Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Arthur vs Reno
Pupil mata Reno seketika melebar tatkala ia melihat sosok lelaki yang keluar dari mobil sedan mewah itu ternyata Arthur.
"Dasar brengsek !! Jadi, kamu yang culik Devina?!" desis Reno seraya menatap tajam mantan suami dari calon istrinya itu.
"Aku tak pernah menculik Devina. Hanya sekedar melepas kangen," sahut Arthur dengan nada riuh santai sengaja pamer pada Reno.
BUGH !!
Mendadak bog3man mentah mendarat pada wajah Arthur. Ia sengaja tidak terpancing emosi saat di awal sehingga tak memukul Reno duluan. Ia menunggu saat Reno yang terbakar emosi memukul dia lebih dahulu agar Arthur punya alasan alias alibi jika memang nanti ia akan membalas pukulan Reno tersebut.
"Mana mungkin Devina mau pergi sama kamu jika tidak dipaksa. Asal kamu tahu, kamu adalah m0m0k yang menakutkan di mata Devina. Jadi, dia enggak mungkin dengan sukarela jalan sama pria brengsek macam kamu yang sudah buat hidupnya kacau hingga nyaris gila!" seru Reno.
Arthur menyeka sedikit darah yang keluar dari ujung bibirnya.
"Terserah kamu mau percaya atau tidak. Aku tak peduli. Jika sudah selesai bicara, aku pulang dulu." Arthur hendak berjalan menuju mobilnya, namun Reno menahannya. Ia menarik secara paksa kerah baju yang digunakan oleh Arthur.
"Setelah puas menculik paksa Devina, kini kamu mau pergi begitu saja. Mau cuci tangan kamu, hah!!"
"Bukan cuci tangan, tapi cuci muka sekaligus mengobati wajahku yang tampan ini karena ulah tanganmu itu." Arthur berkata dengan rasa percaya diri yang tinggi seraya memegang wajahnya di depan Reno. "Beruntung aku masih sabar tak mematahkan tanganmu. Kamu gak lupa kan kalau aku pemegang sabuk hitam," sambungnya.
"Dasar brengsek !!" maki Reno seraya tangannya hendak melayangkan lagi pukulan pada wajah Arthur, namun kali ini ditangkis oleh mantan suami Devina tersebut dengan sangat apik. Justru balasan dari Arthur lebih keras dari pukulan Reno sebelumnya.
BUGH !!
Tubuh Reno terhuyung lalu terjatuh. Darah yang keluar dari bibirnya jauh lebih banyak ketimbang Arthur sebelumnya.
"Yang brengsek itu kamu, bukan aku! Sudah tahu Disya itu saudari kembar Devina. Bahkan Disya sudah kasih kamu anak. Malah sekarang mau nikah pakai acara turun ranjang segala. Mana cintamu sama Disya yang kamu tunjukkan selama ini di depan keluarga besar? Jangan-jangan cintamu pada Disya cuma hoax. Dasar s3rakah!!" balas Arthur.
Deg...
Hati Reno mendadak mencelos ketika teringat dengan Disya. Ia begitu merasa bersalah pada mendiang istrinya itu. Namun hatinya tak dapat dipungkiri bahwa saat ini ia ingin menikah dengan Devina.
Seketika Reno pun berdiri. Dalam hatinya ia tetap pada pendiriannya untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama Devina.
"Tak perlu kamu sebut nama Disya. Dia sudah tenang di sana jadi jangan pernah sebut-sebut namanya atau kamu sangkutpautkan mendiang istriku itu pada masalah kita saat ini!" desis Reno dengan tegas.
"Dasar egois!" balas Arthur.
"Kamu atau aku yang egois, hah?!" teriak Reno seraya jarinya menunjuk ke arah wajah Arthur. "Kalau bicara itu pakai otak, jangan pakai d3ngkul!" Reno terus memaki dan memojokkan Arthur.
Akhirnya Arthur memilih tak meladeni cecaran Reno. Ia memutuskan hendak masuk ke dalam mobilnya dan berniat segera pergi dari sana.
"Aku laporkan kamu pada polisi atas tuduhan penculikan secara paksa pada Devina, calon istriku." Reno tiba-tiba mengancam Arthur.
Seketika tubuh Arthur berbalik dan menghadap Reno.
"Silahkan saja laporkan jika bisa. Jangan lupa bahwa aku tidak membawamu atau menculikmu. Devina yang memilih pergi bersamaku. Jika ada yang berhak melaporkanku ke polisi hanya Devina, bukan kamu." Arthur tak gentar dengan ancaman Reno barusan. Ia yakin Devina tak akan melaporkan dirinya atas tuduhan penculikan. Jika memang Devina melaporkan Arthur, pastinya sejak lima tahun yang lalu ia sudah dipenjara akibat kasus K D R T.
"Lihat saja, kamu pasti akan masuk penjara jika berani mengusik Devina. Kamu tentu tahu siapa keluarga Devina," balas Reno.
"Jika aku sampai masuk penjara hanya gara-gara pergi bersama Devina, kamu juga akan ikut tidur bersamaku di dalam penjara."
"Apa maksudmu?"
"Jangan lupa hari ini kamu sudah mengganggu kenyamananku dalam berkendara di jalan. Menikung seenaknya, membuat lecet mobilku, dan terakhir luka di wajahku ini karena kamu memukulku lebih dahulu," ujar Arthur seraya menunjuk luka di wajahnya akibat pukulan Reno tadi. "Semua sudah terekam dengan jelas sejak awal hingga akhir dari C C T V jalan sekaligus dashcam mobilku. Jadi silahkan laporkan, aku tidak takut sama sekali." Tegas Arthur.
"Sialan!" batin Reno kesal.
Arthur berjalan masuk ke dalam mobilnya.
Brumm...
Mobil Arthur seketika melaju cukup kencang meninggalkan Reno yang terus mengumpati dirinya. Tak berselang lama, Reno pun masuk ke dalam mobilnya dan berlalu dari sana.
☘️☘️
Sedangkan di kediaman Opa Arjuna, Devina baru saja pulang. Devina berjalan perlahan pergi ke area dapur karena hendak minum air putih.
Gluk...gluk...gluk...
Segelas air putih sudah tandas hingga isinya berpindah ke dalam perut Devina. Tak berselang lama, terdengar suara tongkat dan langkah kaki seseorang tengah berjalan menuju ke arah dapur.
"Cucu kesayangan Opa, sudah pulang?" Arjuna menyapa Devina.
Seketika Devina pun menoleh ke arah Arjuna.
"Opa,"
"Hem,"
Devina pun berjalan ke arah Arjuna, lalu ia mencium penuh takzim telapak tangan sang opa. Devina juga membantu Arjuna untuk duduk di salah satu kursi yang ada di area meja makan yang berdekatan dengan dapur.
"Opa mau minum?" tawar Devina.
"Boleh, air putih dingin."
"Kok dingin? Nanti dimarahin Oma loh. Kan Opa enggak boleh minum yang dingin-dingin,"
"Cuaca Jakarta lagi panas. Sesekali boleh lah Opa minum air es. Tapi, jangan bilang sama Omamu. Bisa gawat nanti," ucap Arjuna seraya berbisik lirih.
"Ya sudah, tapi aku campur. Air dinginnya dikit saja,"
"Ah, dasar pelit! Kamu, enggak kubu Opa sekarang. Huft !" keluh Arjuna.
"Devi sayang Opa. Kalau Devi enggak sayang, pasti enggak perhatikan kesehatan Opa seperti ini." Devina pun memeluk hangat tubuh Arjuna. Ia begitu mencintai Opa dan Omanya.
"Kamu kok pulang sendirian? Apa kamu lagi berantem sama Reno?" pancing Arjuna.
Deg...
Seketika Devina pun bingung menjawabnya.
Apa ia harus berkata jujur pada Arjuna jika bertemu Arthur atau terpaksa berbohong ?
Bersambung...
🍁🍁🍁
mungkinkah Reno udah tau siapa yang udah menjebak dia lima tahun lalu... dan juga yang mmbunh deisya..
dan mungkin orang itu masih ada hubungan dengan Reno. sehingga Reno malu untuk memperistri Devina.
kayaknya Arjuna udah menemukan titik terang dengan masalah yang menimpa Devina.
ya pantes aja Arjuna nggak pernah akur sama Dion. orang mantunya juga kayak gitu... nggak pernah peka...🤣🤣✌️
saya suka itu...
dion dion kamu ini emang tempramen kok...suka esmosi saja😅😅😅