Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 25
🍁Hotel VEGAZ🍁
Malam itu seorang wanita yang tengah berjalan keluar dari kamarnya. Saat melewati lorong hotel, matanya terhenti pada sebuah pintu kamar yang sedikit terbuka. Sekilas dia melihat siluet yang sangat familiar Rafael, suaminya.
Tanpa berpikir panjang, rasa penasaran membuat Stella berjalan mendekat. Beruntung pintu kamar itu terbuka sedikit sehingga Stella bisa masuk, dan pada saat itulah Stella melihat pemandangan yang membuat darahnya berhenti mengalir.
Terlebih Stella mendengar suara pria dan wanita yang mengeluarkan desahan panjang di dalam kamar hotel tersebut.
"Ahh Angel ... ini sangat nikmat, aku selalu merindukan ini." Erang Rafael yang semakin menambah ritme permainan.
Rafael, suaminya, sedang berada di atas tubuh seorang wanita yang tak lain adalah Angel. Mereka sedang bercumbu, berpelukan dengan gairah yang tak terbendung. Rasa sakit yang luar biasa mencabik-cabik dada Stella. Dia terpaku, tak bisa berkata-kata, seolah dunia berputar begitu cepat. Semua kebohongan yang selama ini Rafael buat kini terbuka dengan jelas di hadapannya.
Stella berdiri mematung beberapa detik, matanya menyala penuh amarah. Tangannya gemetar, dan wajahnya memerah karena amarah yang luar biasa. Dia merasa hatinya dihancurkan seketika. Tanpa berkata-kata, Stella melangkahkan kakinya berjalan mendekat ke arah dua insan yang masih bergumul di atas ranjang dan melontarkan kata-kata tajam.
"Mas Rafael!" Suara Stella menggema, bagaikan petir yang memecah kesunyian malam.
"Stella...!" Rafael terkejut, suaranya tercekat, tubuhnya segera bangkit dari tubuh Angel, mengenakan pakaian dengan terburu-buru.
Terlihat jelas raut wajah Rafael yang begitu ketakutan melihat tatapan Stella menatap tajam padanya.
Namun, sebelum Rafael sempat berbicara, Stella memandangnya dengan tatapan yang jauh lebih tajam dari yang pernah dia tunjukkan sebelumnya.
Stella melihat keduanya menatap silih bergantian.
"Stop! Kamu tidak perlu panik seperti itu, yang aku minta kan memang kejujuran."
Stella mengangkat tangan nya ke atas seolah memberikan isyarat untuk Rafael agar tidak melanjutkan perkataanya. Stella begitu muak dengan segala macam alasan yang keluar dari bibir suaminya karena kebohongan lah yang selama ini dia terima. Akan tetapi, Stella tetap terus menahannya agar dia bisa membongkar segala kebusukan suaminya. Dan hari ini, akhirnya Stella bisa mengungkap semua kebusukan suaminya yang selama ini di sembunyikan dibelakang punggungnya.
"Hanya saja ... aku tidak menyangka cara kamu memperlihatkan kejujuran itu dengan cara yang memalukan seperti tadi, bermesraan dengan wanita ini di depan mata kepalaku, Mas!" Stella menggelengkan kepala dengan tatapan tajam yang berhasil membuat Rafael semakin di rundung rasa takut yang menyelimuti dirinya.
Rafael takut jika Stella akan pergi meninggalkannya, dan hal itu sama sekali tidak pernah terlintas di dalam benaknya kalau dia akan berpisah dengan Stella, wanita yang begitu di cintainya. Rafael sangat mencintai Stella bahkan tak jarang pria itu selalu mengalah pada wanita yang ada di hadapannya kini, yang telah menjadi istrinya. Akan tetapi, hanya sebuah hasrat telah merubah semuanya dan fakta itu telah membuat keluarga kecil Rafael hancur seketika.
"Jadi ini yang kamu lakukan di belakang punggung aku, Mas?" Suara Stella terbelah, seperti pisau yang tajam menusuk ke dalam hati.
"Kamu pikir aku tidak akan tahu? Kamu pikir aku tidak akan melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi?" Teriak Stella menatap tajam wajah Rafael.
Rafael terperanjat, berdiri dan berusaha meraih tangan Stella, namun Stella menyentaknya dengan kasar.
"Sayang, dengarkan aku dulu. Aku ...."
Stella memotong ucapan Rafael yang menggantung di udara. Pria itu seolah tidak ada kesempatan untuk menjelaskan apapun pada istrinya.
"Dengar? Apalagi yang harus aku dengar, kamu telah berselingkuh dengan wanita ini, Dia sahabatku, Mas!"
Stella terus meluncurkan kata-kata tajam yang menohok hati Rafael, sementara Rafael tetap bergeming di tempatnya, bingung dan tidak tahu harus berkata apa.
"Sejak kapan kamu berubah begitu rendah? Apa yang kurang dari aku, Mas? Apa yang kurang dalam pernikahan kita? Kalau memang itu yang Mas inginkan, kenapa tidak bilang dari awal? Kenapa harus menyembunyikan semua ini dariku?"
"Sayang, aku minta maaf. Aku bisa menjelaskan semuanya dan ini tidak seperti yang kamu bayangkan."
"Apa yang mau kamu jelaskan lagi padaku, Mas? Lalu seperti apa yang harus aku bayangkan. Semuanya sudah cukup jelas, kamu telah berkhianat. Begitu banyak kebohongan yang telah kamu ciptakan, dan kamu tega berbohong di belakang punggungku." Bentak Stella dengan sorot matanya seperti mata iblis menatap Rafael, amarah nya meluap seketika tanpa ada sedikitpun yang tertahan di benaknya.
Sedangkan Angel wanita itu masih berbaring di tempat tidur, dengan santainya melirik Stella, membiarkan rasa sakitnya berlarut. Dia tersenyum sinis, menikmati kekacauan yang dia ciptakan. "Kamu terlalu naïf, Stella." Ujarnya dengan nada mengejek. "Rafael sudah memilihku, dan kamu ... kamu hanya ada di jalan yang salah."
"Tutup mulutmu Angel! Aku tidak pernah memilihmu, aku hanya mencintai Stella." Rafael menyela perkataan Angel dengan sorot mata yang tajam menatap Angel.
"Dia istriku! Dia wanita yang selalu menemaniku di saat suka maupun duka." Bentak Rafael dengan nada yang sudah naik 1 oktaf menatap tajam Angel, dengan menunjuk Stella dengan jari telunjuknya yang menekankan bahwa Stella adalah istrinya.
"Kamu membentakku, Rafael?" Angel menatap tidak percaya pada Rafael.
"Setelah sekian lama kita menjalani hubungan dan aku rela menutupi ini semua hanya demi kamu. Ini kah balasan kamu terhadap aku?" Angel menatap tajam Rafael tidak terima dengan apa yang Rafael katakan padanya.
"Kamu salah Angel, kamu telah salah mengartikan ini semua." Tegas Rafael.
Bukannya berhenti, tapi Angel terus melontarkan kalimat yang berhasil mematahkan hati Stella. Kini Angel mengalihkan pandangan nya menatap Stella.
"Dan asal kau tahu, aku dan Rafael saling mencintai Stella. Semua itu berjalan begitu saja." Sambung Angel tersenyum sinis, puas telah mengatakan fakta sebenarnya pada wanita yang telah membuat hidupnya hancur.
"Angel, cukup! Aku sama sekali tidak pernah mencintai kamu, dan kamu jangan berkata yang tidak-tidak di depan Stella." Rafael membentak Angel dengan melayangkan tatapan tajam pada wanita yang selama ini dia anggap baik, tapi semua itu salah. Rafael telah salah menilai kelembutan Angel yang berakhir membuatnya jatuh kedalam pelukan wanita itu.
"Apa kamu bilang? Tidak cinta, atau kamu hanya takut dengan istrimu ini." Angel membalas tajam tatapan Rafael. Dia tidak terima atas ucapan Rafael padanya.
Mendengar perkataan Angel, kini tatapan Stella beralih pada wanita yang masih berada di atas ranjang.
Stella merasakan amarah yang begitu besar. Dia berjalan mendekat ke arah Angel, kedua bola matanya memerah, terlihat jelas kekecewaan dan amarah di raut wajah Stella, serta kedua tangannya mengepal di bawah sana.
"Sudah puas kau bicara, Angel?"
Tanpa pikir panjang, dia melangkah maju, menampar wajah Angel dengan keras.
PLAK
"Aku benar-benar tidak menyangka bisa-bisanya kau merusak rumah tangga orang mengatas namakan cinta."
"Menurut kau itu cinta? Itu bukan cinta Angel! Itu adalah kebusukan, pengkhianatan, perselingkuhan yang terhina. Wanita macam apa kau ini? Tega kau Angel, menghianati aku, sahabat kau sendiri di belakang punggung aku Angel." Stella menjambak rambut Angel, matanya mendelik seakan ingin melompat keluar dari sarangnya.
"Jawab aku! Kau tidak bisa jawab, hm? Kau tidak tahu, kau seperti apa?" Stella terus menjambak kuat rambut Angel mengeluarkan segala amarah yang telah dia simpan rapi selama ini. Kemudian Stella mendorong tubuh Angel hingga terhuyung kebelakang menatap kepala ranjang.
"Kau itu wanita busuk, wanita brengsek, wanita hina diantara yang paling hina!" Tunjuk Stella dengan jari telunjuknya, menatap Angel dengan amarah yang begitu membuncah di benaknya.
"Kau Jahat Angel, kau jahat!" Stella kembali menarik kuat rambut Angel dengan sekuat tenaga.
"Stella sakit, lepaskan!" Angel meronta berusaha melepaskan tangan Stella dari rambutnya.
"Sakit ... menurut kau aku sesakit apa selama ini?" Teriak Stella seraya terus menjambak rambut Angel, dan kemudian dia mendorong kuat tubuh wanita itu.
"Apa kau tak malu? Semua yang keluargaku berikan, semuanya kau hancurkan dengan cara yang keji! Kebaikan yang keluarga ku berikan selama ini, kau balas dengan cara ini!"
"Dan kau, Angel! Kau yang selama ini kusebut sahabat? Bagaimana kau tega? Selama ini, aku begitu baik pada keluargamu, aku menyambut kalian di rumahku, aku membantu keluarga kalian di saat kalian kesulitan! Dan ini kah balasan mu padaku."
Angel terdiam, mencoba untuk mengumpulkan kata-kata. Seketika dia angkat bicara dengan nada menantang, Dia pun beranjak dari pembaringannya, berjalan mendekat ke arah Stella.
"Kau pikir aku tidak punya alasan, Stella? Kau pikir aku hanya ingin menyakiti perasaanmu begitu saja? Kau salah Stella! Kau tidak tahu apa yang sudah terjadi pada keluargaku. Kau tahu kan, orang tuaku meninggal? Kalian ... keluarga kalian lah yang seharusnya menolong kami, Tapi apa ... kalian justru menjadi penyebab kematian kedua orang tuaku! Dan keluargamu pergi tanpa kabar, menghilang bak di telan bumi yang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Semua yang aku alami, itu atas keluarga kalian yang membuat semuanya hancur!"
"Dan aku ingin membuatmu hancur seperti apa yang telah ku rasakan selama ini." Tukas Angel dengan dada yang bergemuruh, tatapan nya tak kalah tajam dengan Stella, ada kilatan amarah yang membuncah di dalam sana.
DEG
Stella terkejut dengan penuturan Angel yang penuh amarah. Seketika itu juga, suasana dalam kamar berubah semakin tegang. Rafael, yang dari tadi diam dan terlihat bingung, akhirnya bergerak maju dan berdiri di antara Stella dan Angel, memandang Angel dengan tatapan keras.
"Sudah cukup, Angel!" Bentak Rafael kembali, sorot matanya begitu tajam bak seekor elang yang ingin memakan mangsanya. Kemudian tatapan Rafael beralih ke Stella dengan nada yang lembut tidak seperti dia berbicara pada Angel.
"Stella, izinkan aku menjelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kamu kira. Aku ...." Rafael berjalan mendekat ke arah Stella,
Sebelum Rafael benar-benar melanjutkan kalimatnya, buru-buru Stella langsung memotong nya, matanya menyala penuh kebencian.
"Tidak ada yang perlu di jelaskan apapun sekarang! Kamu sudah mengkhianatiku, Mas. Dan aku tidak peduli apa alasanmu! Semua sudah jelas!" Stella mengangkat tangannya ke atas, lalu berjalan mundur menghindari Rafael yang akan mendekatinya. Stella seolah tidak ingin lagi di sentuh oleh pria yang ada di hadapan nya kini.
Namun, sekilas tatapannya menangkap sebuah benda yang yang berkilau melingkar di jari tangan Angel. Kemudian tatapannya menatap tajam ke arah benda itu.
"Cincin itu ... apa benar itu cincin Sunrise Red milikku, Mas?" Stella menatap kembali wajah Rafael dengan dada yang bergemuruh menahan sesak di dalam sana.
"Emmm ...."
Belum sempat Rafael menjawab tetapi Angel buru-buru memotong perkataan Rafael yang berhasil membuat Stella naik pitam.
"Iya, itu cincin Sunrise Red milik mu tapi Rafael telah memberikannya padaku." Sahut Angel tersenyum smirk pada Stella.
"Keterlaluan kamu, Mas! Tega kamu." Stella menggelengkan kepalanya lalu melangkah mundur, menatap Angel dengan penuh kebencian. Namun, Rafael tidak tinggal diam. Dia berdiri di depan Stella, mencoba menahan langkah istrinya yang diselimuti oleh emosi.
"Sayang, dengarkan aku dulu. Percayalah, aku masih mencintaimu, Stella ... sungguh aku sangat mencintaimu."
"Cinta? Jangan bohong, Mas! Cinta tidak seperti ini! Kamu sudah membuat pilihanmu, dan aku akan membuat pilihanku juga." Stella berusaha coba menahan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk matanya, dia tidak ingin merasa lemah di hadapan dua manusia busuk itu.
Suasana semakin tegang dan kacau. Stella berdiri dengan gemetar, dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi, berjalan menuju pintu kamar.
"Stella ...." Teriak Rafael yang hendak mengejar Stella. Akan tetapi, secepat kilat Angel menarik tangan besar Rafael yang berhasil menghalangi langkah kekasihnya.
"Angel, lepaskan aku!"
"Tidak! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskan mu, Rafael. Kau adalah milikku!"
"Aku bukan milikmu, aku milik Stella!" Rafael menghempaskan tangan Angel dan melangkahkan kakinya menuju pintu kamar.
Namun belum sampai di pintu kamar langkahnya terhenti kembali oleh ucapan Angel.
"Aku hamil, Rafael ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁