Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 22.
Semenjak Galang yang menyambangi kediamannya terakhir kali, Laura sudah tidak pernah lagi pulang ke rumah. Ia memilih berada dan tinggal sementara di club. Bukan untuk lari atau menghindar dari Galang, Laura hanya merasa jika dirinya berada di club dan Galang masih datang menemui dirinya, maka ia tidak lah seorang diri. Setidaknya ada Steffi dan keadaan club yang juga selalu ramai di malam hari.
Seperti malam ini. Pemilik club itu tengah berbincang bersama beberapa tamu yang merupakan pelanggan tetap di clubnya, Steffi juga terlihat ada di sana.
"Om Lim, Mi."
Laura menoleh ke mana arah Steffi memandang. Bisa ia lihat Ardi Lim yang baru saja tiba di club.
"Makin sexi aja, Om," goda Steffi saat Ardi Lim sudah mendekat ke meja bundar yang mereka tempati. Steffi bahkan mengedipkan matanya pada Ardi.
Untuk ukuran seorang pria dewasa, Ardi Lim memang begitu menggoda, penampilan serta pembawaan pria itu begitu hot di mata Steffi, apalagi isi dompetnya, sudah tidak diragukan lagi. Wanita selain Steffi juga akan dengan senang hati mempasrahkan diri untuk menjadi beban hidup seorang Ardi Lim.
"Kau sudah tidak terlihat beberapa hari ini, Lim." Salah satu pria yang tengah menikamati minuman seraya mendekap seorang wanita penghibur itu bersuara. Ia juga pengusaha yang hobi membuang penat di club malam milik Laura.
"Ada pekerjaan di luar kota," kata Ardi Lim. Ia sudah duduk dan mengambil posisi tepat di samping Laura. Satu tangannya ia letakkan di belakang sandaran sofa yang Laura tempati.
Sekilas Ardi Lim terlihat seperti merangkul Laura. Kedekatan seperti ini, hanya Ardi Lim lah yang bisa melakukannya. Meski wajah yang Laura tampilkan terkesan dingin, tapi Ardi Lim sama sekali tidak perduli. Ia tetap bersikap acuh dan tetap saja mengejar ibu dari Tsania itu.
Ting!
Denting pesan itu tak terdengar karena tenggelam dengan suara musik di dalam club, tapi tak membuat Laura tidak mengetahui pesan masuk pada ponselnya. Karena kini ponsel Laura sudah bergetar berulangkali dan membuat Laura cepat menyadarinya.
"Aku mendapatkan ini dari Om Ardi, Ma."
Pesan singkat beserta gambar yang ternyata berasal dari Tsania itu masuk ke dalam ponsel milik Laura.
"Apa ini?" Laura langsung mengarahkan ponselnya pada Ardi Lim, membuat Ardi melirik sekilas sebelum tangannya yang lain meraih juice lemon di atas meja. "Jangan mengirimi Tsania yang seperti ini!"
"Anak itu!" decak Ardi dengan tersenyum. "Aku hanya memberikan hadiah kecil. Dia pasti membutuhkannya. Aku juga membawakan hadiah untuk mu. Ada di mobil."
Laura mendengus, ia kembali menyimpan ponselnya setelah membalas singkat pesan Tsania. Putrinya itu mendapatkan hadiah laptop dari Ardi Lim. Padahal Tsania sudah memilikinya, tapi yang Ardi berikan memiliki versi yang jauh berbeda. Dan pasti dengan harga yang mahal, Laura jelas mengetahui itu.
"Jangan cemberut. Untukmu ada di mobil. Akan aku berikan saat nanti aku mengantar mu pulang."
"Aku tidak pulang ke rumah." Ardi Lim menoleh dan memperhatikan wajah Laura. Ardi Lim berusaha menebak jika Laura tidak pulang ke rumahnya apa mungkin karena hal yang pernah ia lihat beberapa hari yang lalu.
"Kenapa?" Laura tidak menjawab, ia memilih menikmati minumannya-juice orange. "Karena kesepian?"
"Aku bukan wanita kesepian!"
Ardi Lim langsung tertawa karena melihat Laura yang melakukan protes. Tangan pria itu bahkan dengan spontan bergerak mengacak rambut milik Laura.
"Bukan itu maksudku. Apa karena tidak ada Tsania? Kalau begitu aku bisa menemanimu."
Jika Laura mengartikan kalimat Ardi Lim adalah dengan maksud menemani dirinya satu malam, maka tidak dengan tujuan Ardi Lim sebenarnya. Pria itu ingin menemani Laura selamanya.
"Jadi kamu sedang menerima tamu saat ini?" Galang Abraham sudah berdiri tidak jauh dari meja yang ditempati Laura dan yang lainnya. Ekspresinya begitu dingin saat melihat semua gerak-gerik Laura bersama seorang pria yang duduk tepat di samping istrinya itu.
Semua yang berada di meja yang ditempati Laura memperhatikan Galang. Steffi bahkan sedikit kaget saat melihat kehadiran pria yang sudah pernah berhasil membuat janji dengan Laura.
"Aku kalah cepat." Galang menatap Ardi Lim dengan tajam. "Aku akan mengembalikan dua kali lipat dengan apa yang sudah kamu keluarkan. Berikan Laura padaku!"
Semua yang berada di sana terkejut dengan perkataan Galang. Ardi Lim bahkan sudah berdiri dengan wajah yang begitu marah.
"Jaga bicaramu! Jangan sembarangan menilai Laura!!"
Galang tersenyum remeh pada Ardi Lim sebelum kembali menatap pada Laura yang terlihat biasa-biasa saja. Wanita itu bahkan tetap tenang menikmati juicenya.
"Aku jauh lebih mengenal wanitaku." Galang menekankan kata-katanya pada Ardi Lim. "Aku ingin bicara," kata Galang lagi dengan suara yang halus pada Laura.
"Tentang apa? Aku sudah tidak ingin mendengar apapun lagi dari mulut mu."
Hanya Ardi Lim dan Steffi lah yang fokus pada apa yang kini terjadi. Sedangkan mereka yang berada di sekitar Laura terlihat sibuk dengan urusan masing-masing. Seperti pengusaha yang tadi bicara dengan Ardi, ia sudah jauh melayang karena minuman dan sentuhan wanita di sampingnya.
Galang mengepalkan tangan. Ia meraih sesuatu di dalam saku jasnya dan sedikit melemparkan benda hitam berkilau itu di atas meja. Sebuah kartu sakti, yang bisa membuat kita mendapatkan apa saja yang kita inginkan.
"Dasar bajingan!" Ardi Lim sudah ingin maju. Pria berkulit putih itu ingin sekali menghajar Galang. Namun gerakannya terhenti saat melihat Laura yang sudah menarik kemejanya.
Laura berdiri tepat di samping Ardi Lim dan menatap pada Galang. "Waktuku sudah tidak bisa diganggu. Malam ini aku miliknya." Setelahnya Laura segera membawa Ardi Lim bergabung dengan para pengunjung club yang tengah menikmati musik dengan menari.
Laura bahkan melakukan hal yang sama. Ia merangkulkan kedua tangannya di leher Ardi dan terus menggerakkan badan sesuai dengan hentakan musik yang menggema di dalam club.
Membara, panas dan hampir meledak. Galang dengan jelas melihat apa yang kini Laura lakukan bersama Ardi Lim.
"Ini bukan kamu," kata Ardi Lim. Suaranya yang tenggelam oleh suara musik hanya dapat didengar oleh Laura yang kini menempel pada dirinya.
"Ini aku! Wanita murahan." Laura tetap menari, menikmati musik yang ada. "Kenapa diam? Apa godaan ku sudah tidak jitu lagi?"
Ardi Lim menghembuskan napas pelan mendengar perkataan Laura. Ia juga langsung merangkul pinggang wanita itu, membuat posisi keduanya kini sangatlah dekat tanpa sekat.
"Terimakasih," ucap Laura pelan setelah Ardi Lim merangkulnya. Entah apa yang sebenarnya ingin Laura tunjukkan, tapi kini Laura semakin tidak terkendali karena ia sudah dengan cepat menempelkan bibir pada Ardi Lim.
Laura mencium Ardi, dan hal itu membuat semua orang yang tadinya fokus terhadap kesenangan masing-masing kini beralih memperhatikan keduanya. Laura bahkan tidak segan-segan memperlihatkan ciuman panasnya bersama Ardi di depan semua pengunjung club.
"Maafkan aku," kata Ardi Lim, ia sudah melepaskan tautan bibirnya. Bisa Ardi lihat wajah cantik Laura yang seakan menyadari sesuatu. "Kamu memancingnya, Sayang."
Laura tak dapat berkutik lagi ketika kini Ardi Lim lah yang menyerangnya. Pria berkulit itu memanggut bibir Laura dengan pelan dan penuh, berbeda dengan ciuman yang Laura lakukan sebelumnya.
semangaaat thoor,,ditunggu lanjutnya yaaa
dihhh spek buaya berkelas/Joyful/