Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhasil
" Lihatlah rumah bilik itu Wilona. " Mendengar hal itu Wilona sedikit mendongakan kepalanya keatas, melihat kearah wajah Rangga.
" Rumah bilik? " Wilona mengucap dengan raut muka heran, setahunya tadi tidak ada satu pun rumah disekitar sini.
" Coba lihatlah dibelakangmu. " Tanpa berkata kata lagi, Wilona melepas pelukannya, yang sedari tadi terus menerus memeluk lagi karena merasakan ketakutan, setelah membalikkan tubuhnya menghadap arah dibelakangnya, benar saja ada sebuah rumah bilik yang sedikit bercahaya redup dari dalam, sedangkan bagian luar dibiarkan tanpa penerangan.
" Rumah siapa? aku tidak melihat sebelumnya ada rumah disini Rangga? " Wilona menatap rumah bilik itu tak berkedip.
" Betul yang kamu lihat, rumah itu tadinya di tutup oleh sebuah ajian yang dibuat oleh bandot tua tadi. Sekarang aku sudah berhasil membukanya. " Rangga menjelaskan sedikit tentang rumah bilik itu.
" hhmm apa kita akan menginap dirumah bilik itu? "
" Tidak Wilona, malam ini juga kita akan langsung turun dan pulang kembali ke Ibukota. " Ucap Rangga, dia meyakini jika didalam rumah itu ada orang tuan Wilona.
" Bukan mamahku belum berhasil diketemukan Rangga? " Rautnya menekuk muram, Rangga pun melempar senyuman kearah Wilona.
" Kalau begitu sebaiknya kita lihat kedalam rumah bilik itu. " Tangannya Rangga meraih tangan Wilona, lalu menggenggamnya, mengajak Wilona untuk masuk kedalam rumah bilik itu.
Setibanya di depan pintu Rangga dengan perlahan mendorong pintu, begitu pintu terbuka Wilona seketika menangis histeris dan memburu perempuan yang terlihat lusuh, begitu juga saat perempuan lusuh itu melihat kearah pintu dan mengetahui siapa yang masuk kerumah bilik yang menjadi tempatnya selama ini dikurung.
" Mamaaaahh!! "
" Wilonnaaaa!! "
Keduanya langsung menangis tersedu sedu, berpelukan sangat erat sekali. Suasana haru, bahagia, pilu semua menjadi satu. Sementara Rangga membiarkan mereka saling melepaskan rindu, menangis penuh rasa haru dan bahagia.
" Kenapa kondisi mamah seperti ini? apa perlakuan orang orang itu sangat keji terhadap mamah? " Sambil masih terisak WIlona bertanya pada mamahnya, merasa sedih yang teramat melihat kondisi mamahnya kurus dan lusuh. Cindy menghela nafasnya.
" Mamah tidak mengerti kenapa mereka menculik dan mengurung mamah disini, mamah memang diberi makanan layak tapi kadang mamah tidak memakannya, mamah sudah pasrah jika memang harus mati ditempat seperti ini. "
" Mamah sekarang sudah bebas, malam ini juga kita akan pulang mah " Setelah wilona berkata seperti itu, Cindy mengalihkan pandangannya kepada sosok pemuda yang berada dibelakang Wilona. Seperti mengerti dia pun melepas pelukannya, menggandeng tangan Cindy untuk menemui Rangga. Lalu Wilona pun mengenalkan Rangga kepada Cindy.
" Ini adalah Rangga mah, dia yang sudah banyak membantu aku, membantu membebaskan mamah dari orang orang jahat itu. " Ucap Wilona isaknya masih terdengar.
" Malam tante, perkenalan namaku Rangga, senang sekali akhirnya bisa menemukan tante. " Ucap Rangga mendahulukan mengulurkan tangannya, karena Cindy sempat terpaku melihat sosok dirinya.
" Oh, Panggil saja Tante Cindy Rangga, tante juga senang bertemu dengan kamu, apalagi sudah berhasil menyelamatkan tante dari tempat ini. " Setelah berucap seperti itu Cindy sempat melirik kearah Wilona, seperti ingin dijelaskan tentang sosok pemuda didepannya itu.
" Kurasa kita harus secepatnya meninggalkan tempat ini, mungkin ada hal lainnya yang ingin dibicarakan, baiknya nanti di mobil atau sesampainya di ibukota. " Rangga sekilas membaca apa yang dipikirkan oleh Cindy orang tua dari Wilona, tapi mengingat secepatnya harus buru buru meninggalkan tempat itu. Jadi saat Wilona ingin mengatakan sesuatu Rangga dengan cepat berucap.
" Tentunya tante merasa sangat senang, apa ini sangat jauh dari mobil Rangga? Kalian membawa mobil kan? " Tanya Cindy. Rangga memahami apa yang dirasakan oleh mamahnya Wilona. Lalu dia pun bertanya.
" Apa kondisi Tante sudah tak sanggup berjalan untuk menuruni gunung? " sorot mata Rangga penuh dengan ketulusan.
" Iya semua rasanya lemas sekali, sepertinya tante tidak sanggup untuk berjalan, apalagi harus menuruni gunung. " Ungkapnya, melihat kondisinya memang cukup memprihatinkan, bagaimana tidak, eyang Cantilan mengurungnya selama 8 bulan lebih, tak diperkenankan untuk mengganti pakaian, walau di beri makan yang layak, tetap saja Cindy jarang memakannya.
" Baiklah tante, aku rasa ini sangat darurat dengan terpaksa aku harus melakukan cara supaya lebih cepat sampai di mobil. " Ucap Rangga.
Setelah itu Rangga bergeser sedikit, sekarang posisi dirinya berada percis ditengah keduanya, Walau pun Wilona dan Cindy terlihat heran apa yang akan dilakukan oleh Rangga. Tapi tidak satu pun yang bertanya, Wilona hanya menatapnya lekat, pastinya sangat percaya pada Rangga, bahwa kekasihnya akan dengan cepat membawanya pergi dari tempat itu. Dingin dan gelap. hanya ada suara binatang malam yang saling bersautan.
" Mendekatlah, maaf jika aku harus memeluk pinggang kalian, kalian jangan khawatir walau hal ini akan membuat sangat terkejut, tapi ini adalah satu satunya jalan yang paling baik untuk kita. "
Tak ada yang berkata apa pun dari mulut keduanya, mereka mengikuti arahan dari Rangga. Begitu mereka sudah mendekat, Rangga memeluk pinggang mereka dan...
Wuuushh!!
Rangga melesat dengan cepat membawa mereka pergi dari tempat itu, hanya hitungan 2 detik saja mereka sudah berada disisi mobil yang terparkir di pos menuju pendakian.
" Hah!! Kamu? " Cindy tentu sangat terkejut, sudah didepan mobil yang dia sangat mengenali. Mobil yang sering digunakan oleh Wilona.
Sama halnya dengan Wilona, gadis itu terperangah, bukan karena terkejut baru melihat Rangga lari dengan hitungan detik, tapi baru kali ini dia merasakan kalau tubuhnya seperti melesat dengan sangat cepat.
" Sekali lagi mohon maaf tante bukan bermaksud untuk memamerkan kekuatan dihadapan tante. Mungkin bagi Wilona sudah tidak merasa terkejut lagi. Hanya saja aku belum pernah membawanya dengan cara seperti ini, jadi dia sedikit terkejut.
" Tidak sama sekali, Tante percaya kamu anak yang rendah hati, pantas saja kamu mampu mengalahkan bandot tua itu. Ternyata kamu mempunyai kemampuan yang tidak semua orang miliki. " Cindy pun tersadar dari rasa keterkejutannya, lalu dia mengulas senyum pada Rangga.
" Kalau begitu kita jalan sekarang, kalau Tante mau mengganti pakaian, sepertinya ada swalayan yang masih buka, kita hanya perlu waktu 5 menit sampai tiba di perkotaan. Lagi pula kondisi malam jalanan sudah pastinya lengang. " Rangga sempat melirik jam tangannya. Dilihatnya jam sudah menujukan pukul 21:05 yang artinya jam 9 lewat 5 menit.
" Iya Rangga. " Lalu Cindy membuka pintu belakang, disusul oleh Rangga yang membuka pintu buat Wilona, setelah dipastikan Wilona sudah duduk dengan aman, Rangga menutupnya dan menuju pintu kemudi mobil. Cindy yang memperhatikan hal itu hanya tersenyum, dalam hatinya memuji sosok Rangga yang sudah bisa dia tebak kalau Rangga adalah kekasih anaknya. Selain memang tampan, punya kekuatan luar biasa, terlihat oleh Cindy jika Rangga adalah seorang pemuda yang romantis.
Setelah kurang lebih lima menit, akhirnya Rangga menemukan swalayan yang masih buka, kemudian mereka bertiga lalu turun dari mobil. Setelah memilih baju yang pas dan pantas. Lalu menuju ruang pas untuk langsung dipakainya. Beberapa kasir dan karyawan juga pengunjung yang masih ada diswalayan itu memandang kearah mereka dengan pandangan aneh, ada juga yang menutup hidung, karena kondisi badan Cindy memang bau. Tapi semua tidak dihiraukan oleh mereka bertiga.
Setelah membayar lalu mereka pun langsung pergi dari swalayan itu, Rangga sendiri berniat untuk mengajak makan ketika sudah berada direst area saja. Sekalian mungkin membeli perlengkapan mandi.