Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Sama-sama belum ada jodoh
Setelah mengemas semua puding pesanan Astrid dan kue lekker holand pesanan mama Astrid, aku pun kekamar anak-anak karena tadi sehabis sarapan mereka langsung kekamar mau melihat hasil gambar dan mewarnai Kaka gala.
Ternyata mereka semua sudah mandi dan berpakaian rapi, ternyata anak sulungku sudah mengurus kedua adiknya karena mungkin melihat aku sibuk packing tadi di meja makan, jadi dia berinisiatif mengurus kedua adiknya dengan memandikan dan memakaikan pakaian.
"MasyaAllah anak-anak Bunda sudah rapi dan wangi, siapa nih yang membuat kalian semua sudah cakep dan cantik begini sih" tanyaku sambil melirik Gala dengan senyuman sedangkan yang aku lirik lagi sibuk menyisir rambutnya.
" Kakak gala bunda" jawab Rumi dan Al dengan suara khas anak balita yang secara bersamaan.
"Terima kasih ya Kakak Gala sudah bantu bunda mengurus adik-adiknya, bilang makasih juga dong nak sama Kakak Gala" ucapku dan menyuruh Rumi dan Al juga mengucapkan terima kasih, aku selalu mengajarkan anak-anak untuk tidak malu untuk mengucapkan kata terima kasih, maaf, dan minta tolong.
"Terima kasih Kakak Gala" jawab mereka lagi bersamaan dengan suara cadelnya.
"Sama-sama Bunda...adek Rumi dan adek Al, Kakak Gaala sayang kalian semua" sambil memeluk kami bertiga, dan aku merasakan kegalauan hati anak sulungku akibat perilaku ayahnya tadi saat dimeja makan kami sarapan.
"Kami juga sayang Kakak Gala"ucapku sambil menitikkan air mata dan kupeluk ketiga anakku, dan ku hapus air mataku dengan ujung hijabku agar anak-anakku tidak melihatku menangis.
"Bunda mandi dulu ya...tadi subuh sudah mandi tapi karena didapur tadi berkeringat lagi, Kakak Gala ajak adik-adik dulu main ya" ucapku lagi sambil berlalu ke kamar mandi.
Setelah mandi dan berpakaian, kemudian tidak lupa aku memakai skincare agar wajahku tetep glowing dan tidak kusam, kusapukan make up tipis dengan memakai lipstik dan blush on sedikit agar wajahku tidak keliatan pucat.
Kuambil tas dan ponselku, kemudian aku keluar dari kamar anakku, dan langsung ke meja makan untuk mengambil semua pesanan yang sudah aku packing tadi kemudian aku bawa kedepan, sekalian aku mau pesan taxi online, anak- anak juga sudah siap diteras menungguku jadi aku langsung kunci pintu rumah dulu, terus aku mengambil ponsel di tasku untuk memesan taxi online.
Setelah beberapa saat taxi online yang kupesan tiba didepan rumah, aku mengajak anak-anak untuk ke depan, dan masuk semua kedalam mobil, sedangkan aku mengatur dulu barang bawaanku dibagasi taxi online tersebut, kemudian aku masuk kedalam mobil.
Taxi online melaju ke tujuan sesuai aplikasi yaitu ke alamat rumah Astrid.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih setengah jam, akhirnya kami sampai juga didepan rumah Astrid, aku mengajak turun anak-anak kemudian aku mengambil semua bawaanku di bagasi lalu aku membayar taxi online tersebut.
"Terima kasih ya pak" ucapku kepada sopir taxi online
"iya bu....sama-sama" sahut sopir nya
Aku dan anak-anak masuk kedalam rumah Astrid dan tiba didepan pintu aku mengucapkan salam dan mengetuk pintunya.
"Assalamu alaikum" ucapku
"Waalaikum salam...sebentar ya" ucap yang menjawab salam dari dalam rumah dan sepertinya suara pria yang tidak asing ditelingaku.
Pintu rumah rumah Astrid terbuka, ternyata yang membukanya adalah kak Farid, dan kak Farid keliatan terkejut dengan kedatanganku.
"Apa kabar kak Farid?" tegurku ke kak Farid karena dia sepertinya masih kaget melihatku datang
"ehhh...Alhamdulillah baik dek Arin" jawabnya namun sejak kapan kak Farid memanggil aku Arin, itukan panggilan sayang Astrid ke aku.
"MasyaAllah ada anak sholeh dan sholeha juga ikut nih sama bundanya" tanya kak Farid lagi
"Iya kak kebetulan hari libur mereka juga bosan dirumah, jadi aku ajak jalan kesini sekalian...oh iya nak salim dulu sama om Farid " jawabku sambil menyuruh anak-anakku salim ke kak Farid, mereka bergantian mencium tangan kak Farid setelah itu kami semua disuruh masuk oleh kak Farid.
"Silahkan duduk Rin....sebentar ya aku panggilkan mama dan Astrid" ucap kak Farid sambil berlalu kedalam.
"Sini sayang duduk dekat bunda....kakak Gala bisa duduk disitu ya" aku menyuruh Rumi dan Al duduk didekatku, sedangkan Gala aku suruh duduk disebelah kursiku karena kalau berempat tidak muat.
Sementara didalam Farid mencari mamanya, yang kebetulan ada ditaman belakang rumah bersama astrid, lagi merapikan bunga-bunga mawar dan anggrek mama yang sudah mulai berbunga.
"Ma...adek....didepan ada Arin bersama anak-anaknya datang" kata Farid
"Haaa...serius kak ndak bercanda kan?" jawab Astrid masih belum percaya.
"Ya seriuslah adek masa kakak bercanda atau bohong, kalo ndak percaya lihat saja sendiri diruang tamu" kesal Farid karena Astrid seolah tidak percaya.
"Idih jangan suka marah-marah bos nanti jodohnya jauhhhhhh" sahut Astrid sambil mencuci tangannya di kran air yang ada di dekat taman bunga mama.
"Sesama yang belum dapat jodoh dilarang bertengkar" kata mama tiba - tiba sambil berjalan melewati Astrid dan Farid, yang berdiri tidak berjauhan menuju kedalam rumah sambil bersenandung.
"Mamaaaaaaaa" teriak Astrid dan Farid bersamaan
"Lho kok gitu banget sih mulut mama ke kita kak" lirih Astrid pura-pura sedih
"Lagian siapa suruh kamu yang suka asal nyeletuk jadinya kena mental kan...rasain"ejek Farid sambil berlalu juga kedalam rumah menyusul mamanya
"Lah terus kenapa aku ditinggal sendiri disini" Astrid misuh-misuh sendiri sambil berlari menyusul kakaknya juga.
Sesampainya di ruang tamu, mama langsung memeluk Arina, setelah Arina mencium tangan mama Astrid dengan takzim dan diikuti oleh ketiga anaknya.
"MasyaAllah cucu oma yang sholeh dan sholeha...sudah pada besar ya" mama Astrid memeluk semua anak Arina
"Alhamdulilah mama ...mereka tumbuh jadi anak-anak yang baik" sahut Arina
"oh iya ma ini pesanan pudingnya dan yang ini buat mama dan sekeluarga" sahut arina sambil menyerahkan beberapa paper bag packingngan puding dan kue pesanan mama astrid.
"Lho kok ini banyak sekali nak...kan mama hanya pesan lekker holand, tapi ini kenapa ada puding yang besar mana cantik sekali lagi bentuknya dan topingnya full buah begini" jawab mama sambil memperhatikan puding yang berbentuk love, yang dinamai oleh kaka Gala puding cinta.
"Tidak apa-apa mama, Arina memang sudah niatkan buat untuk keluarga disini, karena Arina jarang-jarang loh datang kesini" jawabku sambil merapikan hijab aku yang ketarik oleh anak bungsuku karena tadi minta di pangku.
Tiba-tiba suara Astrid dari dalam membuat Arina dan mama menoleh, karena Astrid sambil berlari dan meneriakkan nama kakaknya Farid.
"Astagfirullah...ini anak gadis mama tidak ada lembut-lembutnya ya, asal main teriak saja mana lagi ada tamu, ihhh ndak malu diliatin sama anak kecil" tegur mama ke Astrid sedangkan yang ditegur hanya senyum - senyum masam.
Sedangkan Farid yang ada disamping Astrid mencuri curi pandang ke Arina dan hal itu di ketahui oleh Astrid.
"Ekhhhmmmm....jangan diliatin terus nanti bintitan matanya" ejek Astrid
"Apaan sih dek jangan asal nyeplak saja kamu" tegur Farid kesal.
"Sudah....sudah, kalian ini berdua tidak pernah akur" tegur mama
"Wooouuwwww ada PUDING CINTA" teriak Astrid membuat kita semua di ruang tamu kaget.
"Astagfirullah Al Adzim"
"ASTRID WULANDARI"
terutama suamimu biar tahu diri