Dalam novel Janji Cinta di Usia Muda, Aira, seorang gadis sederhana dengan impian besar, mendapati hidupnya berubah drastis saat dijodohkan dengan Raka, pewaris keluarga kaya yang ambisius dan dingin. Pada awalnya, Aira merasa hubungan ini adalah pengekangan, sementara Raka melihatnya sebagai sekadar kewajiban untuk memenuhi ambisi keluarganya. Namun, seiring berjalannya waktu, perlahan perasaan mereka berubah. Ketulusan hati Aira meluluhkan sikap keras Raka, sementara kehadiran Raka mulai memberikan rasa aman dalam hidup Aira.
Ending:
Di akhir cerita, Raka berhasil mengatasi ancaman yang membayangi mereka setelah pertarungan emosional yang menegangkan. Namun, ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk memberikan kebahagiaan sejati pada Aira adalah melepaskan semua kekayaan dan kuasa yang selama ini menjadi sumber konflik dalam hidupnya. Mereka memutuskan untuk hidup sederhana bersama, jauh dari ambisi dan dendam masa lalu, menemukan kebahagiaan dalam cinta yang tulus dan ketenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Bayang-Bayang Kebenaran
Dira menggenggam amplop itu erat-erat, jantungnya berdegup keras seakan hendak melompat keluar dari dadanya. Suasana di ruang tamu terasa tegang, seolah udara dipenuhi oleh sesuatu yang tak kasat mata namun mencekam. Di sudut ruangan, Arga menatap Adrian dengan tatapan tajam, sementara Adrian terlihat sangat menikmati permainan ini, berdiri santai sambil menyilangkan tangan.
Dira: (berbisik, nyaris tak terdengar) "Apa sebenarnya isi amplop ini?"
Adrian tersenyum, sebuah senyum dingin yang memancarkan kepercayaan diri sekaligus ancaman.
Adrian: "Kebenaran yang selama ini kau cari. Tapi hati-hati, Dira. Kebenaran itu seperti pisau. Bisa membebaskanmu, atau justru melukai."
Dira menatap amplop itu dengan ragu. Ia ingin membuka dan membaca isinya, tapi bayangan akan apa yang mungkin ia temukan di dalam membuat tangannya gemetar.
Arga: (tegas) "Jangan percaya padanya, Dira. Apa pun yang ada di dalam amplop itu, pasti hanya kebohongan untuk memecah belah kita."
Adrian tertawa kecil, menatap Arga dengan pandangan penuh kemenangan.
Adrian: "Oh, Arga. Kau benar-benar pandai bermain peran. Tapi bagaimana kalau aku katakan bahwa semuanya... termasuk kehadiranmu di hidup Dira... adalah bagian dari skenario besar?"
---
Dira langsung menatap Arga dengan tatapan penuh pertanyaan.
Dira: "Apa maksudnya, Arga? Kau terlibat dalam semua ini?"
Arga membuka mulutnya, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Wajahnya menunjukkan pergulatan batin yang hebat, membuat Dira semakin curiga.
Adrian: (mengambil langkah maju) "Biarkan aku membantu menjelaskannya. Arga di sini bukanlah pahlawan seperti yang kau pikirkan, Dira. Dia adalah pion dalam permainan ini, sama seperti dirimu. Tapi... dia juga punya rahasia yang akan menghancurkanmu jika kau tahu."
Arga: (marah) "Cukup, Adrian! Kau tidak tahu apa-apa tentangku atau Dira!"
Adrian: (tersenyum sinis) "Oh, aku tahu lebih dari yang kau pikirkan."
Suara Adrian penuh dengan kepastian, membuat Dira semakin bingung. Ia merasa seperti terjebak di tengah badai, tidak tahu siapa yang bisa dipercaya.
---
Adrian berjalan perlahan ke arah jendela, menatap keluar sambil berbicara dengan nada tenang namun menusuk.
Adrian: "Dira, kau pernah bertanya-tanya mengapa hidupmu tiba-tiba begitu rumit? Mengapa Arga muncul di saat yang begitu tepat? Dan mengapa Rendi selalu berada satu langkah di depanmu?"
Dira: (berbisik) "Aku tidak mengerti..."
Adrian: "Tentu kau tidak mengerti, karena kau hanya melihat permukaan. Tapi jika kau mau membuka amplop itu, semuanya akan menjadi jelas."
Dira merasa dadanya sesak. Amplop di tangannya terasa berat, seperti membawa beban kebenaran yang siap meledak kapan saja.
Arga: (mendekati Dira) "Jangan lakukan itu, Dira. Jangan biarkan dia merusak kepercayaan kita."
Adrian: (tertawa kecil) "Kepercayaan? Itu lelucon yang bagus, Arga. Bagaimana kau bisa berbicara tentang kepercayaan ketika seluruh keberadaanmu di hidup Dira adalah kebohongan?"
---
Kebenaran yang Terungkap
Dengan tangan gemetar, Dira akhirnya membuka amplop itu. Ia menarik keluar dokumen-dokumen di dalamnya, membaca halaman pertama dengan mata yang melebar.
Dira: (berbisik, hampir tidak percaya) "Ini... tidak mungkin..."
Arga mencoba merebut dokumen itu, tetapi Dira dengan cepat menariknya kembali. Ia membaca lebih banyak, dan setiap kata yang ia baca terasa seperti jarum yang menusuk hatinya.
Dira: "Arga... ini benar? Kau... bekerja untuk Rendi?"
Arga terdiam, wajahnya berubah pucat. Ia tidak bisa menyangkal lagi.
Adrian: (dengan nada puas) "Itu benar, Dira. Arga adalah orang yang dikirim oleh Rendi untuk mengawasi dan memanipulasimu. Semua ini adalah bagian dari rencana besar untuk menghancurkanmu."
Arga: (suara gemetar) "Dira, dengarkan aku. Aku memang bekerja untuk Rendi pada awalnya, tapi semuanya berubah ketika aku mengenalmu. Aku mencintaimu, sungguh..."
Dira: (marah) "Cinta? Setelah semua ini? Setelah kau berbohong padaku selama ini?"
Dira merasa seolah-olah dunianya runtuh. Orang yang ia percayai ternyata adalah bagian dari konspirasi besar yang selama ini menghantuinya.
---
Adrian berjalan ke arah Dira, menatapnya dengan pandangan penuh simpati palsu.
Adrian: "Sekarang kau tahu siapa yang sebenarnya ada di pihakmu, Dira. Pilihan ada di tanganmu. Kau bisa mempercayai Arga dan terus hidup dalam kebohongan, atau kau bisa bergabung denganku dan menemukan kebenaran sejati."
Dira menatap Adrian, lalu beralih menatap Arga yang tampak putus asa. Ia merasa terjebak di antara dua jalan yang sama-sama berbahaya.
Dira: (dengan suara pelan) "Aku butuh waktu untuk berpikir..."
Adrian tersenyum tipis, lalu berjalan keluar rumah dengan santai. Sebelum pergi, ia berbalik dan berkata:
Adrian: "Kau tahu di mana menemukanku, Dira. Jangan terlalu lama berpikir, karena waktu tidak berpihak padamu."
Dira terjatuh ke sofa, memegang kepala yang terasa berat. Sementara itu, Arga hanya bisa berdiri di sudut, tidak tahu bagaimana cara memperbaiki situasi ini.
Dira: (berbisik) "Apa yang harus kulakukan sekarang...?"
Bab ini ditutup dengan adegan Dira yang menangis di tengah kebingungannya, sementara bayangan Adrian terlihat menjauh di jalanan malam yang gelap.
---
Apakah Dira akan memaafkan Arga atau bergabung dengan Adrian untuk menemukan kebenaran lebih lanjut? Apa sebenarnya rencana akhir Adrian dan Rendi? Semua ini menjadi misteri yang menunggu untuk diungkap di bab berikutnya.
hasil tak akan maksimal sesuatu yg dpaksakn itu.
anggap aja sodara angkat, jika memang tidak berjodoh