Karena dikhianati, aku trauma terhadap wanita. Ditambah anakku yang masih bayi membutuhkan bantuan seorang 'ibu'. Apa boleh buat, kusewa saja seorang Babysitter. masalahnya... baby sitterku ini memiliki kehidupan yang lumayan kompleks. Sementara anakku bergantung padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Babysitter
Entahlah harus kuapakan wanita di depanku ini.
Aku mengawasinya menyusui, dia memandang Arran sambil terisak namun bibirnya tersenyum.
Ada sedikit rasa sedih, ada sedikit rasa khawatir, dan aku laki-laki normal. Mohon maaf tapi walau pun kondisi dadanya merah bengkak dengan sedikit memar keunguan, tapi itu tetaplah dada seorang wanita. Tentu saja aku terang sang.
Di luar itu, aku pun terharu saat melihat Aram begitu bersemangat menyusu.
Akhirnya… ada asupan nutrisi yang bisa memenuhi perut mungilnya itu.
Oke, kini tinggal bicara dari hati ke hati.
Anggaplah aku tanpa empati, tapi ini demi masa depan anakku. Kalau tidak ditegaskan dari awal, kalau tidak dibahas dari awal, takutnya berkelanjutan dan malah akan menyulitkanku.
“Berapa yang harus saya bayar untuk setetes asi dari kamu?” Tanyaku tanpa basa-basi.
Aku ingin hubungan ini profesional. Karena kami tidak saling mengenal. Kami hanya saling membutuhkan.
Wanita ini mengangkat wajahnya dan menatapku. Ia tampak kaget.
Jujur saja, setelah masa lalu yang menurutku lumayan berat menghadapi wanita, aku tidak akan gentar lagi akan tatapan seperti ini.
“Saya tidak akan-”
“Sebutkan saja nilainya. Kita saling bantu tapi saya tidak ingin hubungan ‘saling menyayangi’. Saya ingin hubungan profesional.” tegasku.
Wanita itu menggelengkan kepalanya, “Saya tidak tahu berapa nilainya Pak. Saya tidak bisa mengontrol berapa ASI yang akan keluar. Keluarnya cairan ini atas izin Tuhan, Pak. Beliau yang bisa mengaturnya. Saya bahkan tidak tahu kenapa masih keluar padahal saya sudah tidak memiliki…” dan ia menjeda kalimatnya sejenak. “Jadi, Pak… tidak etis kalau saya menyebutkan harga. Coba beritahu saya pantasnya.”
“Kalau begitu, harga tenaga kamu saja.” Kataku selanjutnya. Kucoba cari jalan tengah karena pasti dia juga butuh usaha atas keluarnya ASI itu. Kudengar cairan kehidupan ini akan menyedot nutrisi tubuhnya.
“Hm… sesuai harga Baby sitter pada umumnya saja Pak.” katanya padaku.
Babysitter…
Hal yang paling kuhindari adalah anakku diasuh oleh orang tak dikenal. Banyak kekerasan terhadap anak yang terjadi, dilakukan oleh seorang oknum ‘baby sitter’. Tapi aku juga tak bisa membawanya ke kantor. Pekerjaanku membuatku sering keluar kantor untuk mengatur kantor cabang, dan jarang menginjak ruanganku kecuali untuk meeting dan diskusi dengan anak buah.
Sehari-harinya aku minta bantuan ibuku untuk mengurus Aram, tapi Ibuku sudah tua, walau pun di rumah ada dua ART untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sementara aku menghindari saudara-saudaraku dalam mengurus Anakku. Aku tidak ingin di kemudian hari mereka menuntut balas budi. Kata-kata andalan mereka biasanya ‘Kami sudah membantu mengurus Aram, jadi kamu harus gini, jadi kamu harus gitu’, aku tidak ingin hubungan berbasis saudara.
Aku sudah pernah menerima bantuan walau tak ingin, di pernikahanku mereka memberi angpau besar-besar, saat mereka kesulitan mereka bilang ‘waktu itu aku memberimu angpau di saat kamu menikah, boleh tidak kuminta balik uangnya? Pakai bunga ya kan sudah berselang beberapa tahun’. Bah! Teori apa itu?! Sejak itu aku tak ingin terlibat di urusan apa pun. Aku akan memberi bantuan, tapi kalau menerima bantuan lebih baik aku minta orang lain saja.
Apa boleh buat… harus kubuat surat perjanjian.
“Saya sebenarnya tidak suka kalau orang tak dikenal mengasuh Aram. Anak ini sudah melalui berbagai macam hal yang tidak akan bisa kamu bayangkan.” Kataku.
“Hal yang tidak bisa saya bayangkan? Seperti saat hamil suami saya menendang perut saya? Menjorokkan saya ke depan truk?”
Astaga...
Apa yang dikatakan wanita ini?!
“Atau... menjerat leher saya dengan tali jemuran? Hanya gara-gara saya minta izin untuk bekerja lagi? Dia tak bisa membayar biaya rumah sakit saya, jadi saya berpikiran untuk bekerja agar gaji saya bisa untuk biaya Arum.” Katanya. Namun yang lebih mengherankan bagiku, nada suaranya tegas dan tertata. Sekaan semua dendam di hatinya sudah sirna, seperti sedang menceritakan cerita orang lain dan bukan dirinya sendiri yang mengalami.
“Ah ya, dia juga pernah menonjok perut saya, karena saya minta beli bedak. Bedaknya agak mahal sekitar 50 ribuan. Dia bilang saya pelacur mau ‘jualan’ dimana pakai bedak begitu? Jadi.... derita seperti apa yang Aram hadapi?”
Aku pun menarik nafas panjang.
Dunia ini... apakah saking banyaknya manusia, seakan nyawa tidak berharga?
Hati kecilku malah bersahut, kalau bersyukur Arum meninggal. Kalau dia besar, entahlah apa yang akan ayah kandungnya lakukan padanya. Biarlah dia menjadi anak surga lebih awal.
“Saya mau bertanya hal yang sensitif, mohon maaf kalau kamu tersinggung, Kamu bisa mendapat perawatan di rumah sakit besar, dari mana uangnya?”
“BPJS Pak, semuanya gratis. Dokter Hayati sangat baik, dia mendampingi saya dari pertama kali kami bertemu saat saya mengurus visum, sampai sekarang dia berpindah rumah sakit, saya pun mengikutinya. Setelah Dokter Hayati dipindah ke RS yang baru ini, sebenarnya dia sudah bukan dokter yang terdaftar untuk pasien BPJS, Pak. Tapi dia menggratiskan semua biaya perawatan saya.”
“Mungkin karena dia sudah tahu riwayat kamu di awal?”
“Dia benar-benar menolong saya dengan tulus.” Desis wanita ini sambil melepaskan dadanya dari mulut Aram. Bayi itu tidur dengan sukses. Bahkan mulutnya sampai ternganga karena kekenyangan.
Aku lega.
Luar biasa rasa kelegaan yang kini kurasakan. Melihat Aram yang tidur setelah menyusu dalam posisi dia pernah kelaparan berminggu-minggu.
“Apa... yang sudah dilalui anak ini?” Kayla mengernyit saat melihat beberapa luka gores yang ada di paha dan pinggul Aram. Itu bukan luka yang selayaknya diderita bayi. Bahkan luka itu baru saja kering.
Aku pun menceritakan semuanya.
maaf y Thor bacanya maraton tp untuk like dan komen ngak pernah absen kog 😁😁😁,,,,