelasan dari dokter yang menangani ayahnya itu.
"Seperti yang sudah ku jelaskan kepada ibumu, kondisi fisik ayahmu sudah tidak kuat lagi." Jelas Dokter Rayhan dengan nada sendu, ia tahu bagaimana perjuangan ibu dan anak itu agar Dodi bisa sembuh.
"Apa tidak ada cara lain, aku bisa membayar berapapun harga yang rumah sakit ini minta. Yang terpenting ayah ku bisa sembuh." Jelas Sarah, ia tidak terima jika harus pasrah dengan keadaan ayahnya. Ia tidak ingin melihat ayahnya meninggal begitu saja, dan meninggalkan dirinya dan Damini.
Rayhan membuka kaca matanya, ia menggelengkan kepalanya secara perlahan. "Hidup mati seseorang itu sudah di tentukan, dan aku sebagai dokter sudah berusaha sebisa ku. Aku tahu memang berat, tapi mulai sekarang kau dah ibumu bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan Pak Dodi. Karena menurut ku itu adalah jalan yang terbaik untuk saat ini." Rayhan memberikan nasehat kepada Sarah, sebuah nasehat yang terdengar sangat halus. Namun Sarah tidak sanggup untuk mendengarkannya.
Sarah terdiam dengan wajah yang bingung, ia sama sekali tidak menerima hal ini. Lalu Sarah bangkit dengan rasa penuh kekecewaan, ia berjalan keluar dari ruangan Dokter bersama dengan Damini.
"Jika itu sudah keputusan yang terbaik, kita hanya bisa melakukannya." Jelas Damini dengan nada sendu, ia tahu jika harapan hidup Dodi sangat kecil. Dan ia juga tahu, pria itu sangat menderita berada di rumah sakit terlebih dengan segala serangkaian pengobatan yang membuat tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa.
"Besok." Jelas Sarah, ia kini hanya bisa pasrah dan mengikuti saran dari Dokter. Kini sudah tidak ada gunanya lagi untuk menjalankan serangkaian pengobatan.
"Iya, aku akan mengurus kepulangan ayahmu besok pagi. Dan kau bisa pulang untuk mengurus rumah, aku minta kau menghias rumah dengan sangat indah.." Pinta Damini dengan senyuman di wajahnya, ia sudah lama tidak pulang ke rumah. Rumah pasti sangat berdebu dan kotor.
"Iya, malam ini aku akan pulang ke rumah." Jelas Sarah.
Lalu ia dan Damini langsung pergi ke ruang rawat Dodi, mata Sarah melihat sosok ayahnya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan mata yang tertutup. Tubuh kurus kering Dodi, membuat Sarah tidak bisa menahan tangisannya.
Damini mengelus pundak anaknya dan berbisik, "Ayahmu pasti akan sedih jika melihat kita menangis seperti ini."
Sarah mengganggukkan kepalanya dengan pelan, ia mencoba menghapus air matanya dan berpura-pura tidak ada yang terjadi.
Dodi yang tertidur mendengar suara-suara bising, ia mulai membuka mata secara perlahan. Senyumannya nampak sangat halus, pria itu terlihat sangat lemah.
"Ayah.. Aku punya kabar baik untukmu." Sarah tersenyum dan mendekati Dodi, ia duduk di tepi ranjang dan memandangi ayahnya itu.
"Kabar baik apa itu?" Tanya Dodi dengan senyuman senang.
"Mulai besok kau sudah boleh pulang, dokter bilang kondisi mu sudah mulai membaik dan kau tidak perlu lagi menjalani kemoterapi yang menyakitkan itu." Jelas Sarah dengan senyuman di wajahnya.
Mendengar hal itu Dodi tersenyum penuh arti, "Akhirnya ayah bisa pulang.. Ayah sangat merindukan rumah kita." Ucapnya Dodi dengan senyuman di wajahnya.
Damini dan Sarah hanya bisa tersenyum senang, tidak ada satupun dari mereka yang mengatakan kebenaran tentang kondisi Dodi saat ini. Bagi keduanya, berbohong untuk saat ini adalah sesuatu yang tidak bisa di salahkan.
"Jadi hari ini Mas harus makan beberapa makanan yang sudah di siapkan oleh rumah sakit." Ucap Damini karena Dodi susah sekali untuk makan, dan sering mengeluh jika makanan rumah sakit sama sekali tidak enak.
"Baiklah... Baiklah.. Aku akan makan." Jelas Dodi dengan senyuman di wajahnya.
Sarah tersenyum senang, saat melihat ayahnya nampak sangat bahagia hari ini.
😠😠😠
hehehe