Dinda harus menulikan telinga ketika ia selalu disebut sebagai perawan tua karena di usia yang sudah menginjak 36 tahun tak kunjung menikah bahkan tidak ada tanda-tanda dia punya pacar hingga membuat spekulasi liar bahwa dia adalah seorang penyuka sesama jenis! Dinda geram dengan ocehan orang-orang tak tahu menahu soal hidupnya hingga akhirnya semesta memertemukan dia dengan Alexander Dunn, seorang brondong berusia 25 tahun dari Skotlandia yang kebetulan saat itu menginap di hotel yang sama dengannya. Apa yang akan terjadi pada hidup Dinda selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah Saya Tampan?
Dinda nampak terkejut dengan permintaan pria asing ini barusan, Dinda merasa bahwa pria asing ini masih saja menaruh curiga yabg berlebihan padanya padahal barusan ja sudah jelaskan bahwa ia sama sekali tidak merekam apa pun.
"Semua orang bisa mengelak namun harus ada buktinya kan?"
Dinda mendengus kesal dengan ucapan pria ini dan kemudian ia pun mempersilakan pria ini untuk mengecek sendiri ponselnya.
"Ini jauh lebih baik."
Dinda berdecak kesal saat pria itu mulai mengotak-atik ponselnya.
"Bagaimana Mister, apakah anda sudah menemukan bukti yang anda tuduhkan pada saya barusan?"
"Sepertinya kamu mengatakan kejujuran."
Dinda mendengus kesal lagi-lagi dengan jawaban pria asing di depannya ini namun kemudian sesaat kemudian ia melihat pria asing itu menelpon ponselnya lewat ponsel Dinda.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Hanya jaga-jaga saja, aku tidak ingin kehilangan kontakmu. Awas saja kamu berani memblokir nomorku atau mengganti nomor."
"Siapa kamu yang berani-beraninya mengancamku?"
"Apakah kamu sudah menikah?"
Pria asing itu tiba-tiba saja mencondongkan wajahnya lebih dekat pada wajah Dinda yang mana sontak saja membuat Dinda terkejut bukan main. Kali ini pria itu sukses merangsek masuk ke dalam kamar Dinda dan mengurung Dinda di tembok dengan kedua tangannya.
"Mau apa kamu?"
"Apakah aku ini tampan?" desak pria asing itu.
"Iya kamu memang tampan," ujar Dinda yang entah kenapa bisa mengatakan itu dengan reflek.
Pria asing itu nampak tertawa getir setelahnya kemudian ia menjauhkan wajahnya dari Dinda yang mana membuat Dinda seketika bisa bernapas lega karena bisa lepas juga dari pria asing ini. Jantungnya masih berdegup kencang akibat ulah tak terduga pria asing yang ada di hadapannya ini, ekspresi pria itu berubah sendu.
"Dia tidak tulus kepadaku, dia tahu betul aku mencintainya namun dia tega tidur dengan temanku sendiri."
Dinda tak paham dengan apa yang pria asing ini bicarakan namun ia tak mau mengatakan apa pun dan membiarkan saja pria asing ini bicara.
"Maaf kalau sudah mengganggu malammu."
Pria asing itu berlalu menuju kamarnya yang ada di sebelah kamar Dinda dan Dinda buru-buru saja menutup pintu kamarnya dan memegangi dadanya yang masih bisa ia rasakan gemuruh di dalamnya.
"Ya ampun kenapa aku bisa mendapati kejadian seperti ini?"
****
Keesokan harinya adalah hari terakhir Dinda dan Ghea menghabiskan waktu di pulau Bintan dan mereka juga jajan oleh-oleh karena besok pagi pukul 7 pesawat yang mereka tumpangi akan berangkat dan tidak mungkin kalau Dinda dan Ghea besok mencari oleh-olehnya dalam perjalanan ke bandara.
"Rasanya kalau aku butuh tempat healing, aku bakal ke sini lagi aja Mbak, tenang banget kotanya," ujar Ghea seraya menikmati semilir yang angin menerpa wajahnya.
Ghea dan Dinda saat ini ada di taman tepi laut yang mana ada di sana ada ikon kota Tanjungpinang yaitu bangunan gonggong berwarna kuning. Dinda menganggukan kepalanya, kota ini tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya karena baru pertama kali ia datang sudah langsung jatuh hati dengan kota ini .
"Mbak Dinda kenapa?" tanya Ghea yang melihat Dinda saat inu menggelengkan kepalanya.
"Nggak apa-apa, kok."
Dinda berusaha menghapus pikirannya mengenai memori apa yang terjadi semalam antara dia dan pria asing itu di kamar hotelnya.
****
Dinda dan Ghea baru saja tiba di hotel tempat mereka menginap dan saat mereka tiba di depan kamar, pria asing yang kemarin datang menemui Dinda itu baru saja keluar dari kamarnya. Dinda seketika buang muka, ia masih teringat kejadian semalam dan hal itu sungguh membuatnya merasa campur aduk.
"Kamu baru pulang rupanya."
"Mister bisa bicara Bahasa Indonesia?" tanya Ghea takjub.
"Ibu saya orang Indonesia dan saya terbiasa menggunakan dua bahasa di rumah, apakah teman kamu tidak memberitahukannya padamu?"
"Maksud anda Mbak Dinda?"
"Oh namanya Dinda, nama yang bagus dan orangnya cantik."
Seketika wajah Dinda bersemu merah layaknya remaja yang baru pertama kali mendapatkan gombalan dari lawan jenis.
"Ngomong-ngomong nama saya Alex," ujar pria itu menyodorkan tangan pada Ghea.
"Ghea, senang bertemu dengan kamu."
"Kalian bukan dari sini, ya?"
"Kami dari Jakarta, ke sini karena tugas kantor."
Ghea sangat bersemangat sekali menceritakan awal muasal kenapa mereka bisa datang ke sini sementara Dinda mati-matian berusaha menghindari bersitatap dengan Alex.
"Dinda, ada masalah? Apa wajah saya tidak tampan malam ini?"
"Eh, memang mbak Dinda kapan sih bicara sama Mas Alex?"
"Semalam kami bertemu, dan dia mengatakan wajah saya tampan."
Ghea mesem-mesem sendiri mendengar jawaban Alex barusan yang kelewat jujur dan itu membuat Dinda makin salah tingkah.
****
Pagi ini mereka sudah tiba di bandara dan sedang di ruang tunggu menunggu panggilan boarding masuk ke pesawat. Dinda masih diam dan kesal pada Ghea yang sejak tadi pagi keluar hotel sampai saat ini tidak ada henti-hentinya menggodanya soal Alex.
"Mbak jangan marah dong," ujar Ghea.
"Habis kamu ini bawel banget sih, nanya-nanya yang gak jelas kayak gitu."
"Habisnya aku kan kepo Mbak, ternyata bener ya Mbak Dinda seleranya bule. Pantes saja dari sekian banyak cowok yang dateng Mbak Dinda gak respon semua."
"Mulai lagi."
Ghea nyengir mendengar ucapan Dinda barusan namun seketika Dinda terkejut dengan sosok Alex yang duduk di sebelahnya sambil tersenyum.
"Selamat pagi."
"Selamat pagi, Mas Alex mau ke Jakarta juga ini?" tanya Ghea antusias.
"Iya, saya kan memang tinggal di Jakarta ke sini buat liburan."
Ghea dan Alex terus saja mengobrol banyak hal karena dasarnya Ghea ini orang yang mudah bergaul dan akrab dengan siapa pun termasuk orang baru berbeda dengan Dinda yang tidak suka basa-basi dan tak nyaman dengan orang baru dikenal.
"Tuh udah dipanggil masuk ke pesawat, buruan!" seru Dinda yang langsung buru-buru berdiri di antrian pintu masuk ke pesawat.
****
Alex dengan wajah tampannya bisa membuat penumpang di sebelah Ghea untuk mau tukar kursi dengannya dan tentu saja Ghea langsung nurut saja saat Alex memintanya untuk berpindah kursi ke kursi di dekat lorong dan kini Alex duduk di tengah lebih dekat dengan Dinda yang duduk di pojok dekat jendela.
"Hei, kamu kenapa sih? Kok nggak mau ajak saya bicara?"
"Memangnya penting? Saya nggak kenal kamu sebelumnya jadi jangan ganggu saya."
"Kan kita udah kenalan sebelumnya, kamu juga udah save kontak saya kan?"
"Yang bener Mas?" tanya Ghea heboh.
"Iya kami memang sudah sempet tukeran nomor," jawab Alex santai.
Sementara itu Dinda mendengus kesal saat Ghea memberi kode menaik turunkan alisnya seperti tengah menggodanya saat ini.