Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Hanya Kontrak
Pagi ini Jena yang berangkat bersama Vero mulai berjalan menyusuri kantor, Jena berjalan di samping belakang Vero dengan di ikuti oleh asisten Rey di belakang mereka. Semua mata di sana tertuju pada mereka, seakan iri dengan posisi Jena saat ini dan mulai berbisik-bisik.
"Beruntung banget ya Jena, udah cantik, pinter, dan jadi sekertaris pribadi Tuan Vero lagi. Yang pastinya setiap hari bakal dampingin Tuan Vero ke manapun."
"Iya, siapa sih yang bakal nolak kalo harus seharian sama Tuan Vero yang tampan itu."
"Seandainya aku bisa gantiin posisi jena saat ini juga, nggak bakal aku sia-siain deh."
"Tapi kayaknya emang cuma Jena deh, yang bisa ngontrol Tuan Vero. Buktinya sekertaris yang kemarin aja nyerah sama sikap Tuan Vero."
"Tapi emang cocok sih mereka kalau jadi pasangan, yang satu cantik dan pintar yang satunya lagi tampan, berkarisma, kaya, pokoknya couple serasi deh."
Begitulah suara-suara gosip pagi hari di kantor King Lionel dari para karyawan disana dengan terus menatap ke arah Jena dan Vero.
Jena yang sebenarnya sadar kini dirinya menjadi perhatian para karyawannya lainnya tetap terus berjalan dengan tatapan lurus ke depan tanpa memperdulikannya.
Saat Vero masuk ke dalam ruangannya bersama asisten Rey, Jena berbelok untuk duduk di kursinya yang berada di depan ruangan Vero bersama karyawan yang lainnya.
"Pagi cantik, seger banget nih mukanya." sapa Acha sambil meledek Jena yang baru datang dan duduk di kursinya.
"Pagi." jawab Jena dengan mengulas senyum dan langsung mulai menyiapkan pekerjaannya.
"Yang namanya masih pagi ya muka masih seger lah ca, emang kamu muka kayak tembok tebel banget dempulnya." ledek Teo.
"Diem kamu! kamu tuh cowok, mana ngerti makeup." ucap Acha dengan nada kesal.
"Ya kalo aku ngerti makeup nanti aku kayak kamu lagi. Hihihi..." jawab Teo cengengesan.
"Aku itu pake makeup supaya terlihat semakin cantik dan menarik, dan biar cowok-cowok tuh pada semakin tergila-gila dengan aura kecantikan aku. Terutama Tuan Vero yang ganteng itu." ucap Acha dengan gayanya yang sok cantik.
"Yaelah.. buktinya sampe sekarang nggak ada tuh cowok yang tergila-gila sama kamu, apa lagi Tuan Vero. Yang ada kita yang gila setiap hari kerja di bawah tekanan bos kayak dia." ujar Teo.
"Iya juga sih, hehe.. Eh! tapi Je, tumben kamu berangkatnya pas bareng sama Tuan Vero? atau kamu tadi berangkat bareng satu mobil ya sama dia?" tanya Acha yang kini menatap Jena.
"eemh... enggak kok, kebetulan aja tadi aku masuk bareng sama dia." jawab Jena dengan agak gugup.
"Ooh.. Je, kamu tuh sekarang jadi bahan gosip tau?" tanya Acha.
"Hmm.." jawab Jena sambil terus melakukan pekerjaannya.
"Aku serius Je, banyak karyawan yang gosipin kamu sama Tuan Vero. Mereka tuh iri sama kamu karena kamu bisa tiap hari deket sama Tuan Vero." ujar Acha.
"Hmph! kamu juga." gumam Teo yang masih bisa didengar oleh Acha dan Jena.
"Bisa diem nggak! ini tuh pembicaraan cewek!" ucap Acha dengan kesal sambil melempar pulpen di mejanya ke arah Teo yang ternyata langsung mengenai bagian kening Teo.
"aduh! sakit ca." ucap Teo kesakitan sambil memegangi keningnya.
"Rasain, makannya kalo orang lagi ngobrol jangan di sela mulu." ujar Acha puas.
"iya.. iya.. ampun nyai.." ucap Teo dengan nada memelas.
Memang begitulah Acha dan Teo, tidak ada hari tanpa perdebatan di antara mereka. Namun itulah salah satu hal yang membuat Jena tidak stress memikirkan masalah rumah dan pekerjaannya di kantor, yaitu dengan tingkah konyol mereka berdua yang selalu menghibur Jena.
Tttt...!!!
"Buatkan saya teh hangat sekarang!" perintah Savero dengan menggunakan interkom yang terhubung langsung dengan Jena.
Jena menghela nafas panjang, dengan malas dia mulai berdiri dari tempat duduknya dan mulai berjalan ke arah dapur kantor untuk membuatkan teh hangat pesanan suaminya. ups! sekaligus bosnya tentunya. hehe..
Tok!!
Tok!!
Tok!!
Tidak lama Jena masuk keruangan Savero dengan membawa nampan lengkap dengan segelas teh hangat diatasnya.
"Tuan Vero, ini teh hangat pesanan anda tadi." ucap Jena dengan meletakkan gelas tersebut di samping Vero.
"Hmm.. Apa laporan hari ini sudah siap?" tanya Vero sambil terus menatap laptop di depannya.
"Sudah Tuan." jawab Jena dengan menggunakan kepalanya.
"Kalau begitu cepat bawa kemari! Kamu itu sekertaris saya jadi kamu harus bekerja dengan cepat! karena saya tidak memperkerjakan orang yang lambat!" titah Vero dengan nada dingin.
"Baik Tuan, segera saya ambilkan. Permisi." ucap Jena yang sebenarnya kesal dengan ucapan Vero.
Lagipula pekerjaan mana yang pernah telat dan tidak selesai di tangan Jena? Jena itu gadis yang cekatan dan bertanggung jawab atas pekerjaannya jadi dia selalu melakukan pekerjaannya dengan sangat baik.
Namun Vero melakukan ini supaya Jena tidak seenaknya bekerja dikantornya hanya karena statusnya yang kini sudah berubah. Vero ingin Jena tetap konsisten dalam pekerjaannya dikantor biarpun kini Jena telah menjadi istrinya.
Tidak lama Jena kembali dengan membawa laporan yang Vero minta ditangannya dan memasuki ruangan sang direktur utama.
Saat berjalan melewati pintu, tiba-tiba Amanda menyelonong datang dari belakang Jena sambil sengaja menabrakkan lengannya dari arah belakang membuat Jena kaget dan hampir tersungkur jatuh kedepan.
Dengan tatapan tajam dan merendahkan Amanda berjalan melewati Jena dengan sombong, Jena merasa sangat kesal atas apa yang dilakukan Amanda padanya dan Jena tau jika Amanda sengaja melakukan itu padanya.
Savero yang melihat kedatangan Amanda mendadak pagi itu langsung berdiri dari kursi kebesarannya.
Dengan langkah sedikit berlari Amanda menghampiri Savero yang kini berdiri ditempat duduknya dan langsung memeluk tubuh Savero saat itu juga tepat di depan Jena sang sekertaris.
"Vero..!" ucap Amanda dengan melingkarkan tangannya ditubuh Savero.
Dan saat itu juga Savero refleks langsung menatap wajah Jena, karena biar bagaimanapun Jena kini adalah istrinya. Jadi Vero takut jika ini akan membuat Jena merasa tidak nyaman.
Namun sepertinya itu hanya pemikiran Savero saja, karena nyatanya Jena malah memalingkan wajahnya acuh tanpa menunjukkan kecemburuan sedikitpun membuat Savero menatap tak percaya terhadapnya.
"Vero, aku rindu padamu. Sungguh aku tidak bisa jika berlama-lama jauh dari mu." ucap Amanda dengan mempererat pelukannya.
"Aku tahu yang kemarin aku lihat itu hanya salah paham bukan? tidak mungkin pria sepertimu memiliki hubungan khusus dengan seorang bawahan. Itu sungguh tidak masuk akal." ucap Amanda dengan mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan pria idamannya itu.
"Amanda, sebenarnya saat itu aku ingin mengejarmu. Tapi aku tau, kamu pasti butuh waktu untuk sendiri." ujar Savero sengaja berbohong seperti itu ingin memancing agar membuat Jena cemburu dan membuatnya sedikit simpatik.
Jena yang mendengarnya sungguh sangat muak dengan gombalan Vero, jelas-jelas dia kemarin bilang tidak mau mengejar Amanda.
Dasar lelaki buaya!! bisa-bisanya dia menggunakan cara kotor untuk meluluhkan hati perempuan!!
Dengan cepat Amanda menaruh telunjuknya di bibir Vero.
"ssssssth....!!! Jangan dibahas. Sudah lah aku tau, makannya aku datang kemari untuk menemuimu dan memperbaiki hubungan kita lagi"
"Terimakasih Amanda, memang kamu perempuan yang paling mengerti aku." ucap Vero dengan sesekali melirik Jena untuk melihat ekspresi wajahnya.
"Tentu Vero, aku tau itu." ucap Jena dengan tersenyum manis.
"ekhmm!! Maaf Tuan, sebentar lagi kita akan ada pertemuan penting dengan investor besar pagi ini." sela Jena mengingatkan.
"Baiklah." jawab Vero singkat.
"Maaf Amanda, lagi-lagi aku harus pergi." ucap Vero.
"Tidak masalah, tapi untuk malam ini aku mau kamu makan malam di luar bersamaku, hanya kamu dan aku tidak lebih. Bagaimana?" tanya Amanda.
"Oke, kamu atur saja waktu dan tempatnya." ujar Vero.
"Baiklah, sampai bertemu nanti malam Vero."
"Ya."
Satu kecupan dipipi Vero sebelum Amanda pergi dari ruangan itu dan melepaskan pelukannya. Membuat Jena dan Vero kini saling menatap canggung.
"Maaf aku tidak bisa menolaknya." ujar Vero.
"Bukankah Tuan memang suka menerimanya." ucap Jena acuh.
"Kenapa? kamu cemburu?" tanya Vero penuh kemenangan yang sebenarnya berharap Jena akan menjawab "ya" dengan pertanyaannya.
"Tidak, untuk apa saya cemburu. Lagipula pernikahan ini hanya kontrak, Tuan bebas melakukan apapun dengan siapapun. Begitu juga dengan saya." jawab Jena santai.
Pernyataan Jena barusan berhasil membuat Savero merasa sangat marah padanya.
"Jadi maksudnya kamu? kamu juga akan melakukannya dengan lelaki lain!" ucap pria itu dengan tatapan tajam mengarah pada Jena.
"Ya, tergantung bagaimana nanti." jawab Jena sambil mengangkat kedua pundaknya.
"Tidak! Saya tidak mau kamu memiliki hubungan dengan lelaki lain selama pernikahan kontrak ini berlangsung!!" ucap Vero tegas.
"Tuan tidak bisa egois seperti itu! jika Tuan boleh kenapa saya tidak!" protes Jena kesal.
"Tapi saya tidak punya hubungan spesial apapun dengan Amanda!" ujar Vero.
"Ya saya tidak perduli, lagipula larangan itu tidak ada diperjanjian kontrak kita. Jadi Tuan tidak berhak untuk mengatur saya untuk dekat dengan siapapun!" ucap Jena dengan kesal lalu berbalik badan hendak keluar dari ruangan itu dan hampir saja bertabrakan dengan asisten Rey yang akan masuk.
"Minggir!!!" ucap Jena pada Rey yang ikut terkena imbas kekesalan Jena.
"aaaaarrrgghh!!!" ucap Vero kesal sambil menepukan tangannya keatas meja.
Rey yang baru saja datang pun bingung dengan apa yang dia lihat saat ini.
"Rey! siapkan mobil sekarang!!" ucap Savero dengan nada kesal pada Rey yang masih berada di ambang pintu.
"baik Tuan." ucap Rey dengan menundukkan kepalanya.
"baru jadi pengantin baru, udah berantem aja" umpat Rey dalam hati sambil berbalik badan berjalan keluar dari ruangan.
Savero merasa kesal sekaligus menerkutuki kebodohannya itu, karena apa yang di bilang Jena semuanya adalah benar. Kenapa Savero tidak terpikirkan sampai sejauh itu. Tapi Savero tidak akan membiarkan itu terjadi, tidak ada yang boleh menyentuh Jena kecuali dirinya.